13

124 7 0
                                    

Dengan tergesa - gesa Reana berjalan mengunci pintu kamarnya, lalu ia segera berbalik kebelakang.

Memegang keningnya yang berdenyut nyeri.

"Bagaimana kau bisa berada di sini" ucap Reana, tanpa menatap orang dihadapannya .

Reana benar - benar pusing sekarang, bagaimana bisa dia berada di sini!

"Mah, Rio kangen mah! Memah pergi kemana aja, kenapa kita bisa ada di sini mah!?" Ucap Rio dengan raut cemasnya.

Reana terdiam, dia bingung harus menjelaskan apa. Terlebih, Rayen dan Razer belum mengetahui kalau mereka telah mempunyai adik lagi.

Reana hanya bisa menghela nafas, ia berjalan kearah Rio dengan merentangkan tangannya.

Memasukan Rio kedalam dekapan hangat, mencoba menjelaskannya sebaik mungkin agar Rio bisa mengerti.

Ia tak ingin menghebohkan istana dimalam hari dengan embel - embel 'anggota kerajaan baru' maka dari itu, malam ini Rio akan tidur bersama Reana.

Reana yang tengah duduk di atas ranjangnya, sibuk mengerjakan pekerjaannya.

Memang selama Reana berada di sini, ia cukup banyak melakukan pekerjaan agar ia merasa sibuk.

Dan yah, dia sibuk sekarang. Reana terus fokus kepada lembaran kertas putih di meja kecilnya, sedang kan Rio sudah tertidur di samping Reana.

Reana mengerjakan itu hingga dua jam lamanya, hingga akhirnya ia bisa tidur dengan nyenyak.


--__--__--__--__--__--__--__--__--__--__--__--__--__

Pagi di awali dengan segala kesibukan yang ada, Reana terbangun dari tidurnya.

Menatap Rio yang ternyata masih terlelap dalam mimpi, Reana bangun dan berjalan ke kamar mandi.

Membasuh wajahnya hingga tampak segar, ia hari ini akan bertemu dengan Rayen dan Razer untuk mengatakan kedatangan adik mereka.

Ia berjalan keluar dari kamar, menuju ruangan Razer karena tadi ia telah menyuruh mereka berdua untuk berkumpul.

Cklekk....

Pintu terbuka, dengan pelan Reana masuk kedalam ruangan dan duduk di hadapan keduanya.

"Ada apa mah?" Tanya Rayen dan Razer bersamaan.

Reana terdiam, ia menghela nafas panjang. Memijat batang hidung nya, yang telah menjadi kebiasaan.

Reana mencoba menjelaskan kepada mereka serinci mungkin apa yang telah terjadi, hingga menjelang siang. Reana telah selesai menceritakan semua kejadian yang ada.

Terlihat raut masam dari Razer dan Rayen, keduanya tengah marah kepada Reana. Sedangkan Reana hanya bisa menghela nafas pasrah, ia sungguh lelah sekarang.

Tak lama Rayen izin pamit terlebih dahulu, ia pergi hingga tersisa Reana dan Razer.

Reana berdiri dari duduknya, berjalan kearah pintu dan segera keluar. Namun kala ia menatap kebelakang, ada Razer yang mengikutinya.

Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia mengikuti Reana?

Reana hanya bisa membiarkan Razer mengikuti, ia memasuki area perpustakaan yang besar.

Terus memasuki perpustakaan hingga ia berada di paling ujung, tempat yang jarang di datangi orang.

Mengambil sebuah buku bersampul kan biru langit di jajaran buku yang berdebu, mengambil sebuah bolpoin di antara halaman.

Ia berjalan ke arah sebuah tembok, menekan pigura kecil yang ada di dinding hingga muncul sebuah lubang kunci pada lantai.

Reana memasukan bolpoin yang ternyata adalah kunci untuk membukanya, secara otomatis subuah tangga muncul dari atas langit - langit.

Reana mencabut kunci itu, hingga lubang kunci tertutup secara otomatis. Ia berjalan menaiki tangga, dengan Razer yang sedari tadi mengikutinya.

Terlihat ruangan yang cukup luas di sana, ada sofa, kasur, rak buku dan banyak lainnya.

Ini adalah tempat yang nyaman untuk menyendiri, kenapa ia tidak tahu? Ia bahkan tak pernah melihat mamah kemari.

Reana duduk di sebuah sofa yang menghadap ke jendela, di ikuti Razer.

Razer duduk di samping Reana, ia memeluk Reana dari samping. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reana.

"Mah, mamah sebenarnya siapa? Emang serumit itu yah?"

APA? SIAPA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang