O4. Hati-hati di Sana

33 10 1
                                    

"Ini kenapa jadi kamu yang gak sabar, Sa?" Bunda menertawakan sikap Sasa hari ini.

"Hehehe, soalnya Sasa greget sama Jean, takut yang ini gak dibeli, soalnya kan kadang dia terlalu pilah-pilih."

"Bener sih." Bunda memasuki toko dan melihat-lihat koper lain yang ada di dalam. "Dek, sini."

Aku dan Sasa saling menatap, kami bingung apa yang dilihat oleh wanita paruh baya itu.

☄️☄️☄️

"Kenapa, Bun?" tanyaku.

"Kamu beli ini aja dek, keren. Biar gak cape juga."

PILIHAN BUNDA :

Sasa tertawa sangat keras hingga petugas toko menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasa tertawa sangat keras hingga petugas toko menatapnya. "Eh maaf, keceplosan."

"HAHAHAHA," aku dan bunda menertawakan Sasa yang sedang merasa malu karena suara ketawanya.

"Ini cocok nih buat Jean yang jompo."

"Tai lu."

Bunda membekap mulutku, "adek, bahasanya." Bunda kembali menyusuri toko. "Ayo, cepetan mau beli yang mana?"

"Beli yang tadi aja, bun."

"Yaudah, yuk bayar."

Kami bertiga menghampiri kasir toko dan membayar belanjaan kami."

Seperti perempuan pada umumnya, tidak mungkin kami hanya membeli satu barang saja dan kembali pulang ke rumah. Tentunya, kamu membeli barang yang tidak ada dalam rencana kami tadi sore.

Setelah dari Gandaria City, kini kami sudah kembali ke rumah. Dan Sasa pun juga sudah diantarkan pulang oleh bunda karena dirinya yang akan bersiap-siap untuk berangkat les.

☄️☄️☄️

10.15 WIB
Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia

Tidak ku sangka, waktu berjalan begitu cepat. Hari ini menjadi hari terakhirku berada di Indonesia. Mungkin, aku akan kembali kesini lagi saat sedang dalam waktu liburan sekolah.

Aku sedang menunggu ayahku tiba di bandara. Memang tadi mobil yang ditumpangi olehku tidak berjalan bersama dengan mobil yang ditumpangi ayah. Karena tadi aku, Alex, dan Johnny jalan terlebih dahulu karena Johnny ingin mengambil barang yang ada di kantornya.

Beberapa menit kemudian, ayahku datang. Dirinya menyuruh kami untuk mencari makan sembari menunggu jam terbang kami. "Hari ini, jadwal siapa yang bakal nentuin menu makanannya?" tanya ayahku.

"Alex, yah." Abangku mengangkat tangannya.

"Yaudah, sekarang tentuin."

"Mau cobain cromboloni gak?"

"MAU MAU." Aku dengan bersemangat menjawab pertanyaan Alex.

"Gimana, yah?"

"Yaudah, yuk beli."

"Alex gak tau ada atau engga, tapi kalo gak ada, kita makan yang biasa kita makan aja ya?"

Bunda menganggukkan kepalanya. "Iya, gapapa a."

Kami akhirnya mencari cromboloni yang sedang viral itu. Namun, sayangnya kami tidak menemukannya. Sesuai dengan perjanjian, kami akhirnya memilih tempat makan yang biasa kami kunjungi setiap sedang berada di bandara.

☄️☄️☄️

Setelah selesai makan, ayah segera menyuruh kami untuk bersiap-siap. Tidak, Alex dan Arsen tidak ikut ke Canada. Mereka hanya mengantarkan saja, karena mereka berdua masih masuk kuliah esok hari.

"Hati-hati ya, kabarin kita kalo udah sampe di sana." Alex memeluk ayah dan bunda.

Kemudian kami saling berpelukan, bahkan ini kali pertama Alex mencium keningku. "Gak usah bandel, jangan mentang-mentang aturan disana gak kayak di Indonesia."

"Iya, bawel deh."

Aku beralih untuk memeluk Arsen, lalu Arsen berkata, "kalo ketemu pacarmu, bilang aa ya. Suruh dia chat aa." Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya.

☄️☄️☄️

Akhirnya, aku, bunda, ayah, Johnny, dan James sudah memasuki pesawat. Notifikasi ponsel kami berbunyi secara bersamaan.

TING!

TING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☄️☄️☄️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☄️☄️☄️

halo teman-teman, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara vote dan komen ya!

xoxo,
ninirooms.

HOW DARE YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang