Luna sangat membenci sang mama setelah insiden itu. Insiden yang bahkan gadis itu tidak mengetahui alasannya sampai sekarang karena keluarga besar mereka memilih untuk menutup rapat rapat dan enggan menyelidiki kasus tersebut. Mereka hanya berkata jika sang mama mengalami gangguan jiwa sehingga membunuh suaminya sendiri.
Ingin tidak percaya namun Luna sendiri tidak bisa menemukan fakta yang sebenarnya dibalik kejadian itu. Ia juga memilih untuk menutup rapat rapat dan enggan memikirkan kejadian tersebut dan seolah menguburnya. Seolah dirinya tidak terlahir dari keluarga itu, fokusnya sekarang hanya untuk Wonbin dan bibi Han. Untuk membalas kebaikan bibi Han juga keluarga Shim. Ia tidak perlu merasa malu jika memang harus menjadi maid keluarga Shim atau mengabdi untuk keluarga Shim seumur hidupnya.
Menarik napas panjang, Luna menambah kecepatan mengayuh sepedanya ketika menyadari langit berubah menjadi kelabu. Sebelum ia terkena hujan, lebih baik iya mengayuh sepeda dengan cepat agar segera tiba di toko. Tiga alamat yang letaknya tak begitu jauh dari toko sudah ia tuju, mengantarkan berbagai jenis buket bunga serta mendapat bonus kecil berupa uang saku dari sang pemilik rumah. Ia tersenyum senang, uang ini akan ia tabung untuk membelikan Wonbin handphone baru.
"Huhh! Huhh!!"
Luna terengah kala merasakan angin yang semakin kencang serta rintikan hujan yang mulai turun membasahi bumi. Ia menyesali tidak mengikuti saran temannya yang menyuruhnya membawa jas hujan.
Dengan pandangan yang setengah mengabur, ia berkali-kali mengusap matanya agar bisa melihat jalanan yang sepi ini dengan jelas. Bajunya sudah mulai basah, tas slempang kecil berbahan kain yang ia gunakan pun sudah mulai basah. Gadis itu melirik tas slempang tersebut sejenak untuk melihat apakah yang yang didalam itu juga ikut basah, namun pertahanannya oleng ketika mendengar sebuah klakson mobil yang tiba-tiba saja sudah berada didekatnya.
Tinnn!!!
Brakk!!
"Akkh!!"
Luna memejam kala merasakan tubuhnya ambruk tertindih sepeda. Telapak tangannya terasa nyilu sebab menindih batu kerikil yang tajam. Ia meringis kesakitan.
Mobil yang menyerempet dirinya juga ikut berhenti. Seorang pria keluar dari sana dengan berlari kecil menghampiri Luna.
"Nona?! Anda tidak papa?"
Luna mendongak, menggeleng kecil dan segera membangunkan sepedanya. Ia melihat tas selempangnya terpental ke tengah jalan dengan uang uang yang juga berserakan disana sebab tas yang ia gunakan tidak memiliki resleting atau kancing.
Dengan segera gadis itu memungut kembali uang lembaran serta koin satu persatu untuk ia masukan kedalam tas nya lagi, walaupun telapak tangan gadis itu berdarah.
"Nona, saya bantu"
Pria itu hendak ikut memungut uang Luna namun gadis tersebut lebih dulu menepis tangannya. Ia menggeleng. "Tidak perlu"
Setelahnya seorang pria lagi keluar dari mobil tersebut dan berjalan menghampiri mereka dengan membawa payung.
Ia memasukkan sebelah tangannya pada saku celana, lantas menunduk menatap Luna yang tengah sibuk memungut uang.
"Tuan, maaf" Pria yang sebelumnya tadi membungkuk untuk meminta maaf karena teledor dalam menyetir.
Pria yang membawa payung itu hanya menggeleng. Ia lantas mengeluarkan segepok uang dari saku celananya, ia berjongkok dan mengulurkan uang itu pada Luna.
Luna menoleh. Ia mengernyit tak mengerti. Namun dirinya merasa direndahkan, entah mengapa. Ia menepis tangan pria itu dengan mata yang memerah.
Terdiam sesaat pria itu lantas menghamburkan segepok uang itu pada wajah Luna dengan mata setajam elang lantas bangkit untuk kembali berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Valley
FanfictionCinta dan obsesi. Keduanya terdapat perbedaan yang sangat besar, antara melindungi dan menghancurkan. Terlihat indah namun memiliki racun mematikan. Minor don't interact.🔞