00.08 -weird feeling-

165 13 3
                                    

Jennie dan Seulgi turun dari mobil, keduanya menatap bangunan entertainment yang besar. "Woah, ini sangat bagus. Jane, kau memang hebat sekali mencari seorang klien." Bisik Seulgi yang matanya penuh menatap kagum gedung pencakar langit.

Tidak menjawab ucapan sekertaris nya, Jennie segera masuk ke dalam. Pakaian sederhana dengan kacamata hitam bertengger di hidung nya dan mengabaikan tatapan orang-orang disana. Sementara Seulgi segera mengikuti Jennie, menyampaikan beberapa informasi agar mereka tidak tersesat di gedung itu.

"Jane, apa kau benar-benar tidak mengenal siapa pemilik gedung ini?."

Jennie hanya menggeleng, keduanya kini berada di lift untuk menuju lantai yang mereka tuju. "Tapi.. aku sang-."

"Berhenti berbicara, kang!." Potong Jennie menatap kesal Seulgi yang sejak tadi selalu berbicara, sedangkan gadis itu hanya tertawa canggung.

Ting!

"Selamat datang di lantai 10. Perkenalkan saya Shin Luda, sekertaris dari nona Lisa. Saya disini ditugaskan untuk menjemput nona Jane dan mengantarkan nya ke ruangan." Ucap Luda dengan ramah, netra matanya sedari tadi hanya memandang Jennie. Jennie membuka kacamata nya kemudian memasukkan ke dalam tas nya, "terimakasih luda." Balasnya tanpa ekspresi apapun.

Tak butuh waktu lama mereka sudah berada didalam ruangan Lisa, hanya ada mereka berdua karena Seulgi dan Luda menunggu di luar. Lisa terus memperhatikan Jennie dengan tatapan yang sulit di artikan, ada satu perasaan menyakitkan di relung hati melihat gadis didepannya ini.

"Bisa kita mulai pembicaraan nya?." Tanya Jennie merasa risih, sedangkan Lisa tidak menjawab dengan gerakan melambat ia memeluk Jennie sangat erat, mengeluarkan tangisan rindu yang selama ini ia pendam.

"Aku rasa kau sudah keterlaluan, Lisa-ssi." Tegur Jennie melepaskan pelukannya, namun di tahan oleh gadis itu. "Ku mohon sebentar saja, kau mirip sekali dengan adik ku yang hilang bertahun-tahun." Lirih nya membuat Jennie mau tak mau tetap diam di dalam pelukan itu.

Setelah lama berada dipelukan Jennie akhirnya pelukan itu terlepas, tangan Lisa memegang kedua pipi yang seperti mandu itu dan si pemilik tetap diam namun mata nya memperhatikan netra Lisa yang sedikit memerah.
......

Jennie mencuri-curi pandang pada Lisa yang sedang memakan makanan nya dengan tenang. Sedangkan Lisa gadis itu hanya tersenyum tipis ketika menyadari dirinya terus di tatap oleh gadis yang sangat mirip dengan adik nya.

"Aku memang cantik, jadi wajar saja jika kau memperhatikan ku terus." Ucap Lisa membuat Jennie malu seolah dia baru saja melakukan hal yang memalukan. Wajahnya ditutup dengan tangan untuk menyembunyikan rasa malu itu, tentu nya mengundang tawa yang cukup kencang dari Lisa.

Diseberang meja tak jauh, ada Luda dan Seulgi yang terus menatap meja mereka berdua. "Kau tau Seulgi-ssi ini pertama kali nya aku kembali mendengar tawa itu dari Lisa."

Seulgi menatap Luda bingung, "lalu apa hubungannya?"

Luda berdehem, "begini... itu artinya Lisa merasa nyaman berada di dekat nona Jane sehingga dia tidak segan untuk tertawa lepas seperti itu."

"Oh berarti dia tidak nyaman di dekat mu? Mangkannya dia selalu serius." Luda menggeplak pelan lengan Seulgi, bisa-bisanya manusia seperti Seulgi menjadi seorang sekertaris dari perusahaan terkenal.
"Kau ini bodoh atau bagaimana sih? Lisa dan Jane bahkan baru mengenal satu sama lain hari ini, Seulgi-ssi. Tapi di pertemuan pertama mereka ini Lisa bahkan tertawa karena hal kecil yang dilakukan oleh nona Jane."

Seulgi mengangguk setuju. "Yeah kupikir mereka memiliki ikatan batin." Gumam Seulgi membuat Luda tanpa sadar menggebrak meja, membuat Lisa dan Jane menoleh ke arah nya.

"Ada apa?." Tanya Lisa membuat Luda menggeleng.

"Kau ini apa-apaan sih, biasa aja dong tidak usah seperti preman sampai menggebrak meja." Semprot Seulgi.

"Nona Lisa pernah kehilangan adik bungsunya, dan itu terjadi lima tahun yang lalu. Dia menjadi pendiam dan menutup diri dari semua orang bahkan keluarga nya, selama lima tahun ini Lisa menjadi sosok dingin dan cuek kepada orang lain namun hari ini dia berbeda, aku melihat Lisa seperti lima tahun sebelum kejadian itu terjadi." Ucap Luda serius matanya terus menatap pergerakan Lisa di sebrang sana.

"Mungkin nona Lisa hanya merasa nona Jane mirip dengan adiknya, mangkannya dia bisa bersikap seperti. Luda-ya kau tidak perlu memikirkan hal-hal aneh." Sahut Seulgi beranjak mendekati meja Jennie, "Jane kurasa kau harus kembali ke apartemen untuk istirahat."

Jennie beranjak berdiri, "iya benar, kalau begitu nona Lisa saya harus pergi. Terimakasih atas makan malam nya, semoga harimu besok menyenangkan."

Saat Jennie akan pergi, Lisa menghentikan nya untuk meminta nomor telepon dan meminta izin untuk memeluk gadis itu namun Jennie tidak menjawab dan Seulgi tau bahwa boss nya merasa tidak nyaman, "Nona Lisa maaf saya mengatakan hal ini, tapi tolong jaga sikapmu." Setelahnya Seulgi membawa Jennie keluar dari restoran itu.

Luda menghampiri Lisa yang masih menatap kedua punggung yang sudah menghilang dibalik pintu, ia membawa Lisa ke dalam pelukannya "aku sangat yakin dia adikku, Luda." Lirih lisa menahan cairan panas yang akan keluar dari kedua mata.

"Nde, aku tau Lisa, aku tau." Mengelus punggung Lisa yang bergetar dan memberikan kalimat penenang.

Jakarta, 5 Juni 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang