Lee Jongin. Anak tunggal dari seorang pemilik perusahaan DnD state yang kini status hubungan nya sebagai kekasih Jennie Ruby Jane pemilik perusahaan JN Corporate. Tidak banyak yang tau tentang hubungan mereka, ah apakah mereka berdua bisa disebut kekasih?
Alasan Jennie menerima nya sebagai seorang kekasih adalah karena ancaman dari sang ayah. Jongin cukup merasa kasihan kepada dirinya sendiri yang cinta nya dipaksa. Seperti drama korea, mereka berdua hanyalah dua manusia yang dipertemukan oleh Ayah Jongin dan kedua nya dipaksa untuk menjalin hubungan tanpa ada yang saling mencintai. Itu sangat menyakitkan..
"Appa." Panggil nya pelan kepada sang Ayah yang sedang duduk di kursi besar nya.
"Kau tau Jongin-ah... gadis itu sedang mencari informasi tentang perusahaan kita. Sangat bodoh!." Sang Ayah tertawa keras tanpa memperdulikan Jongin yang sudah berdiri hampir satu jam.
Saat Jongin ingin berbicara sang ayah sudah melempar vas bunga tepat di depan kaki nya, Jongin hanya diam menatap sang Ayah. "Lakukan rencana B dan kali ini harus berhasil. Appa tidak ingin gagal kembali, Jongin."
"Aku... tidak bisa." Lirih nya pelan membuat sang Ayah langsung bangkit dari kursi dan berjalan menuju dirinya, dia berdiri tepat dihadapan nya. "Apa maksud mu, Lee?." Geram Tuan Lee.
"Aku tidak bisa, appa. Aku.. aku mencintai gadis itu." Dia terhuyung ke belakang mendapat serangan tiba-tiba, Tanpa mau membalas Jongin menyerah kan tubuhnya agar sang Ayah lebih gampang memukuli tubuhnya itu.
"Dasar bajingan! Sudah ayah peringati jangan pernah mencintai seorang mangsa, Lee Jongin!." Bentak nya setelah selesai menghajar anak semata wayangnya itu.
Jongin meringis memegangi sudut bibirnya, "aku min-....." Sang Ayah menarik wajahnya dengan kasar, "Lakukan perintah ku. Bunuh gadis itu atau kau yang akan aku bunuh." Tuan Lee segera memerintahkan bawahan nya untuk menyeret Jongin keluar dari ruangan.
"Jung Jennie... Kau datang di tempat yang salah, sebentar lagi.. sebentar lagi kematian mu akan datang untuk kedua kali nya." Batin Tuan Lee.
............
Rosé melangkah kan kaki nya pada mansion besar yang sudah hampir tujuh tahun tidak dia kunjungi bahkan untuk sekedar melihat bangunan megah itu dari luar pekarangan saja dia tidak pernah karena selalu menyibukkan diri mengurus para tikus-tikus negara yang berbuat ulah.
Dia melihat sekeliling, tidak ada yang berubah. Ditengah dinding mansion ada sebuah foto berukuran besar terpajang disana, di foto itu semua terlihat bahagia. Foto yang mungkin tidak akan bisa terulang lagi dengan anggota lengkap.
"Anak ku..." panggilan lirih membuat pandangan nya teralihkan pada sepasang suami istri yang berdiri di tangga. Rosé tersenyum tipis bahkan sangat tipis sehingga senyum nya tidak terlihat, dengan langkah yang pelan untuk menuju pelukan kedua orangtuanya.
"Maafkan aku baru bisa berkunjung." Suaranya terdengar bergetar ketika tubuh nya masuk kedalam pelukan hangat yang sudah lama tidak ia rasakan.
Ahn Hyunbin, sang ayah mengusap surai itu penuh kelembutan. "Tidak apa-apa, nak. Appa dan eomma sangat senang akhirnya kau kembali lagi setelah kejadian itu."
"Jangan pergi lagi, sayang. Tinggal lah kembali disini bersama appa dan eomma." Ahn Yejin mengeluarkan suara nya membuat pelukan itu di lepas oleh Rosé.
Ia tersenyum menangkup wajah yang sudah basah karena air mata. "Aku akan tinggal di sini.. seharusnya aku tidak bersikap egois dengan memilih pergi tanpa memikirkan kalian." Yejin semakin mengeluarkan tangisan nya, dia memeluk kembali putri nya itu "terimakasih sayang..." gumam nya.
"Kau hanya sendiri nak?." Tanya Hyunbin agar tidak terlarut dalam suasana sedih.
"Ah.. yang seperti appa lihat, aku hanya sendiri." Jawab nya setelah mencium wajah sang eomma.
"Kau pasti lelah, ayo.. eomma akan mengantar mu pada kamar mu."
Yejin menarik pelan tangan putri nya menuju Lift yang menghubungkan antara beberapa lantai yang ada dimansion. Rosé hanya menurut melihat wajah senang itu tentu saja membuat hati nya menghangat.
Tidak terasa mereka berdua sudah sampai di lantai tiga, dimana lantai itu khusus untuk kamar anak keluarga ahn. "Eomma sampai sini saja, aku masih ingat dimana kamar ku."
"Tapi nak..." Rosé segera memotong perkataan itu, "tidak apa-apa eomma, setelah ini aku akan bersih-bersih dan berisitirahat sebentar. Emm.. aku merindukan masakan mu eomma, apa bisa aku memakan masakan mu untuk makan malam nanti?." Jujur saja dia sangat rindu masakan lezat yang di buat oleh ibu nya.
Yejin dengan wajah yang semangat kini mengangguk mendengar ucapan anak nya, "tentu saja.. eomma akan masak makanan kesukaan mu. Kalau begitu chaeng-i setelah ini istirahat ya, eomma akan membangunkan mu nanti." Sebelum pergi dia meninggalkan dua kecupan pada sang anak membuat Rosé tersenyum.
"Terimakasih eomma.." teriak nya karena sang ibu sudah hilang tertutup pintu Lift. Setelah itu kaki nya melangkah pada kamar paling pojok, itu bukan kamar nya.
Cklekk
Kamar yang pernah ia tangisi tujuh tahun lalu, aroma kamar itu tidak pernah berubah masih sama seperti terakhir ia tinggalkan. Rosé melangkah masuk untuk melihat leluasa kamar yang dia rindukan, netra mata nya menatap ranjang yang berada di tengah kamar dengan satu foto menempel di dinding.
"Ah.. ini sangat menyakitkan." Lirih nya menjatuhkan badan nya tepat di pinggir ranjang, dengan tangan yang mengambil bingkai foto di atas nakas. Dia mengusap nya secara perlahan di barengi oleh air mata yang meluruh begitu saja.
"Bahkan.. sampai saat ini pun aku masih berharap bahwa semua yang terjadi hanya sebuah mimpi..." isak nya tertahan. Tanpa dia tau ada seorang gadis yang mengintip dibalik pintu kamar itu.
Gadis itu mengulum bibir nya menyaksikan pemandangan yang membuat hati nya sakit, "kembali lah.. kembali lah ke mansion jika sudah waktu nya, unnie tidak pernah menganggap mu pergi." Batin nya kemudian pergi menuju kamar nya sendiri.
Memang sakit ketika selalu mengharapkan seseorang yang entah raga nya masih hidup atau tidak. Mereka tidak pernah mengikhlaskan tetapi mereka selalu mencoba untuk ikhlas bahwa semua yang terjadi sudah menjadi takdir tuhan.
Jakarta, 30 Desember 2023
Hayoo siapa tuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
Cerita PendekSemua butuh waktu. Lambat laun rahasia akan terbongkar dengan cara lain.