21. Dia Tak Akan Pernah Lupa

851 119 82
                                    

⚠️ PERINGATAN⚠️CHAPTER INI MENGANDUNG SEXUAL HARASSMENTKEKERASANPENYEKAPANPENYANDERAAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ PERINGATAN⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG SEXUAL HARASSMENT
KEKERASAN
PENYEKAPAN
PENYANDERAAN

- BAGI YANG TIDAK NYAMAN HARAP UNTUK MELEWATKANNYA -

- TOLONG JANGAN AMBIL RISIKO -

- JIKA TETAP INGIN BACA HARAP TAHU RISIKONYA -

- SEBELUMNYA MOHON MAAF TIDAK MEMBERIKAN TANDA PERINGATAN -

- Salam hangat Hasa/Ra sebagai Author -

Balik ke pukul 05.20 setelah Petir dan kawan-kawannya pergi.

Sopan dipaksa duduk dikursi besi. Ia melayangkan tatapan matanya pada seorang wanita dengan surai merah mengkilap, netra matanya juga berwarna merah. Sepertinya dia adalah Nona K yang dibicarakan oleh Petir.

"Hello boy. How are you? Is Fine?"

Sopan hanya terdiam. Dia terus mengedarkan pandangannya ke setiap sudut, bahkan dia memerhatikan satu persatu mimik wajah empat pria, ada satu pria yang ia kenal. Bajingan sialan itu datang kembali.

"Kamu mau apa?"

Wanita surai merah itu tercengang, ia tertawa kerasa seraya bertepuk tangan. Sopan mengernyit heran melihatnya.

"Haha, kamu anak yang peka. Cuma ada satu hal yang aku ingin tanya."

Wanita surai merah itu membalikkan laptop putih dan menyetel rekaman di sana.

Sopan tahu rekaman ini. Rekaman yang ia ambil beberapa hari lalu. Rekaman yang membuatnya seperti ini. Sopan menyesal.

"Siapa saja yang tahu rekaman ini selain Kuputeri?" tanya wanita itu.

Mengapa wanita itu tahu Bu Kuputeri? Apa Ibu Kuputeri ada sesuatu dengan wanita dihadapannya, sehingga wanita ini menyekapnya di rumah kosong.

"Gak ada." Sopan berbohong. Sebenarnya ia sudah memberitahu hal ini pada Gentar.

Wanita surai merah itu menyunggingkan senyuman kecil. Dia sedikit merilekskan tubuhnya. Wanita itu mengetuk-ngetuk meja sebanyak lima kali.

"Aku kasih dua pilihan untuk kamu. Jawab pertanyaanku, kalau kamu gak mau, terima konsekuensinya."

Sudut bibir Sopan terangkat, dengan senyuman yang penuh arti ia menatap pada wanita surai merah.

"Coba saja."

"Hahaha! Astaga, kamu benar-benar menarik!"

Dalam seketika wajah wanita itu menjadi serius. Dia meminta salah satu pria di belakangnya melepaskan ikatan ditangan dan kaki Sopan. Sopan tentu bingung mengapa ikatannya dilepas.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang