PELAKU TEROR***
"Anjing woy... Gue cuman di suruh,setan. Aakkhh... " Pria berperawakan tinggi dengan kulit gelap tengah mengerang kesakitan dengan kedua tangan terborgol digantung begitupun dengan kedua kakinya.
CETAZZZ...
Sekali lagi tebasan cambuk mengayun dengan keras disusul teriakan kencang pria tersebut memohon agar di ampuni. Tapi suara itu malah membuat sang pelaku merasa lebih bersemangat mengeksekusi mangsanya.
"Jika kau berteriak kesakitan, tanganku tambah gatal ingin bermain-main denganmu. " Seringaian yang terlihat puas karena mendapatkan mainan untuk melampiaskan hasrat membunuh dalam dirinya. Tapi dia tidak suka kalau lawannya langsung menyerah dan mati, yang seperti ini yang dia suka, masih terlihat segar, kuat, teriakannya membuat darahnya berdesir ingin memainkan permainan yang lebih menarik pada kanvas yang sebentar lagi ia gambar dengan keterampilan tanggannya yang sudah lama hiatus dalam pekerjaannya.
"Pake ini kayaknya lebih seru. " Ujarnya dengan mengacungkan sebuah pisau kecil dengan ujung yang begitu runcing, terlihat sangat tajam. Bagaimana rasanya jika terisis oleh pisau itu.
"Jangan, JANGAN, please gue mohon jangan. Aaakkhhh... " Satu goresan ia buat di pipi yang terlihat mulus itu.
"Nah gini kan cantik, ada teksturnya. Hmm tapi... Lebih bagus lagi kalo di gambar bunga iya gak sih. " Perkataannya membuat pria tersebut tambah histeris. Satu gores saja sakitnya luar biasa, darahnya mengalir desar di pipi sebelah kanannya, bagaimana kalo dibikin bunga.
"Lu gilak, psychopath ya lo. " Dia berteriak dengan kencang membuat seseorang yang tengah menyeringai terdiam dan menjadi sosok yang terlihat lebih menyeramkan daripada cengirannya tadi.
"Hahaha, lo baru sadar anjing. LO MANGSA GUE. " Setelah berkata seperti itu, ruangan temaran yang sangat lembab itu di penuhi dengan teriakan kesakitan sambil terus memohon agar di ampuni, hingga perlahan suara itu melemah dan lenyap.
***
Rumah besar nan mewah terlihat sangat senyap. Semua orang didalamnya tengah menikmati tidur nyanyak diatas kasur yang begitu empuk.
Tapi tidur mereka harus terganggu dengan suara bell yang terus menerus di bunyikan sampai sang penghuni rumah merasa geram dan terbangun dari tidurnya.
"Mas, Mas bangun. " Sarah mencoba membangunkan suaminya yang masih betah bergelung di bawah selimut setelah kegiatan melelahkan yang mereka lakukan.
"Hmm ada apa sayang, masih kurang yah, mau lagi? " Jika di ajak melanjutkan kegiatan tadi walau sudah lelah Rega akan kembali bersemangat.
"Iss mas pikiranmu mesun terus deh, itu di bawah berisik banget mas, dari tadi bell bunyi terus, yang lain gak pada denger apa yah. "
"AAAAAKKKKKHHHHH."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEREGO (psychopath)
Teen Fiction"Enggak yah, bukan dira yah bukan hiks hiks" ~Dira ". . . Maaf aku harus mengusirnya , aku sudah tidak tahan melihanya selama ini, setiap aku melihatnya aku terus teringat bagaimana dia memegang pisau berdarah di hari itu" ~Rega "Dulu lo adalah oran...