Akibat delay pesawat berjam-jam akhirnya Saira dan Shezan mendarat di Los Angeles lewat tengah malam. Padahal jarak Las Vegas ke Los Angeles hanya kurang lebih 1 jam 15 menit. Entah apa yang merasuki Saira sehingga ia menolak tawaran ayahnya untuk menggunakan private jet saja malam itu. Sesampai di LA, mereka pun segera menjumpai si pemilik mobil untuk mengambil mobil jenis Mustang yang sudah mereka sewa untuk dua hari ini sampai ia mendapatkan mobil pribadinya.
Dan mobil ini... tersendat-sendat di tengah jalan.
"Kita terlihat seperti bukan orang kaya. Bagaimana bisa kau menyewa mobil jelek seperti ini?" gerutu Shezan sambil berusaha menekan pedal gas hingga mobilnya menderu keras, seolah mesinnya menjerit kesakitan. "Sial. Aku bisa gila!"
"Aku memesan saat sedang repot mengurus Allesio jadi aku tidak fokus. Sudahlah jangan menggerutu atau aku akan ikut-ikut gila." Saira mendengus sambil melirik bayi yang tidur pulas dalam gendongannya. Ia berdoa agar Allesio tidak rewel malam ini.
Mobil menjerit lagi dan nyaris melompat sebelum tersendat-sendat lalu... mati lagi.
"Berani sekali pria tua itu menyewakan mobil yang bermasalah." Shezan menyentakkan punggungnya ke kursi dan mengerang kesal.
Pasalnya ini sudah hampir jam dua dini hari. Tempat mereka berada sekarang juga sangat sepi.
"Aku akan coba memperbaikinya." kata Saira sambil melepaskan gendongannya lalu menyerahkan Allesio pada Shezan dengan hati-hati agar tidak terbangun.
Saira pun turun untuk membuka kap mobil. Asap langsung mengepul ke wajah Saira. Ia terbatuk-batuk sambil mengipas wajahnya. Saat asap sudah menghilang, ia pun mulai mengotak-atik mesin mobil sementara Shezan tetap berada di belakang kemudi. Dua perempuan itu berkutat selama hampir satu jam disana sampai akhirnya mereka menyerah."Ya tuhan, mobil ini sudah tamat riwayatnya."
"Kau punya korek api?"
"Untuk apa?"
"Aku ingin sekali membakarnya sekarang."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu pagi dan tidur di dalam rongsokan ini? Aku yakin Allesio akan menangis sepanjang malam karena kedinginan."
"Entahlah aku pusing." Saira kembali mengambil Allesio dari gendongan adiknya, menepuk pelan bayi gembul yang masih tertidur begitu pulas.
"Lebih baik memesan taksi online saja."
"Ponselku mati."
"Ponselku juga mati. Kita sungguh sial." Saira menghela napas pasrah.
"Kau lihat disana? Sepertinya ada lampu kendaraan." Shezan menyipitkan matanya pada cahaya di kejauhan.
"Apa kau yakin akan menyetop orang asing? Aku lebih baik tidur di dalam mobil rongsokan ini daripada cari mati." Saira menggeleng.
"Apa salahnya mencoba? Siapa tau itu orang baik. Ayo kita coba saja."
"Bagaimana kalau kumpulan lelaki mabuk?"
"Kita tidak akan tau sebelum mencoba."
"Tidak. Aku tidak mau. Mana ada orang waras yang berlalu lalang di jalan sepi tengah malam begini kalau bukan orang mabuk?"
"Lalu kita ini apa? Psikopat?" Shezan menatap jengkel kakaknya yang kini tengah menggigit bibir.
"Kau yakin? Bagaimana kalau—"
"Menurutmu untuk apa kau membawa pistol di belakang celanamu?"
Saira meraba belakang jeans nya untuk memastikan pistolnya masih berada disana. Untunglah masih. Salah satu pesan ibunya yang selalu ia ingat adalah selalu bawa senjata kemanapun kau pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD FROM CALIFORNIA
Storie d'amore[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Lucas Alec Xander adalah seorang billionaire berusia dua puluh delapan tahun yang memiliki watak dingin dan berjiwa bebas. Kesehariannya dihabiskan dengan b...