Tak Terduga

20 6 2
                                    

•PERTEMUAN PERTAMA

Malam hari pukul sembilan malam, Lana sedang membeli martabak di gang depan rumahnya. Sebenarnya dia malas keluar rumah malam-malam, tetapi adiknya yang bernama Ciko menyuruhnya. Jika Lana tidak menuruti perintah adiknya, maka adiknya akan memberitahu kepada mama nya kalau Lana tidak belajar. Memang benar-benar adiknya itu membuat suasana hatinya buruk.

"Ini neng, martabak coklat kejunya." ucap abang-abang penjual martabak sambil menyodorkan plastik berisikan martabak di dalamnya.

"Makasih mas, ini uangnya." ucap Lana menerima martabaknya sambil memberi uang lima belas ribu, dan langsung di terima oleh abang-abang penjual martabak.

Lana meninggalkan tempat itu dan segera bergegas pulang ke rumah. Tetapi, Lana mendengar ada kegaduhan di gang sebelah, yang katanya di gang itu banyak hantunya. Karena penasaran, Lana berjalan menuju gang tersebut dengan perasaan was-was.

Lana mengintip di belakang tembok. Setelah melihat apa yang terjadi, Lana melototkan matanya terkejut. Ada sembilan orang mengeroyok satu orang yang sudah terkapar lemah di tanah.

Lana bingung harus bagaimana. Masa iya dia melawan sembilan orang tersebut. Yang ada malah dia juga babak belur. Tiba- tiba, otak pintarnya memberikan ide yang sangat cemerlang.

"Bangun lo, katanya jagoan!" ucap pria berbadan kekar.

"kita hajar lagi gak sih, biar dia mati sekalian." ucap pria berambut ikal, menyeringai.

Lelaki yang di keroyok sudah pasrah dengan keadaan, dia sudah tidak mampu melawannya lagi. apalagi melawan sembilan orang, dan dia sendiri. dengan jumlahnya, dia sudah kalah telak.

Para pria tersebut ingin menghajar kembali lelaki yang sudah babak belur itu tetapi, mereka urungkan niatnya, karena ada suara sirene polisi membuat mereka kabur meninggalkan tempat itu sejauh-jauhnya.

Lelaki yang babak belur itu menghela nafasnya, lega. dia menoleh ke sumber suara tersebut, dan dia melihat perempuan berlari dengan ponselnya yang membuat suara sirene polisi.

"Lo gak papa?"

"Lo gak mati kan?

"Bibir lo berdarah!"

"Dahi lo juga berdarah!"
Ucap Lana panik, dan bingung harus berbuat apa.

"Berisik!" ucap lelaki tersebut. Dia sudah pusing, ditambah ucapan demi ucapan yang dilontarkan perempuan yang di depannya itu, apalagi suara sirene polisi masih berbunyi di handphone perempuan itu.

"Oiya lupa dimatiin." ucap Lana dengan senyum ala kuda. Langsung saja Lana mematikan suara di handphone nya itu.

Lelaki itu berdiri dengan badan yang lebam kemudian lelaki itu pergi dengan tertatih menuju motor sportnya dan pergi menembus angin malam yang dingin.

"Dih, sombong banget itu orang."

Lana meninggalkan tempat menyeramkan itu, dan menuju rumahnya. Adiknya pasti sudah menanti kedatangannya sedari lama.

•••

•PERTEMUAN KEDUA

Setelah ujian sekolah usai, dan libur panjang tiba membuat Lana mengisi kekosongannya untuk bekerja sebagai guru privat. Lumayan dengan gajinya, karena Lana mengajar anak SMP kelas tujuh yang bernama Sila yang berkeluarga cukup kaya raya.

Lana sebagai gadis dari keluarga yang sederhana tidak membuatnya menyerah. Lana harus mengangkat derajat keluarganya untuk bersekolah di sekolahan yang menjamin kehidupan yang mapan. Lana memang mendapatkan beasiswa di sekolahan ternama, tetapi uang tidak ditanggung pemerintah semua, seperti buku, seragam, dan alat perlengkapan lainnya pasti harus menggunakan uang sendiri. Alhasil Lana harus bekerja sedari sekarang.

Lana mengajar materi kelas delapan, agar guru menerangkan, Sila sudah menguasai meteri tersebut. Menurut Sila, keberadaan Lana membuat dia semakin semangat belajar.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, saatnya untuk menyudahi pembelajaran privat ini dirumah Sila. Sepertinya Minggu depan, Lana tidak akan rutin mengajar, dikarenakan masa libur sekolah telah usai. Lana akan memasuki masa SMA nya, dan Sila akan naik ke kelas delapan.

Lana pulang menaiki Ojol. Di perjalanan, manik mata Lana melihat-lihat beberapa pengendara motor, dan tempat-tempat yang dilaluinya. Seperti tiba-tiba ada pengendara motor bapak-bapak yang motornya menjemping, ada yang garuk-garuk helm, dan ada juga yang mengupil. Hal tersebut, membuat Lana menahan tawanya di sepanjang jalan. Kan gak lucu dia tertawa di sepanjang jalan. orang-orang yang melihatnya pasti mengira Lana orang gila, karena tertawa sendiri di jalanan.

Manik mata Lana teralihkan, yang tadinya dia melihat hal konyol, dan sekarang dia melihat hal yang menyeramkan. 

Ada segerombolan laki-laki yang jumlahnya begitu banyak, sedang baku hantam. Manik mata Lana berhenti pada sosok lelaki yang tidak asing baginya.

"Pak berhenti sebentar!" Bapak Ojol nurut-nurut saja berhenti di pinggir jalan. Dan bapak Ojol juga melihat keributan tersebut.

"ANJIR, ITUKAN YANG GUE TOLONGIN KEMAREN!" pekik Lana. Dia begitu terkejut melihat kebrutalan lelaki yang dia tolong kemaren malam. Manik mata Lana terus melihat aksi lelaki tersebut.

Lelaki tersebut tengah mencekik lawannya, dan merebut pisau dari genggaman lawannya. Pisau tersebut hampir menancap ke jantung lawannya sebelum manik mata tajamnya beralih 10° dari pandangan matanya.

Lana panik, lelaki tersebut melihat keberadaannya.

"PAK JALAN PAK, CEPETAN!" pekik Lana, menepuk-nepuk pundak Bapak Ojol. Motor matic milik bapak Ojol kembali berjalan. Lelaki tersebut sudah jauh dari hadapannya, dan sekarang sudah tidak terlihat lagi, membuat Lana bernafas lega.

•••

LANA FOR KENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang