Eleanor keluar dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Pakaian yang ia kenakan tidak terlihat seperti seorang bangsawan sekalipun. Ia mengenakan gaun panjang polos, sederhana namun elegan. Perbedaannya hanya membawa tas rajut saja.
Kali ini, Eleanor memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke pasar, untuk membeli sebuah bahan yang dibutuhkan. Namun, ada satu masalah kecil yang harus dia hadapi - dia tidak tahu di mana letak pasar tersebut.
"Uh, tapi pasarnya ada dimana ya?" gumam Eleanor. Pasalnya, terakhir kali berkunjung adalah dua tahun yang lalu, wajar jika ia lupa rute perjalanan ke ibukota kerajaan ini.
"Ah sudahlah, cari-cari saja!" ucap Eleanor sambil berjalan dengan mengikuti nalurinya, berputar-putar di antara jalan-jalan yang ramai. Dia berjalan ke kanan, lalu ke kiri, dan akhirnya terus lurus. Dan, oh! Akhirnya dia melihat tempat yang ramai dengan orang-orang berteriak memperkenalkan dagangan mereka. Inilah pasti pasar yang dia cari!
Eleanor melihat berbagai macam dagangan di pasar ini, mulai dari sayuran segar, buah-buahan yang berwarna-warni, daging yang menggoda, hingga rempah-rempah yang harum. Ia terpesona dengan kehidupan dan keramaian di pasar ini.
Namun, Eleanor menyadari bahwa ini bukanlah jenis pasar yang dia cari. Dia membutuhkan sebuah toko bangunan. "Hmm, tapi bukan pasar seperti ini yang kucari.. apa coba ku tanya saja ya?" gumam Eleanor. Matanya melirik sana-sini mencari seseorang yang mungkin dapat diajak berbincang.
Dan akhirnya, dia melihat seorang wanita yang tampak ramah dan berpengetahuan. "Ketemu!" pikir Eleanor dalam hati. Dengan langkah mantap, Eleanor mendekati wanita tersebut.
"Halo, permisi. Boleh saya bertanya?" tanya Eleanor dengan sopan. Suaranya pun ia buat sehalus dan semerdu mungkin supaya tidak dikira macam-macam.
Wanita yang ditanyai Eleanor terlihat sedikit terkejut, namun dengan senyum dia menjawab, "Oh, ya? Kamu mau bertanya tentang apa?"
Eleanor menjelaskan dengan panjang lebar, "Begini, saya sedang mencari bahan bangunan untuk membangun ulang kamar adik saya. Kamar nya sudah tidak layak pakai, jadi saya berniat merenovasinya. Tapi, saya sudah lama tidak kesini. Jadi, saya tidak bisa mengingat bagaimana rute jalan di sini. Bisakah anda membantu saya?"
Wanita itu memahami keadaan Eleanor dan dengan ramah menjawab, "Ah, begitu. Tentu saja bisa, tapi saya hari ini agak sibuk nona manis... saya beri tahu rutenya saja, ya?"
Eleanor mengangguk cepat dan berkata, "Terima kasih, itu sudah sangat membantu!"
Wanita itu menjelaskan dengan jelas rute yang harus diikuti oleh Eleanor. "Di ujung pasar ini, kamu belok kanan, lalu lurus. Kemudian belok kiri, disana nanti ada simpang empat. Kamu lurus saja, sampai ada tulisan 'Toko Deg Arema', itulah tokonya. Oh, kalau begitu saya buru-buru, sampai jumpa!"
Eleanor sedikit linglung, tapi dia tetap berterima kasih pada wanita itu. "Terima kasih atas bantuannya!" ucap Eleanor dengan senyum.
"Rute kanan, terus lurus. Oke!" gumam Eleanor sambil mengingat petunjuk yang diberikan wanita tadi. Dia melangkah dengan mantap menuju arah yang telah dijelaskan.
Tak lama kemudian, Eleanor tiba di depan toko bangunan Deg Arema. "Inikah tokonya? Hm, terlihat biasa saja. Mari masuk," gumam Eleanor. Lalu, dengan penuh semangat, ia membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam toko. Di dalamnya, dia melihat toko ini penuh dengan debu, namun Eleanor yakin bahwa ini adalah toko bangunan yang dia cari.
"Permisi, bisakah kamu menyediakan barang-barang yang ada dalam daftar ini?" tanya Eleanor pada pekerja paruh baya yang berada di sana. Sambil berkata demikian, Eleanor mengeluarkan secarik kertas yang berisi daftar apa saja yang ia butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef turned Food Sorcerer
Fantasy⚠️WARNING!⚠️ • Alur cerita termasuk lambat • Update sesuka hati, (kalau niat tiap bulan tiap minggu saya buat, kalau tidak niat setahun juga tidak update) • Jangan lupa Votment ya, jangan jadi pembaca ghaib • Bahasa baku • Peringatin aku apabila a...