Diancam

6 3 1
                                    

Bell pulang sudah berbunyi sedari tadi. Lana berjalan santai halaman sekolah untuk pulang ke rumahnya.

Langkah Lana terpaksa berhenti, jantungnya berpacu dengan cepat, manik matanya menyorot lelaki yang bername tag Kenzo yang tiba-tiba ada di hadapannya dengan menatap Lana tajam. Kemudian Lana ditarik oleh Kenzo.

"Ikut gue!" perintahnya tanpa bantahan.

"Gak mau!" Lana berusaha melepas pergelangan tangannya yang di genggam erat oleh Kenzo. Sepertinya percuma dia terus memberontak, Kenzo terlalu kuat. Tetapi otak pintarnya memberikan ide cemerlang.

Tiba-tiba, Lana begitu berat bagi Kenzo, padahal tadi dia menyeret Lana begitu enteng, kenapa sekarang sangat berat?

Kenzo menoleh ke arah Lana, dan menghela nafasnya lelah. Ternyata Lana merangkul tiang bendera dengan satu tangannya.

Kenzo berusaha melepaskan tangan Lana yang ada di tiang bendera tetapi nihil, Lana begitu kuat. Tenyata perempuan yang ada di hadapannya ini susah untuk diajak bicara.

"Ikut gue sebentar, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Kenzo berusaha memelankan nada bicaranya dan tidak ada respon dari Lana. Dengan terpaksa Kenzo melepaskan lengan Lana yang ada di tiang dengan sedikit kasar. Lengan Lana yang ada di tiang bendera sekarang sudah lepas. Lana sekarang pasrah dibawa Kenzo.

Disinilah Lana dan Kenzo berada, belakang sekolah yang jarang di jangkau oleh murid Mawar Gading.

Atmosfer menjadi dingin ditambah Kenzo terus menatapnya tajam tanpa bersuara. Lana terus menunggu ucapan apa yang dilontarkan oleh Kenzo.

"Tutup mulut lo atas semua yang lo liat dari gue di pertemuan itu." ucap Kenzo, to the point.

Ada apa dengan lelaki ini, Lana menjadi sangat penasaran di buatnya.

Lana menyeringai, "Memangnya kenapa kalo gue bongkar ke seluruh siswa di sekolah ini kalo Kenzo Baruna Joendy seperti berandal yang hampir merenggut nyawa orang."

Kenzo mengeraskan rahangnya, kacamatanya ia lepas, dimasukkan lah ke kantong bajunya, sekarang manik mata tajamnya semakin jelas terlihat. Kenzo memajukan kakinya untuk lebih dekat dengan perempuan di hadapannya yang hanya sebahu. Lana melangkah mundur, punggungnya sudah bertabrakan ke dinding. Nyali Lana perlahan menciut.

Satu tangan Kenzo menancap di tembok seakan ia membuat pembatas agar Lana tidak bisa kabur darinya. Kepalanya ia miringkan untuk melihat lebih jelas raut muka ketakutan tetapi sok berani itu. Jarak wajah mereka berdua hanya satu kepalan tangan saja, jika ada yang melihatnya pasti mengira kalau mereka sedang berciuman.

"Lo punya dua pilihan. Lo diem, atau lo gue perkosa?" ujar lelaki itu yang Lana tau mereka adalah orang yang sama.

Kaki Lana terasa lemas, tubuhnya menegang seperti patung, dia tidak tau lagi harus berbuat apa, ingin menangis saja rasanya.

Tidak ada yang dipilih dari Lana membuat Kenzo geram. Kenzo menjalankan aksinya yaitu melonggarkan dasinya dengan satu tangan.

"ucapan gue ga pernah main-main." ucapnya berbisik ke telinga Lana membuat Lana meremang, ia ingin menelan ludahnya saja terasa susah.

"I-iya, gue diem." ucap Lana terbata. Ia tidak mau bermain-main lagi dengan lelaki yang ada dihadapannya ini lagi.

"Gue pegang omongan lo." Setelah itu Kenzo melangkah pergi.

•••

LANA FOR KENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang