0.4

30.8K 518 4
                                    

.
.

Aku sedang makan siang bersama Kylie di kafetaria, sambil menceritakan apa yang kemarin kulakukan bersama Michael. Oke, mungkin baginya berciuman bukanlah hal yang gila. Tapi itu gila bagiku.

"Laur, dengar. Jika kemarin hal yang 'diajarkan' olehnya adalah berciuman, kurasa hari ini kau akan masuk ke tahap kedua."

Aku meneguk ludah susah payah. Sejujurnya, aku agak takut. "Jika dia 'mengajarkan' hal-hal yang menurutmu terlalu jauh, tanyalah padanya. Kau gadis baik, aku tidak akan membiarkanmu ditinggal begitu saja setelah apa yang akan dia lakukan padamu. Bahkan aku punya firasat, kalian akan berhubungan seks dalam jangka waktu satu minggu."

Mataku membesar, bersamaan dengan tenggorokanku yang tersedak makanan. Alhasil, aku langsung terbatuk-batuk.

"Hey, tenanglah. Kau tidak perlu panik, okay? Asalkan kau memperingatinya untuk memakai kondom, maka semuanya beres."

Wajahku memerah. Aku mencoba memfokuskan pikiranku pada minuman yang sedang kuminum, tapi tidak bisa. Bayangan itu tetap muncul di kepalaku. Aku dan Michael..?

"Gosh. You like him, Lauren." Wajah Kylie berubah menjadi seolah dia tahu segalanya. Astaga, aku, menyukainya?

Tidak mungkin.

"Kau gila, Ky. Itu tidak mungkin terjadi dan tidak boleh terjadi."

"Lauren Anderson. Aku bisa membaca tulisan 'I really like Michael Hart' di keningmu itu."

Aku mengerutkan bibirku, menatapnya sebal. Dasar sok tahu.

Ponselku berdering, tanpa melihat siapa nama penelfon, aku mengangkatnya.

"Hello? This is Lauren Anderson speaking."

"Laur, um. Jika aku mengajakmu pergi malam ini, apa kau mau?" Suara laki-laki. Dan satu-satunya kemungkinan siapa dia adalah... Michael.

"Malam ini?" Aku terdiam sejenak, "Kemana?"

"Soal kemana, itu tidak penting. Sekarang jawab pertanyaanku. Apa kau mau?"

Kulihat Kylie menganggukan kepalanya dengan antusias, mengisyaratkanku untuk menerima ajakannya.

"Um- okay. Kurasa aku tidak sibuk malam ini."

"Great. Wear something fancy, okay? Your best dress. I'll pick you up at 7."

Michael langsung memutuskan sambungan begitu ia selesai berbicara.

Aku menggigit bibirku. Kemana dia akan membawaku?

"Jadi?" Tanya Kylie, menyadarkanku dari lamunan.

"Dia bilang aku harus memakai gaun terbaikku. Entah dia akan membawaku kemana,"

Kylie mengangguk mengerti. "Okay, aku akan membantumu nanti. Jam berapa dia menjemputmu?"

"Jam 7 malam. Tidak perlu, Ky. Aku bisa sendiri."

Kylie melotot padaku, bersikeras untuk membantuku. "Laur, selama bertahun-tahun berteman denganmu, aku tidak pernah melihat kau memakai gaun, sekalipun. Kau selalu menggunakan celana panjang dan rok. Kau pikir aku akan membiarkanmu lolos kali ini?"

Aku mencibir kesal, pasrah jika Kylie sudah memaksaku seperti ini. "Ya, ya. Okay. Kau bisa datang ke rumahku nanti."

**

Aku membuka pintu rumahku, dan melihat Kylie dengan senyuman lebarnya, membawa beberapa kantong pakaian.

"Ap-"belum selesai aku berbicara, ia langsung menyuruhku diam.

"Oh shut up, Laur. Ayo, aku tidak sabar menyuruhmu mencoba satu per satu gaun ini."

Kylie berlari ke atas, sambil bernyanyi tidak jelas.

Aku yang akan pergi, kenapa dia yang malah heboh?

Sambil menggeleng kepala, aku mengekorinya naik menuju kamarku.

"Buka bajumu." Kylie menutup pintu kamarku, menguncinya, lalu menarik gorden jendelaku, membuat sinar matahari kini tidak lagi masuk ke dalam kamarku.

Aku terkekeh, lalu membuka pakaianku. "Dasar gila. Kau gila, Ky. Aku bahkan tidak memiliki hubungan apa- apa dengannya, dan ini bukanlah sebuah kencan. Untuk apa kau repot-repot mem-"

"I said, shut up, Laur. Oh, buka juga pakaian dalam mu. Cepatlah. Kita tidak punya banyak waktu."

Mataku melotot, sontak aku menggeleng penuh penolakan. Mau diapakan aku?

"Come on, Laur. Trust me, please?" Kylie menatapku penuh harap. Aku menghela nafas, memutar kedua bola mataku. "Okay, okay. Tapi jangan menghakimiku, ya?"

Kylie mengangguk. Aku pun melepaskan pakaian dalamku, membuatku kini telanjang sepenuhnya di hadapannya. Mulut Kylie terbuka lebar, matanya melotot. "Fuck you, Laur. You're too perfect."

Wajahku terasa hangat mendengar pujiannya. Apa benar yang dikatakan Kylie?

"God damn it, Lauren Anderson. What are you, an angel? Aku yakin, jika aku belum bersuami, aku bisa berubah haluan menjadi lesbian karena melihatmu. Now, put this on." Ia melempar sebuah g-string dan bra berwarna hitam.

Apa dia sudah gila? Memangnya aku mau malam pertama, apa? "Oh please, Ky. Bukankah justru akan terlihat seolah-olah aku merencanakan semua ini? Bahwa aku mengharapkan aku akan berhubungan intim dengannya?"

"Ah. Memangnya kau seyakin itu bahwa kau akan melakukannya malam ini dengan Michael Hart?" Kylie berdecak. "Dia tidak akan bertindak sejauh itu, Laur. Kau adalah sekertaris ayahnya, menurutmu apa yang akan terjadi padanya jika kau melaporkan kepada Mr. Hart bahwa anaknya baru saja memperkosamu?"

Mau tidak mau, aku menurutinya. Ucapan Kylie memang ada benarnya. Dia tidak mungkin bertindak sejauh itu.

Rasanya benar benar aneh, memakai underwear jenis ini. Aku bahkan merasa seolah aku tidak memakai underwear sama sekali. Astaga.

"Nah, sekarang, coba yang ini."

Ia memberiku sebuah gaun pendek ketat berwarna merah terang. Ragu-ragu, aku memakainya.

Sempit sekali. Gila.

Aku melihat pantulan diriku di kaca. Gaunnya benar-benar pendek, dan belahan dadaku terlihat begitu jelas. Gila, memangnya aku mau jadi pelacur?

"Nope. Too sexy. He's gonna eat you right away with this dress." Komentar Kylie.

Aku menyetujuinya, lalu melepas gaun itu dengan susah payah dan mencoba gaun berikutnya. Kali ini warnanya hitam, dan aku berani sumpah, baju ini benar-benar kurang bahan.

"Kylie, jangan mencoba-coba untuk membodohiku. Aku tau ini baju cosplay kelinci koleksimu. Benar?"

Ia terkekeh, lalu memberiku gaun terakhir berwarna pink muda. Aku memakainya, dan ternyata yang kali ini ukurannya pas di tubuhku.

"Perfect. Aku rasa ini cocok untukmu. Sexy but classy."

Aku tersenyum, menyetujui perkataan Kylie. Meski aku merasa agak tidak nyaman dengan belahan dadaku yang terekspos, aku tidak punya pilihan lain. Masalahnya, aku tidak punya gaun lainnya yang pantas disebut bagus. Dan gaun kali ini memang yang paling wajar dari antara ketiganya.

"Sit down, Laur. Aku janji, aku akan membuat Michael Hart terpesona padamu."

"Apa perlu kuulangi sekali lagi padamu, bahwa ini bukan sebuah kencan?"

"Geez. Just shut your mouth, Lauren."

**

The Bad Boy's Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang