Bab 8: Menyerahkan semuanya

992 24 1
                                    

Halo halo!!, Selamat datang lagi di cerita saya hehehe. Jangan lupa vote and komen nya. Gak kerasa udah bab 8 saja😤

#Pardhan_POV

Gua membiarkan wira bersandar di bahu gua, kenapa?. Kenapa gua nyaman ketika selalu bersama nih bocah satu?. Sikapnya kadang monoton kadang juga bisa berubah, Dia perhatian ke gua, bahkan waktu itu dia menggosok baju gua yang lecek di tas. Dia adalah… sahabat terbaik gua?.

"Iya gua latihan bahu setiap hari. Biar dunia bisa muat di bahu gua…" gua tertawa geli mendengar ucapan gua sendiri, gua memang terus latihan agar bisa melindungi ibu dan orang-orang di sekitar gua dari bahaya. Gua ingin mereka nyaman saat bersandar di bahu gua.

"Jangan pernah kecewain gua…" ucap Gua sembari menatap wira yang langsung menoleh.

"Maksudnya siapa?. Gua?"

Gua menggeleng cepat dan meluruskan kaki "udah beberapa orang yang gua taruh kepercayaan ke mereka, dan mereka gagal…" gua menatap mata wira dalam dan tersenyum "lu jangan kecewain gua. ya?…"

"Lebay lu, nggak dhan. Gua gak akan ngecewain lu apapun itu"

"Hahahaha!!, Lebay amat ya gua. Dah ah kita ke pasir aja, pegel gua lama-lama duduk di karang begini" wira mengangguk dan menggendong tas gitar.

Kita berdua pindah posisi di pasir pantai yang bersih, ada karpet juga disana. Entah punya siapa jadi gua pun duduk di sana bersama wira.

Bang eza datang bersama teman nya yang gak gua kenal membawa plastik berisi banyak gelas kopi "nih kopi, oh iya kenalin ini temen abang. Namanya ferdy" gua tersenyum dan mengangguk kecil.

"Nih minum kopi dulu dek pardhan, wira. Nanti dingin" pria bernama ferdy ini memberikan gua dan wira segelas kopi moccacino.

"Makasih bang!. Oh iya yang lain udah pada bangun?" Tanya wira sembari meneguk kopi.

"Udah nanti bakar-bakaran nya, kalian belum sholat kan?. Sholat sana beres ngopi"

Iya juga, saking serunya disini gua sampai lupa hal yang penting. Gua menatap wira tajam "lu udah shalat ashar belum?"

"u-udah kok!, Cuma Maghrib doang belum"

Gua lupa shalat keduanya, jadi ya kayaknya harus di Qada sekarang "nanti beres ngopi kita shalat bareng wir"

Wira cuma mengangguk dan meneguk kopi kembali, setelah selesai ngopi kita balik lagi ke villa dan melaksanakan shalat. Semua teman-teman om yudhis sedang nongkrong santai di ruang tengah sembari merokok dan ngopi.

Gua langsung mengambil wudhu lalu memakai sarung dan kembali ke kamar, tiba-tiba saat gua mau menggelar sajadah wira menahan tangan gua "berjamaah, tungguin gua…" dia langsung berlari keluar, gua hanya geleng-geleng dan duduk di samping kasur menunggu wira.

*****

Setelah selesai shalat wira tersenyum dan menyalami tangan gua "laper kagak wir?, Gua laper nih hehe"

"Ayah lagi pada nyiapin bakar-bakaran di luar. Lu mau di sini ntar kalau udah jadi gua anter atau mau ikut ke depan?"

Gua melipat sajadah dan menaruhnya di dalam tas "di luar aja, bosen gua di kamar"

Wira mengangguk dan keluar terlebih dahulu, gua langsung mengecek hp karena tadi ada pesan masuk. Itu dari bang eza yang mengirim foto gua bersama wira tadi sedang bermain gitar "oke thanks bang!"

'yoi dhan, sama-sama. Sini di luar kita bakar-bakaran'

Gua pun menaruh hp ke saku celana dan berjalan keluar hingga teras, di sana gua langsung di sambut oleh on yudhis yang sedang membakar jagung dan juga barbeque lain nya wkwkwk.

Serdadu [MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang