13. Keadaan Ara

71 5 0
                                    




•••000•••

Saat Kaluna dengan yang lainnya sedang bergulat dengan pikiran masing masing, tiba tiba pintu ruangan UGD terbuka. Kedua orang tua Ara langsung mendekati dokter yang tengah menutup pintu tersebut.

"Bagaimana keadaan anak saya, dok? Apa dia baik baik aja?" tanya Gentari dengan wajah sembabnya.

"Keadaan anak ibu baik baik saja, hanya luka tusukan yang sangat dalam itu membuat dia kekurangan banyak darah. Tetapi ibu, bapak tenang saja karena di rumah sakit ini masih ada stok golongan darah seperti pasien di sini." tutur dokter.

Kedua orang tua Ara beserta yang lainnnya merasa lega.

"Apa kita bisa masuk, dok?" tanya Gentari, lagi.

"Untuk saat ini pasien belum bisa di temui, pasien masih dalam kondisi tidak sadarkan diri akibat suntikan bius. Pasien akan kami bawa keruangan rawat inap terlebih dahulu, saya permisi."

Setelah mengatakan itu dokter langsung pergi dari sana.

"Apa kamu tidak pulang dulu? Baju kamu banyak darah, sebaiknya kamu pulang dulu untuk mengganti pakaian," ujar Gentari sambil mengelus rambut Kaluna.

Kaluna tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Luna masih pengen disini, pengen ketemu Ara," jawab Kaluna.

"Nak, nurut sama Mama ya? Kamu pulang dulu ganti baju kamu, setelah mengganti baju, kamu langsung kesini lagi, nurut ya?" ucap Gentari sambil merapikan rambut Kaluna.

Kaluna membuang napas kasar lalu menganggukan kepalanya. "Yasudah Luna pulang dulu, kalau ada apa apa sama Ara tolong segera hubungi luna. Luna janji gabakalan lama," ujar Kaluna.

"Iya, Nak."

"Kalian jugaa sebaiknya pergi ke sekolah aja, masih bisa mengikuti pelajaran, nanti pulang sekolah kalian bisa kesini lagi," ujar Gentari kepada yang lainnya.

Mereka semua menganggukan kepalanya. Satu persatu mereka menyalimi tangan punggung kedua orang tua Ara, setelah itu mereka pergi meninggalkan sepasang pasutri, termasuk Kaluna.

•••000•••

Sesampainya di halaman rumah Kaluna langsung keluar dari mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ia melihat kesekeliling ruangan, tidak ada siapa siapa.

Kaluna langsung berjalan dengan sedikit lari ke arah tangga untuk pergi ke kamarnya. Sesampainya di depan pintu kamar, Kaluna langsung masuk. Sudah melepaskan tasnya, ia bergegas masuk kamar mandi dengan handuk di tangannya.

Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi, sekarang ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa, dengan rambut yang sudah basah.

Ia duduk di depan cermin dengan pandangan kosong, beberapa detik setetes air mata turun membasahi wajahnya.

"Kenapa bisa seperti ini? Kenapa yang terluka harus dia? Kenapa ga gue," gumam Kaluna sambil terisak.

Ia menghapus air mata nya, lalu segera merapihkan rambut setelah semuanya selesai ia langsung keluar kamar. Tanpa menunggu lama ia langsung keluar rumah dan memasuki mobil miliknya.

Sedangkan di rumah sakit sekarang Ara sudah di pindahkan keruangan rawat dengan kedua orang tua yang setia menemaninya.

"Sayang cepet sadar, Nak." Gentari terus menerus menangis dengan tangan menggenggam tangan kanan Ara.

"Sudah Ma jangan menangis terus, bentar lagi Ara pasti sadar," ucap Bagaskara sambil menepuk punggung Gentari.

"Siapa yang tega menusuk perut anak kita, Pa? Mama tidak akan pernah memaafkan orang itu, gaakan pernah!" geram Gentari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita dan Semesta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang