"Well.. terimakasih atas kerjasama mu. Aku harap kau tidak lagi mencoba untuk memutuskan kontrak kerjasama ini." Jisoo tersenyum manis, menjulurkan tangan nya sekedar untuk menjabat tangan gadis itu. Namun, segera ia turun kan kembali saat jabatan tangan nya tidak terbalas. Oh sungguh memalukan.
Mereka berdua beriringan keluar dari ruang rapat. Yah.. setelah jisoo membujuk gadis itu untuk melakukan rapat dan membahas perihal pembatalan kerjasama antara perusahaan corporate dan perusahaan company yang cukup membuat keuntungan dengan pembangunan proyek besar mereka.
"Bisakah kita pergi ke cafe? Ehem mungkin hanya untuk sekedar meminum coffee americano?." Jisoo menggerakkan kepalanya ke samping menatap tanya pada gadis yang berjalan di samping nya.
Jane menggeleng, "mungkin lain kali atau ketika senggang. Karena setelah ini ada urusan yang harus aku kerjakan." Mendengar itu entah kenapa jisoo merasa kecewa."ah baiklah tidak apa-apa, sepertinya aku juga harus mengerjakan beberapa berkas hari ini. Sampai bertemu kembali, Jane!." Lambaian tangan dari kaca mobil yang terbuka membuat jane mau tak mau membalas lambaian tangan itu.
Setelah mobil Mercedes-Benz berwarna hitam sudah hilang dari pandangan nya, Jane menghela nafas kemudian berbalik untuk kembali mengurus satu masalah besar dengan perusahaan DnD. Dia terlonjak kaget, saat dibelakang nya ada dua orang wanita yang berdiri menatap dia dengan senyum lebar. Satu wanita dengan jas putih dengan nametag menggantung di kantong sebelah kanan nya, dan di sebelahnya wanita berpakaian selayaknya orang kantoran berwarna jas hitam dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung itu.
Mereka kompak merentangkan kedua tangannya seolah menarik Jane agar segera berlari memeluk nya. "Jung! Kemari lah, peluk aku dan hilangkan rasa rindu yang sudah aku tahan sejak tiga tahun ini."
Jujur, Jennie rindu dengan dua gadis di hadapannya namun dengan ego yang tinggi dan tidak mau image cool itu rusak di depan para karyawan, Jennie mulai mengukir senyum nya dan mendekat memegang kedua tangan itu di tangan kanan dan kiri nya untuk membawa mereka ke ruangan nya.
"Yakk! Yak!! Jung apa kau tidak rindu pada unnie mu ini?, Astaga kenapa anak ini sama sekali tidak berubah selama tiga tahun? Sifat nya masih saja sama." Gerutu gadis dengan kacamata yang bertengger itu.
"Benar itu. Apa kau tidak rindu pada unnie, jung? Mengapa kau tidak berlari dan memeluk kita?." Berbeda dengan gadis di sebelah kiri nya yang berbicara dengan sedikit berteriak, gadis disebelah kanan nya itu berbicara dengan sangat lembut.
Tidak menghiraukan ucapan kedua kakak nya, saat pintu lift terbuka dia segera menarik masuk dan memencet tombol angka sembilan. "Krystal-ssi kau berisik sekali, kuping ku sakit mendengar suara mu itu."
Gadis bernama krystal melebarkan netra mata nya, terkejut dengan ucapan sang adik.
Dengan kesal ia menarik telinga sang adik, "yak! Bicara lah dengan sopan, aku ini adalah kakak mu. Dasar anak nakal." Jennie meringis sakit saat telinga nya di tarik cukup kencang, lalu mata nya memohon pada gadis yang hanya menahan tawa tanpa mau membantu nya."Unnie~." Mohon Jennie memberikan wajah nya yang lucu.
"Kau pikir dengan memanggil Joohyun unnie dan mengeluarkan jurus andalan mu, kau bisa bebas begitu saja? Rasakan ini Jung Jennie!."
Joohyun yang kini sedang mencoba agar dirinya berhenti tertawa dengan mengusap air mata yang keluar akibat tingkah kedua adik nya. "Hah~ hah~ hentikan ital, lihat adik mu wajah nya sudah memerah." Lerai Joohyun, dengan kesal dia segera menghentikan kegiatan tadi.
"Kau selalu membela anak nakal ini." Wajah nya di buat seolah sedang ngambek, dengan tangan yang berada didepan dada.
Jennie yang tadi sibuk mengelus telinga nya agar tidak sakit lagi kini tertawa melihat wajah ngambek sang kakak, "apa-apaan ini, si tua sedang ngambek hanya karena Joohyun unnie membela ku? Ckck kau tidak pantas krystal-ssi." Tepat setelah dirinya mengatakan itu, pintu lift terbuka dan dia segera berlari menuju ruangan nya untuk menghindari amukan dari kakak kedua nya.
Sedangkan Joohyun sudah tertawa mendengar perkataan sang adik dan melirik Krystal yang masih shock, Joohyun segera menyikut lengan nya dan menyuruh untuk segera mengejar jennie untuk memberi anak itu pelajaran.
"Benar! Terimakasih hyunnie. Yak!!! Aku tidak akan memberi ampun pada mu, Jung!." Teriak krystal berlari menuju ruangan sang adik diikuti Joohyun di belakang nya yang masih sibuk untuk meredakan tawa nya.
"Omo!!." Teriak seorang gadis membuat Joohyun yang tadi sedang sibuk meredakan tawa nya kini menghentikan langkah dan menatap gadis itu.
Joohyun tau siapa dia dan segera membungkuk untuk memberi hormat, "Haii.. kang, apa kabar mu?." Tanya nya canggung. Maklum saja dia sudah lama tidak bertemu dengan gadis bermata sipit itu.
Seulgi. Gadis yang di tanya itu terus menatap Joohyun tanpa mau menjawab pertanyaannya. Joohyun terkekeh lalu menepuk pelan bahu itu, "aku tau... tidak perlu di jawab, lanjutkan saja keterkejutan mu seulgi-ssi. Aku akan pergi ke ruangan adik ku." Kemudian Joohyun meninggalkan Seulgi yang masih shock melihat dia berada di kantor sang adik.
"Wajah mu seperti orang bodoh kang."
"Yak! Apa yang kau lakukan! Kau mengagetkanku, nayeon-ssi." Gerutu seulgi mengelus dada nya yang kaget karena nayeon tiba-tiba berada di sebelah nya.
Nayoen tertawa, "aku tidak mengagetkan mu... yeah ku pikir setelah dirimu melihat kakak sajangnim dan membuat mu terpana karena kecantikan nya, sehingga tidak menyadari aku berada di samping mu."
"Mwo? Jadi benar? Kakak Jennie datang ke kantor ini?!!." Pekik Seulgi membuat nayeon memutar bola mata nya malas.
Seulgi mengaduh saat kepala nya di pukul pelan oleh nayeon, "Berhenti seperti orang bodoh, seulgi-ssi. Lebih baik kau kembali bekerja daripada berteriak seperti ini!." Seulgi hanya membuka mulut nya memperhatikan nayeon yang sudah masuk ke dalam lift.
Sedangkan di dalam ruangan Jennie, kedua gadis tengah berdiri dengan kepala menunduk menatap sepatu mereka. "Tidak bisakah kalian akur setelah tiga tahun tak bertemu?." Tanya Joohyun menaruh kedua tangan nya di pinggang.
Jennie mendongak lalu menunjuk Krystal, "dia duluan yang mulai unnie, aku bahkan sudah menyerah tapi Ital terus saja mengejar ku hingga menabrak kaca dan membuat kaca itu pecah." Lirih Jennie. Di saat seperti ini, image cool dan tegas yang ia punya hilang begitu saja.
"Ital?."
Mendengar nama nya di sebut oleh sang kakak, krystal segera mengangguk, "ndee.. ini salah ku, unnie." Pasrah krystal karena ini memang salah nya.
Jennie menoleh, "aniiya!! Ini salah ku karena sudah mengatakan ital unnie tua dan tukang marah-marah. Ku pikir ini berlebihan, lebih baik unnie memarahiku saja."
"Bagus. Teruskan saja membela sampai mulut kalian berbusa!." Krystal dan Jennie kembali diam. Joohyun tau, jika sudah seperti itu mereka berdua akan saling membela tanpa ada yang mau mengalah.
"Kemari lah." Suruh Joohyun tetapi mereka berdua tetap dia di sana.
"Jung Krystal! Jung Jennie!, apa kalian tidak mendengar perintah ku?." Mau tak mau mereka langsung beranjak mendekati sang kakak yang sedang dalam mode singa.
"Apa kalian ada yang terluka?." Kedua nya dengan berbarengan menggeleng, masih dengan wajah yang menunduk ke bawah.
"Apa aku ada di bawah kalian?."
"Tidak!." Jawab jennie cepat tetapi wajah nya masih saja menatap ke bawah.
"Lalu kenapa kalian terus menatap lantai itu?."
"Aku tidak berani melihat wajah unnie, itu terlihat sangat menyeramkan." Cicit Jennie. Joohyun terkekeh kemudian memeluk kedua adik nya dengan penuh rasa sayang. "Unnie akan memaafkan kalian jika kalian tidak menatap lantai itu lagi."
Jakarta, 18 Desember 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
Historia CortaSemua butuh waktu. Lambat laun rahasia akan terbongkar dengan cara lain.