"Aldora Lizean, kemari," begitulah ayahku memanggil namaku.
Aku yang baru saja pulang setelah seharian berada di sekolah merasa kebingungan, karena ini pertama kalinya ayahku memanggil namaku secara lengkap.
"Ada apa, ayah? apa ada hal penting?"
Sebelum ayahku mulai berbicara, ia menatap ke arah bunda dan keempat kakak laki-laki ku terlebih dahulu. Dirinya seperti sedang meminta persetujuan.
"Ada apa?" tanyaku sekali lagi.
"Mulai besok, kamu tidak perlu berangkat ke sekolah lagi," ujar Alex, kakakku yang ketiga.
Dengan raut wajahnya yang tidak ada ekspresi apapun setelah berbicara, membuat diriku menjadi tambah bingung. "Lho, kenapa? Lize kan gak bikin masalah di sekolah."
"Emangnya harus punya masalah dulu kalo berhenti sekolah?" tanya Arsen, kakakku yang keempat.
"Ya engga, cuma aku bingung aja kenapa tiba-tiba gak boleh sekolah lagi."
"Bukan gak boleh sekolah lagi, sayang. Tapi kamu cuma harus berhenti dari sekolah yang sekarang," ujar bundaku.
"Sama aja dong, bun. Sama-sama gak bisa sekolah lagi."
"Masih bisa sekolah, tapi pindah."
"Pindah?" Saat ini, aku benar-benar dibuat bingung oleh keluargaku. "Ayah, ini maksudnya gimana? Lize gak paham sama sekali."
"Iya, kamu pindah sekolah, Ze. Bahkan kita akan pindah tempat tinggal juga."
"Terus, aku sekolah dimana? Aku bakalan dapet temen lagi gak? Sekolah barunya jauh gak dari sini? Temen-temenku gimana?"
Keempat kakakku segera menutup telinganya setelah mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan untuk ayahku.
"Cerewetnya," ucap Alex.
"Satu persatu kalo nanya, Lize." Bundaku menggelengkan kepalanya.
"Sekolahmu jauh, ada di Canada," ucap Ayah.
"WHAT? Itu mah jauh banget, ayah."
"Ya emang, makanya kita juga pindah rumah."
"Tapi, kenapa tiba-tiba?"
"Ada alasan tertentu yang gak bisa ayah kasih tau ke kamu. Yang penting, sekarang ayah udah ngasih tau ke kamu kalo kita bakalan pindah."
"Pindahnya kapan?"
"Lusa. Ayah juga udah daftarin kamu di salah satu sekolah yang ada di Canada."
"Wow, ayah gercep banget." Aku terkejut dengan pergerakan ayahku yang sangat cepat, sampai aku sebagai anaknya pun tidak tahu dirinya telah melakukan hal ini.
"Kemarin, ayah udah ngomong sama pihak sekolah kalo kamu akan pindah sekolah. Jadi, gak usah khawatir lagi sama sekolahmu itu." Asap rokok yang dihisap oleh ayahku mulai berjalan ke arahku sesaat setelah ayah berbicara.
"Yaudah deh, Lize ke kamar dulu ya. Mau ganti baju."
Arsen menggodaku dengan menutup hidungnya, "mandi tuh sekalian, bau asem."
"Sembarangan, walaupun aku seharian di luar, tapi aku masih wangi ya."
"Boong tuh, buktinya daritadi bunda nyium bau matahari waktu kamu buka pintu."
"Ih bunda mah."
Aku langsung berjalan ke arah tangga, aku sangat marah karena diledekin oleh keluargaku. Padahal, aku kan selalu wangi karena aku selalu menyemprotkan parfum.
Tawa mereka masih terdengar jelas dari arah kamarku. Diledekin oleh keluarga sudah menjadi makanan sehari-hari untukku.
☄️☄️☄️
Omong-omong tentang pindahan, apakah temanku udah tau? Atau cuma pihak sekolah saja yang mengetahuinya? Aku harus bertanya kepada temanku.
Huft, ternyata benar dugaanku, hanya pihak sekolah saja yang mengetahuinya. Setelah aku pikirkan lagi, lebih baik teman sekelasku mengetahuinya dari pihak sekolah, dibandingkan aku yang memberitahu.
TOK.. TOK..
Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunan. "Iya, sebentar."
KLEK
"Kenapa, a'?"
"Aa boleh masuk?"
"Boleh, masuk aja." Aku mempersilakan kakakku masuk ke dalam kamarku. Terlihat seperti ada yang ingin dikatakan olehnya.
"Cowo kamu, gimana?"
Lagi dan lagi, pertanyaan seperti yang diajukan oleh sasa kembali diajukan oleh kakakku. Kenapa mereka ingin tahu tentang pacarku?
"Gimana apanya?"
"Ya, dia gimana. Udah balik?"
"Belom, yaudah lah. Lize juga udah nganggep kalo kita putus. Daripada 4 bulan digantung kayak gini, emang lize jemuran."
James tertawa mendengar ucapanku yang berkata bahwa aku ini seperti jemuran yang digantung. Iya benar, yang sedang berada di kamarku saat ini adalah James, kakakku yang kedua.
"Aa dapet info, kalo pacarmu satu lingkungan sama sekolahmu."
"Maksudnya?"
"Dia sekarang kuliah di Canada, kan?"
"Iya, terus kenapa?"
"Gedung kampus jurusannya, satu lapangan sama gedung sekolahmu."
"LOH? IYAKAH?"
"Iya, AA dapet info dari salah satu teman aa yang disana."
"Terus terus, abis itu apa lagi yang aa dapet?" Rasa penasaranku memuncak setelah mendengar ucapan kakakku.
"Gak ada, cuma itu doang. Aa mau kamu tetep hati-hati ya, semoga kamu gak ketemu sama dia."
"Kenapa emangnya?"
"Aa tau kalo kamu dapet perlakuan gak bagus dari dia, kan? Tapi tenang aja, aa gak ngasih tau ke yang lain kok."
"Aa, tolong simpan baik-baik rahasia ini ya? Cukup Lize sama aa James aja yang tau, keluarga ini gak perlu."
"Iya. Tapi kamu harus inget, kalo dia berulah, tolong hubungin aa."
"Aman, a. Selagi Lize bisa hadapin sendiri, gak perlu ada yang dikhawatirkan."
"Aa tau kamu bisa ngadepin semuanya sendirian, tapi gak ada salahnya kan kalo aa sebagai abang mau ngelindungin adeknya?" James menatapku dengan penuh tatapan permohonan. "Apalagi kamu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Kita berempat bakalan merasa bersalah ke diri kita sendiri kalo ada hal bahaya yang menimpa kamu."
Aku hanya terdiam. Membiarkan James mengeluarkan ucapannya yang lain.
"Aa mohon ya, Ze? Hubungin aa kalo pacarmu berulah."
"Iya a, Lize bakalan hubungin aa selalu."
Aku merasa sedih setelah mendengar ucapan yang dilontarkan oleh abangku. Ternyata, Alex juga menyayangiku? Aku pikir, hanya Johnny, James, dan Arsen saja yang menyayangiku, namun Alex tidak. Karena Alex yang sifatnya menyebalkan, dan selalu mengajakku bertengkar.
☄️☄️☄️
hi peeps, gimana nih hari liburnya? anyway, Merry Christmas buat teman-teman yang merayakan 🎄
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW DARE YOU?
Teen FictionAldora Lizean Miller atau yang kerap disapa Jean merupakan gadis cantik yang nyaris sempurna wajahnya menjadi tipe idaman para lelaki diluar sana. Namun, Brandon, sang berandalan telah berhasil menjadi pemenang hati Jean. Mereka menjadi sepasang kek...