Pagi ini Jisoo bangun dengan perasaan yang sangat senang karena bisa menghabiskan waktu dengan adik nya yang kedua. Mata nya melirik Rosé yang masih tergulung dalam selimut, dengan suara yang pelan ia mulai membangun kan sang adik.
"Rosé-ya bangunlah. Apa kau tidak pergi bekerja hari ini?." Tanya jisoo menggoyangkan tubuh itu.
Rosé melenguh, "emm unnie, aku masih mengantuk biarkan aku tidur selama beberapa jam lagi." Gumam nya karena merasa terganggu.
"Kau tidak bekerja, Rosé?." Tanya Jisoo lagi.
Rosé hanya menjawab dengan gelengan kepala. Jisoo akhirnya menghentikan kegiatan membangunkan sang adik, dia melirik jam pada nakas samping tempat tidur. Pukul tujuh, sudah cukup siang.Jisoo berencana akan meliburkan diri karena malas untuk pergi bekerja, lagipula perusahaan itu miliknya jadi tidak akan ada yang berani memarahi nya. Saat akan kembali berbaring bunyi dering dari ponsel sang adik menyita perhatian nya.
Disana terpampang jelas nama Ruby Jane, namun tak berselang lama dering ponsel itu segera mati. Jisoo mengernyit merasa tidak asing dengan nama tadi, kemudian dengan rasa penasaran nya dia kembali membangunkan tubuh sang adik.
"Chaeng.. bangun lah, ada telepon dari ponsel mu." Ucap Jisoo membuat Rosé berdecak dengan mata yang masih terpejam dia menyadarkan kepala nya pada dashboard kasur.
"Siapa sih yang menelpon?." Jisoo menepuk pelan pipi sang adik, "ruby jane menelpon mu, apa nama lengkapnya Jennie Ruby Jane?."
Mata Rosé melebar sempurna mendengar nama itu, "oh god, aku akan segera bersiap." Jisoo hanya menatap Rosé yang sudah berlari ke kamar mandi. Dengan tergesa Jisoo pergi cuci muka dan bersiap, pokoknya dia harus mengantar Rosé.
..........
Jennie menatap ponsel nya, ia menghela nafas karena sudah tiga kali panggilan sama sekali tidak dijawab oleh orang yang ia tuju. Menaruh ponsel itu sedikit keras dan mulai mengerjakan beberapa pekerjaan nya.
Tok tok tok!
Seorang laki-laki dengan Jas hitam masuk ke dalam ruangan nya, dia melebarkan senyum kala melihat kekasih nya tampak serius mengerjakan sesuatu di komputer.
"Saya sedang tidak ingin bertemu siapa-siapa." Ucap Jennie tanpa melihat siapa yang datang. Jongin terkekeh pelan kemudian mulai mendekat. Ia menaruh tangan nya di atas surai hitam dan mengusak nya pelan.
Atensi Jennie teralih pada Jongin, "apa yang kau lakukan disini? Aku sedang tidak ingin bertemu siapa-siapa, Jongin-ssi." Ucapan Jennie sangat datar dan dingin, tidak ada perasaan senang karena sang kekasih datang menemui nya.
"Aku hanya ingin bertemu dengan kekasih ku, apa itu salah?." Jennie mengangguk, "kau bahkan tau Jongin-ssi, aku tidak pernah menganggapmu sebagai kekasih ku."
Bukan nya marah Jongin malah tertawa kemudian mencubit pipi yang gembul itu dengan gemas, lalu memeluk Jennie dan membenamkan wajah nya pada pundak gadis itu
"pergi." Usir Jennie menunjuk pintu agar Jongin segera pergi.
"Tidak mau... biarkan seperti ini." Jongin duduk dimeja dan menatap wajah sang kekasih pada jarak yang sangat dekat, tubuh nya sedikit di condongkan dengan tubuh Jennie. Ia mengusap pelan bibir itu lalu mengecup nya, seringai kemenangan terpatri pada wajah Jongin.
