Chapter 2

9.6K 127 1
                                    

.

.

.

.

.

Lebanon terasa cukup panas di malam hari. Membuat seorang Nicholas Harvey merasa terbakar hingga ke otaknya. Satu jam yang lalu jet pribadinya mendarat dengan sempurna. Tidak aja jetlag, yang ada hanyalah Bar-tempat Nicholas sekarang berada.

Pria tampan itu meneguk segelas champagne termahal di bar itu. Otaknya nyalang entah kemana. Namun, netra birunya menangkap sesosok wanita yang membuat dunianya nyaris jungkir balik. Nicholas tersenyum culas. Ia tahu ini adalah waktunya menyergap hewan buruan.

'I got you, bitch!'

Nicholas berdiri dengan tegap. Meski sudah menghabiskan sebotol champagne, ia tidak merasa pusing ataupun mabuk. Ia sadar dan diliputi kemarahan yang menggebu.

Dengan langkah ringan, Nicholas mendekati seorang wanita muda yang tengah membawa nampan berisi botol-botol minuman yang sudah kosong. Wanita itu pelayan. Nicholas tahu itu. Dalam sekali sentak, pria itu menarik tangan mungilnya hingga membuat nampan yang dia bawa jatuh berantakan.

"Jalang!"

Perempuan yang kerap dipanggil Shaira itu membulatkan matanya, ia terkejut dengan kejadian yang menimpanya secara mendadak. Wanita malang itu mencoba melepaskan cekalan di tangannya yang begitu mencekik.

"Tuan, tolong lepaskan tangan saya."

"Kau tahu, tidak akan. Sebelum kau kembalikan putraku!"

"Putra anda? Saya tidak tahu apa maksud Anda," ucap Shaira kebingungan.

Nicholas mengeratkan cekalannya. Ia tidak peduli wanita di depannya itu meringis kesakitan. Yang Nicholas inginkan hanya putranya.

"Berikan anak itu padaku! Atau aku akan menyeretmu ke penjara," cerca pria itu penuh ancaman.

Shaira berusaha melepas cekalan pada lengannya yang terasa mau patah saja. Wanita bermata biru itu bahkan tidak tahu maksud pria arogan yang tengah melakukan kekerasan padanya saat ini. Namun, otaknya tetap menangkap ucapan Nicholas. Anak yang dibicarakan pria itu adalah putra dari sepupunya yang telah meninggal setelah melahirkan.

"Lepaskan saya atau-"

"Atau apa? Jangan membuatku semakin marah, Jalang! Serahkan anak itu padaku atau kau akan membusuk di penjara!" ancam Nicholas.

Plak!

Wajah Nicholas mengeras. Tamparan dari tangan kecil Shaira terasa panas di pipinya. Dengan kasar dia menarik tangan Shaira agar mengikutinya.

"Lepaskan aku, Bajingan!" ronta Shaira.

Nicholas semakin menekan lengan kecil Shaira dalam cekalannya. Pria itu menerobos kerumunan manusia yang tengah menari dengan tidak tahu malu. Nicholas menarik kasar Shaira menaiki tangga. Lalu, melewati koridor menuju kamar VIP. Ia menendang keras pintu berwarna coklat itu hingga membuat Shaira terjengit.

"Lepaskan aku! Aku mohon!" melas Shaira ketakutan.

"Tidak akan pernah! Sebelum kau serahkan putraku!"

Nicholas melempar tubuh mungil Shaira ke ranjang, lalu menindihnya. Ia perlu memberikan pelajaran yang bagus untuk perempuan di bawahnya itu. Pelajaran untuk mengingatkan posisi perempuan itu yang sebenarnya.

Shaira berusaha mendorong dada Nicholas yang keras. Namun, usaha sebesar apapun yang dirinya keluarkan terasa begitu sia-sia. Shaira tetap mencoba dengan memukul-mukul dada Nicholas sebelum pukulannya terhenti karena kedua tangannya sudah terkunci di atas kepalanya

Shaira tidak merasa memiliki masalah apapun dengan orang seperti Nicholas. Ia selalu menjalani kehidupannya agar tidak terlalu mendapatkan masalah, ia berusaha sebisa mungkin menghindari hubungan dengan orang-orang berkuasa. Shaira hanya ingin hidup damai dan tenang bersama anak angkatnya walaupun kekurangan secara finansial.

Namun, sepertinya Shaira melupakan satu hal. Jika ia tidak ingin berurusan dengan orang-orang berkuasa, maka orang-orang itu yang akan mencari urusan dengannya. Seperti mengajaknya tidur bersama dalam satu malam dan dibayar, tetapi ia selalu menolaknya. Shaira menjaga kehormatannya dengan baik. Sangat baik.

Akan tetapi, usaha itu tidak berlaku untuk pria yang menindihnya saat ini. Nicholas seperti singa kelaparan yang dihadapkan pada daging segar. Netra biru kehijauan itu berkilat tajam, mengancamnya untuk tidak melawan sedikitpun.

"Lepaskan aku, hiks! Apa salahku, Tuan? Kenapa Anda melakukan hal ini padaku? Tolong, lepaskan aku, hiks!" lirih Shaira.

Air matanya mendobrak keluar melewati kelopak matanya. Ia takut. Sangat takut hingga merasa suaranya tertahan di kerongkongannya.

"Kau tahu apa yang aku mau, Wanita! Serahkan anak itu padaku! Atau aku akan melaporkanmu pada polisi atas tuduhan pembakaran pabrik minyakku," desis Nicholas.

Pria itu tidak peduli wajah ketakutan dalam tindihannya itu. Meski begitu, sekuat tenaga ia menahan gejolak gairah primitifnya. Ia tidak pernah menginginkan wanita. Wanita-wanita itu yang datang padanya, lalu mengangkang secara suka rela di atas ranjangnya. Akan tetapi sekarang, Nicholas menginginkan wanita malang ini. Tubuhnya bereaksi menginginkan lebih meskipun otaknya tidak setuju. Ia hanya ingin menggertak. Menggertak di kamar VVIP salah satu club? Jangan bodoh!

"Anak siapa yang Anda maksud, hiks? Aku tidak tahu. Tolong lepaskan aku, hiks!" ucap Shaira. Ia benar-benar tidak mengerti maksud kata-kata Nicholas sejak tadi. Kebakaran? Anak? Siapa? Ia bahkan tidak kenal siapa pria yang menindihnya sekarang.

"Tidak mengaku, heh? Berani-beraninya kau naik ke ranjangku lalu membawa kabur benihku! Siapa kau? Hanya sampah tidak tahu diuntung!" cerca Nicholas.

Shaira merasakan hatinya terluka. Ia memang miskin, tetapi ia tidak pantas dihina seperti itu.

"Aku tidak tahu, hiks. Anda siapa? Siapa putra Anda? Aku tidak tahu," jawabnya sambil menahan rasa sakitnya. Ia harus terlepas dari pria arogan ini terlebih dahulu. Lalu, menjauhinya dan menganggap masalah ini tidak pernah terjadi agar hidup Shaira dan putranya tetap damai.

Nicholas mengapit kedua pipi Shaira hingga membuat sang empunya meringis. Tekanan pada pipinya terasa tidak main-main. Nicholas seolah mau mematahkan rahang kecil Shaira. Ia melirik lebel nama di bagian dada Shaira yang kusut. Mati-matian agar tidak merobek baju pelayan itu lalu melihat isinya dengan leluasa.

'Shaira Zhanafnier,' hafalnya dalam hati.

"Shaira? Anak laki-laki yang bersamamu itu adalah milikku. Jangan bersikap seolah-olah kau tidak tahu. Sok suci. Padahal kau sendiri yang mengangkang untukku dulu," tuding Nicholas dengan kejam.

Shaira membulatkan matanya. Ia tidak memikirkannya sama sekali. Putra sepupunya itu adalah anak dari pria ini. Kendati begitu, ia tidak berniat memberikan anak itu padanya. Shaira merawatnya dari bayi. Ia banting tulang untuk memberikan yang terbaik pada anak itu. Dan sekarang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang untuk mengambilnya. Kemana saja pria itu selama ini?

Dengan susah payah, Shaira menggigit kencang tangan yang mengapit pipinya itu. Lalu, menendang perut Nicholas hingga tersungkur ke lantai setelah mendapat kesempatan. Shaira beranjak turun dari ranjang dan menendang tulang kering Nicholas begitu keras.

"Sialan!" umpat Nicholas. Ia semakin terbakar emosi ketika Shaira hilang di balik pintu kamar VVIP yang terbuka lebar, menyisakan kekosongan disana.

Nicholas beranjak dengan rahang sekeras batu. Ia tidak akan pernah melupakan perlakuan wanita itu. Meski perempuan itu lari ke neraka sekalipun, dirinya tetap akan mengejarnya untuk membalas perbuatan yang dirasa menjatuhkan harga dirinya.

"Cari informasi tentang Shaira Zhanafnier! Dia pelayan di Camelian Bars!" titahnya setelah sambungan telponnya terjawab dengan cepat.
Nicholas tidak akan melupakan kejadian malam ini. Akan ia buat penderitaan untuk semua orang yang telah berani menantangnya. Siapapun itu termasuk Shaira, wanita miskin dan seorang jalang bagi Nicholas.

Bersambung ...

Huwwaaaaaa😭😭😭

Lanjut guyss, part selanjutnya agak uwuuu

Terjerat Gairah Tuan Harvey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang