Mereka beracun.Seperti sang mama. Saat ia mengatakan itu, rupanya hal tersebut bukan merupakan kesalahan. Lily of the valley itu sangat cantik, terlihat anggun dan murni seperti sang mama. Namun beracun juga seperti sang mama. Seperti racun mama-nya yang membuat keluarga yang ia banggakan sekarang menjadi penyesalan, penyesalan mengapa ia dilahirkan oleh pasangan gila yang enam tahun lalu menghancurkan impian putra putrinya. Menghancurkan rumah yang selama ini ia jadikan tujuan untuk pulang.
Ah, mungkin kata yang tepat bukan menghancurkan, melainkan menunjukkan bahwa selama ini semua kehangatan yang ia rasakan adalah kepalsuan. Semuanya, hanya rancangan.
Racun itu, menggila. Membunuh sang papa. Mama yang sangat ia jadikan panutan, mama yang sangat ia kagumi dan ia banggakan, membunuh sang papa.
Haruskah ia menyalahkan sang mama? Yang saat itu dirinya baru berusia enam belas tahun. Yang saat dimana ia pikir akan mendapatkan kejutan sepulang sekolah, malah mendapati darah berceceran dilantai dengan suara teriakkan yang menggema memenuhi isi rumah.
Netra Luna menangkap sosok sang mama yang memegang pisau berwarna merah, akibat berlumur darah. Serta sang papa yang tergeletak di lantai yang masih lengkap mengenakkan jas kantor, dengan darah yang terus menerus mengalir melalui leher serta sayatan sayatan kecil pada wajah.
Saat itu, seluruh tubuh Luna gemetar, kakinya melemas serta air mata yang mengalir menatap sang mama. Ia terdiam cukup lama, sampai saat dimana kata maaf keluar dari mulut sang mama, yang kemudian wanita itu beralih menusuk dirinya sendiri dengan pisau.
Sang mama, membunuh dirinya sendiri.
Sejak saat itu, Luna merasa hidupnya seperti dineraka. Ia dan adik laki-lakinya bernama Shin Wonbin terus menerus mencari rumah yang bersedia menampung dirinya. Yang bersedia menampung anak dari pasangan gila yang saat itu menggegerkan ibu kota.
Bahkan sang nenek menempatkan dirinya dan adiknya pada panti asuhan. Namun, Luna yang tidak siap waktu adiknya yang saat itu berusia dua belas tahun akan diadopsi oleh seseorang pun menggagalkan itu. Ia tidak ingin berpisah dengan sang adik.
Alhasil, mereka berdua kabur dari panti asuhan dan memilih tinggal di jalanan. Setiap malam kedua kakak beradik itu tinggal dibawah jembatan dengan memungut pada tempat sampah untuk mencari makanan serta bekerja serabutan.
Hanya berlangsung dua bulan. Karena setelahnya ia dan adiknya dirawat oleh bibi Han. Teman baik masa kecil sang mama.
Mungkin merupakan sebuah keajaiban, atau bahkan bibi Han layak disebut sebagai malaikat. Wanita itu dengan suka rela merawat ia dan adiknya, menganggap keduanya sebagai anak kandungnya.
"Bibi..!!"
Luna yang saat ini berusia duapuluh dua tahun itu berlari kecil membawa plastik belanjaan berisikkan sayuran yang baru ia beli dari pasar. Ia tersenyum menghampiri sang bibi yang terlihat baru keluar mengunci pagar.
"Mau kemana? Luna baru beli sayur sayuran juga abalon kesukaan bibi dan wonbin dengan harga murah!!" Gadis itu bertepuk tangan, mengapresiasi dirinya.
Sang bibi mengusap pucuk kepala Luna, tersenyum lembut. "Kerja bagus.."
"Wonbin belum pulang? Dasar, udah jam lima harusnya udah pulang" Tanya Luna melihat rak sepatu yang belum terisi sepatu adiknya.
"Mungkin ada ekstrakurikuler, kamu cepat bersih bersih lalu masakin adikmu, kasian pasti kecapean nanti pulang sekolah"
"Bibi mau kemana? Mau ke rumah tuan Shim?"
Wanita itu mengangguk. "Nyonya besar menghubungi bibi untuk segera datang, mungkin karena sebentar lagi cucunya pulang dari Australia, jadi beliau ingin memastikan apakah keperluan cucunya dirumah itu sudah beres. Dan juga bakal ada pesta penyambutan kedatangan tuan muda besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Valley
FanfictionCinta dan obsesi. Keduanya terdapat perbedaan yang sangat besar, antara melindungi dan menghancurkan. Terlihat indah namun memiliki racun mematikan. Minor don't interact.🔞