"Aku bilang pergi, Lee Jongin!." Sentak Jennie merasa tidak suka dengan perlakuan laki-laki itu.
"Tidak!." Bentak Jongin, tangan nya dengan kasar mencengkram dagu Jennie membuat nya meringis, "kau sangat menguji kesabaran ku, Jung Jennie!."
Melihat wajah marah Jongin dan bentakan laki-laki itu sangat keras membuat Jennie memejamkan mata nya, batin nya berteriak takut saat bibir nya bertemu dengan bibir laki-laki itu.
"Aku menginginkanmu, sayang." Lirih Jongin dengan nafas yang sudah memburu, dengan gesit ia mengunci pergerakan Jennie dengan satu tangan nya.
Jennie membuka mata, dan Jongin melihat itu dimana mata kekasih nya sudah merah dengan genangan air mata, ia tertegun namun nafsu yang sudah menguasai membuat nya tidak peduli dengan tatapan itu.
Brak!!!
Pintu terbuka sangat keras membuat Jongin mendorong kursi itu menjauh, wajah itu tampak panik dengan gusar ia segera berdiri.
Di depan pintu Jisoo dan Rosé datang nafas nya terengah, mereka berdua segera mendekat ke arah Jennie dan bertanya dengan nada panik. Sedangkan Jennie hanya diam tatapan mata nya kosong, seolah tau sesuatu akan terjadi Jisoo mencengkram kerah kemeja Jongin.
"Apa yang kau lakukan... katakan apa yang kau lakukan kepada Jennie!." Teriak nya marah.
Jongin terkekeh melepaskan tangan Jisoo dari kerah nya, "aku hanya ingin bersenang-senang pada kekasihku. Sudah lah nona kau mengganggu kegiatan yang baru saja akan aku mu-."
Plak!
"Dasar laki-laki bajingan! Pergi dari sini keparat!."
Melihat kakak nya sudah mengurus laki-laki itu, Rosé mendekat ke arah Jennie yang memejamkan mata. Raut wajah itu terlihat ketakutan, dengan lembut dia membawa nya pada pelukan. Menenangkan Jennie dengan beberapa kalimat nya.
"Tidak apa-apa, nona Jane. Aku disini, ada aku disini."
Jennie merasakan kenikmatan berbeda saat Rosé memeluk nya, dia seolah tidak asing dengan pelukan ini. Bagaimana bisa hanya mendengarkan detak jantung gadis itu membuat Jennie menjadi tenang?
Kepala nya terasa sakit ketika beberapa potongan memori seolah berputar, suara-suara berisik dari dalam membuat Jennie bangkit begitu saja dan menatap dingin Rosé. "Terimakasih telah menyelamatkan ku tapi sepertinya kau terlalu lancang karena memeluk diri ku, nona."
Jisoo mendekat dan mengelus rambut nya, memberikan senyuman dari bibir berbentuk hati. "Kau tampak pucat Jane. Kau baik-baik saja?."
"Aku sangat baik-baik saja. Dan maaf telah bertemu dengan ku dalam keadaan seperti ini."
Rosé tersenyum kemudian bertanya perihal kenapa Jennie menelpon nya berkali-kali, "aku ingin kita segera membahas dan mengumpulkan bukti-bukti tentang DnD. Aku ingin perusahaan itu hancur dan menanggung semua perbuatan bejat yang sudah mereka lakukan. Tapi sepertinya waktu ku tidak banyak karena besok aku harus segera terbang ke paris." Jelas nya tegas.
Jisoo merasa heran dengan penjelasan Jennie. Untuk apa gadis itu ingin menghancurkan perusahaan besar yang tentu untuk melawan nya saja sangat sulit?
Jakarta, 13Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
Cerita PendekSemua butuh waktu. Lambat laun rahasia akan terbongkar dengan cara lain.