Dua

4.1K 247 10
                                    

Shane menatap ke luar jendela cafe, melihat langit mendung yang menurunkan hujan serta petir. Banyak orang berlari untuk menduh, ada juga yang tetap melanjutkan perjalanan menggunakan payung atau jas hujan. Jalan raya sendiri pun tidak seramai hari-hari biasa, hanya ada beberapa mobil yang lewat.

Sudah terhitung 5 tahun semenjak Shane pergi dari negara kelahirannya, dan sudah 5 tahun pula Shane meninggalkan Kevan dalam bayang-bayang rasa bersalah. Suara teriakan meminta tolong dari Kevan tak pernah bisa pergi dari kepalanya.

Shane sadar jika apa yang di lakukannya salah, tapi Shane tidak menyesal, itu adalah pilihan terbaik untuk Kevan. Yang Shane sesali hanyalah meninggalkan Kevan dengan luka. Shane tau sesakit apa luka yang ditinggalkan olehnya kepada Kevan, karena Shane pernah berada di posisi Kevan, di tinggal saat ia sedang mencintai sedalam mungkin. Yang Shane harapkan adalah, semoga Kevan tak mencintainya begitu dalam pada waktu itu, dan semoga saja Kevan tak begitu membencinya.

Shane menatap gelas kopi di depannya yang sudah tersisa setengah. Shane adalah orang bodoh, di cuaca yang dingin begini ia malah memesan ice creamy latte. Padahal Shane memiliki alergi dingin, setiap ia merasa kedinginan maka...

Hacim!

Shane akan bersin.

Shane mengusap hidungnya yang terasa gatal, didalamnya sudah terisi oleh lendir. Dia adalah orang terbodoh dalam menjaga kesehatan tubuhnya.

"Permisi, tuan."

Panggilan dari seorang pelayan cafe mengalihkan atensi Shane, "ya?" tanyanya.

"Saya hanya ingin menawarkan segelas kopi hangat ini," kata pelayan cafe sembari melihat sejenak nampan yang di bawanya.

"Kenapa? Kenapa tawarin ke aku?" tanya Shane bingung.

Di cafe ini kan masih banyak orang lain, kenapa harus menawarkan ke dirinya?

"Ah itu karena anda selalu datang ke cafe kami, jadi sang pemilik cafe ingin memberikan kopi gratis ini untuk anda. Dan juga, kopi ini dibuat langsung oleh beliau, dan menu kopi ini belum ada di menu. Sang pemilik cafe ingin meminta pendapat anda tentang rasa kopi ini." jelasnya panjang lebar.

Shane menganggukkan kepalanya mengerti, tapi tetap saja "kenapa harus aku? Aku sudah memesan kopi ini, ini sudah cukup." Shane mencoba menolak dengan halus.

"Benar, anda sudah memesan kopi tersebut. Namun, pemilik cafe ingin anda mencoba kopi buatannya sebagai testimoni apakah rasa kopinya enak atau tidak."

"Sejujurnya aku tidak tau bagaimana mendeskripsikan rasa kopi, aku hanya meminumnya saja tanpa menikmatinya."

"Tidak apa-apa tuan, anda hanya perlu mengatakan apakah rasanya enak atau tidak."

Shane tersenyum datar, dia sangat memaksa padahal Shane sudah menolaknya dengan halus. Mau bagaimana lagi,  Shane tidak mau membuat keributan di cafe maka dari itu ia pun menerimanya.

Shane mengambil kopi tersebut dan mencicipinya. Begitu air hangat itu melewati rongga mulutnya dan juga tenggorokannya, Shane mulai merasa tubuhnya terasa hangat, hidungnya tidak gatal lagi, terlebih lagi rasa kopinya benar-benar enak!

"Ini enak, aku tidak tau spesifiknya hanya saja standar manisnya sesuai dengan ku dan mungkin ini akan cocok untuk di jual?" ujar Shane dengan ragu.

Sang pelayan tersenyum cerah, ia kemudian mengucapkan terima kasih dan pergi dari meja Shane.

Shane lanjut menikmati kopi hangat gratis ini. Sayang sekali menu ini akan liris lusa, jika saja sudah liris Shane akan memesan kopi seperti ini lagi untuk dibawa pulang. Saking sukanya dengan kopi ini, tangan Shane tak pernah lepas menggenggam gelas kopi itu.

Enigma Obsession [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang