"Nona Danielle memanggil anda"
Dengan jantung yang masih berdetak tak karuan, Shin Luna yang baru saja keluar dari kamar tuan muda menoleh ketika salah seorang pelayanan menghampiri dirinya.
Mengangguk pelan, Luna sepenuhnya paham. Bahkan sebelum ia menarik napas untuk menenangkan diri dari kejutan yang tidak ia inginkan, sekarang ia harus menyiapkan diri untuk kejutan lainnya.
"Tolong beritahu oma, kalau tuan muda akan selesai dalam sepuluh menit. Saya akan pergi menemui nona Danielle."
Setelah berucap demikian, gadis itu berlari menuju kamar Danielle. Menarik napas sebentar, sebelum memasuki kamar gadis yang juga di agung agungkan keluarga ini.
Saat membuka kenop pintu, disana, Danielle sudah terlihat cantik mengenakan gaun putih gading serta rambut yang diurai indah dilengkapi aksesoris berupa bando mewah. Wajah putih bersih yang sangat mirip dengan nyonya Yonjung itu terlihat bercahaya seolah malaikat mengelilinginya.
Senyum-nya merekah ketika melihat Luna memasuki kamarnya. "Tolong semua keluar dari kamarku! Tinggalkan aku dan kak Luna." Perintahnya terhadap maid maid lain yang sejak tadi membantu persiapannya.
Seolah seperti robot, mereka bergegas menuruti perintah, menyisakan Luna dan gadis itu di dalam kamar. Kemudian, Luna mendekat, menyapa hangat. "Anda terlihat sangat cantik nona"
Danielle tersenyum sumringah. "Tentu saja. Kapan aku tidak terlihat cantik kak?"
Luna membalas senyuman itu. Ia lantas melirik pada high heels dari brand ternama yang masih terbungkus rapi di dalam kotak. Seolah sudah hapal akan tabiat Danielle, Luna sepenuhnya paham mengapa ia dipanggil kemari.
"Saya bantu pakaikan heels anda, nona."
"Ya, ambilkan handphone ku dulu."
Ia mengangguk, mengambil handphone milik gadis itu yang terletak di meja rias. Sebenarnya, Danielle sekarang bahkan berada didepan meja rias dan handphone gadis itu berada tepat di sebelahnya. Namun lagi lagi Luna tak dapat memprotes, memang sudah biasa ia diperlakukan seperti ini oleh anak kesayangan nyonya Yonjung ini.
"Dari mana kamu mendapatkan kalung itu?" Tanya Danielle, ketika Luna sudah berjongkok untuk memakaikan heels-nya.
"Bibi saya, nona. Beliau membuatkan sendiri untuk saya."
"Oh.. Pantas, cantik, tapi terlihat murah."
Luna hanya menyunggingkan senyum menanggapi perkataan Danielle yang setengah memuji setengah mencemooh itu.
Diam diam Danielle mengambil video melalui ponsel-nya, merekam Luna yang tengah memakaikan heels untuknya. Ia tersenyum, mengirimkan rekaman video itu pada seseorang.
"Sudah, nona. Heels ini sangat cocok untuk nona Danielle"
Danielle mengangguk. "Ya ya, sudah sana keluar. Nanti oma mencarimu."
Luna menghela napas pelan, ia mengulas senyum sebelum mengangguk paham. "Baik, saya permisi dulu."
Setelah Luna keluar dari kamar, gadis itupun menerima panggilan dari seseorang. Ia tertawa puas sebelum mengangkat panggilan itu.
"Apaa??"
"Apa yang kamu lakukan Danielle?" Suara sahutan dari sambungan telepon itu membuat Danielle tersenyum.
"Seperti yang kamu lihat di video, kan? Kakakmu membantu aku memakaikan heels"
"Danielle, tolong. Jangan lagi."
"Makannya, terima, ya? Weekend ini kamu harus nemenin aku belanja, oke!"
"Tolong jangan sakiti kakakku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Valley
FanfictionCinta dan obsesi. Keduanya terdapat perbedaan yang sangat besar, antara melindungi dan menghancurkan. Terlihat indah namun memiliki racun mematikan. Minor don't interact.🔞