18. The Journey

13 4 0
                                    

Arvel POV

.

Kebenaran dari dunia ini. Mungkin itu adalah satu-satunya penawaran yang diberikan Garula kepadaku. Untuk menuntun mereka mencari jalan menuju dunianya, burung berbulu emas itu seolah menunjukkan kepercayaannya. Tidak peduli aku yang di hadapannya akan mengkhianati dia atau tidak, tetapi Garula telah menyerahkan kalung bernama Asa ini kepadaku. Dan kini dirinya memilih berisitirahat tidur dalam pelukanku, dan mengubah tubuhnya seukuran anak burung elang. Seolah memang akulah satu-satunya harapan agar mereka bisa kembali.

"Aku hanya harus menunggu lokomotif tadi datang kembali, kan?" tanyaku.

Kini diriku berdiri beberapa langkah di luar pintu putih bangunan ini. Aku masih memperhatikan benda-benda yang beterbangan di depanku. Ruang hampa itu terlihat sangat aneh, satu sisi aku merasa bimbang dengan pilihanku sendiri.

Sebenarnya lantai limapuluh ini belum pernah sekali pun kukunjungi. Ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di tempat yang didominasi oleh awan indah dan beberapa kilatan petir. Diriku juga masih bingung dengan cara penyelesaiannya, karena hampir di seluruh lantai, persyaratan umum untuk pindah ke lantai selanjutnya adalah mengalahkan bos monster yang memiliki kekuatan dua kali lebih besar dari monster lainnya di lantai yang sama. Lalu, jika lantai limapuluh dikategorikan sebagai lantai terakhir. Bagaimana caraku untuk menyelesaikan tempat ini dan menemukan jawaban tersembunyi? Apa akan ada bos monster yang menunggu?

Sejauh mata memandang, aku hanya melihat benda-benda melayang tak terkendali dan beberapa monster asing yang terlihat telah membeku termakan oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di tempat ini. Selain dari ketenangan dan suara petir yang terdengar. Tempat ini terasa sangat berbeda dengan tower yang telah aku kenal.

Aku telah bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Bahkan jika Garula bukanlah petunjuk yang akan menuntunku di tempat ini.

Samar-samar aku mendengar bunyi roda lokomotif yang bergesekan dengan rel. Mataku terpejam saat suara klakson dan lokomotif itu terdengar. Lalu aku menghela napas lega begitu merasakan lantai bangunan yang kupijak ini ikut bergetar. Kemudian, aku pun membuka kelopak mata dan melihat kendaraan yang menyerupai lokomotif uap itu sedang menuju ke tempatku dari sudut kanan yang tiba-tiba dipenuhi butiran salju berjatuhan.

"Pemberhentian selanjutnya, Kyoto Shiyakusho-mae Station. Pemberhentian selanjutnya, Kyoto Shiyakusho-mae Station."

Suara perempuan terdengar begitu lokomotif tersebut mendekat ke arahku. Tubuhku bergetar saat melihat ujung kendaraan itu yang berbentuk tumpul, mulai membeku, seperti lokomotif serupa yang ada di luar bangunan ini. Udara dingin seketika memasuki sela-sela pakaian tebal yang tengah aku pakai. Walau terakhir kali aku memasuki tower ini, keadaan di luar masih berada dalam fase musim dingin. Rasa mengigil di tempat ini lebih parah karena udara sekitar terlampau dingin bahkan sulit untukku berdiam terlalu lama, seperti aku akan membeku jika terlena di tempat ini.

Garula yang ada di dekapanku itu sedikit terusik. Meski setelahnya burung itu kembali tertidur dan mengeluarkan sedikit kehangatannya yang dapat membuat sebagian tubuhku ikut menghangat. Kakiku gemetar saat lokomotif tadi mulai melintas di depanku. Aku tetap berdiam di tempat ini, menunggu kendaraan itu berhenti dan salah satu pintunya terbuka seperti apa yang dikatakan Garula.

"Aku harus menahan sensasi asing ini ...," gumamku.

Derit rem terdengar saat lokomotif di depanku mulai melambat. Aku sedikit mundur demi memberi ruang, agar tubuhku tidak terkena angin dingin yang diakibatkan gesekan roda lokimotif dengan rel transparan yang entah ada atau tidak. Aku dapat mendengar seperti suara lokomotif yang sedang berusaha menghentikan perjalanannya. Sebelum akhirnya kendaraan di depanku berhenti, dan pintu terbuka secara tiba-tiba, tanpa adanya aba-aba.

Wah, keren sekali. Sihir apa yang digunakan oleh pembuat benda ini? Jika semua lokomotif uap di Camelot memiliki fungsi seperti ini, mungkin perjalanan akan jauh lebih praktis.

Aku masih diam menatap keindahan kendaraan di depanku. Begitu mengagumkan. Padahal sejak tadi diriku tidak mempedulikan sama sekali apa yang terjadi dengan benda ini. Setelah melihatnya kembali, semuanya terasa baru untuk duniaku yang terbatas pada sihir dan kekuatan berpedang.

Aku tidak akan ikut menghilang, kan, jika menaiki lokomotif ini?

"Bahkan jika kamu menghilang, kau akan kuantar kembali ke tempatmu."

Suara asing tiba-tiba menjawab perkataan yang kupikirkan. Lalu aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa pun. Kemudian diriku menunduk, dan mendapati Garula telah membuka mata, tetapi dengan keadaan tubuh yang masih berbaring di dalam genggamanku.

"Ayo cepat masuk. Jika kau tidak segera berada di dalam kereta itu. Kereta selanjutnya akan datang lebih lama," ucap Garula sambil kembali memejamkan matanya. "Jangan meragukanku, entitas Yang Agung ini."

Aku menatap Garula beberapa saat. Lalu menggelengkan kepala dan berdecak. Beberapa detik diriku meregangkan tubuh. Hingga akhirnya aku memantapkan diri untuk masuk ke dalam lokomotif asing tersebut.

"Baiklah, ini akan jadi perjalan seru di lantai limapuluh."

Kakiku bergerak selangkah demi selangkah. Tidak ada yang kupikirkan selain tebakan aneh mengenai apa yang akan kutemui di depan sana. Begitu salah satu kakiku memasuki lokomotif tersebut, suara bising yang tadi sempat kudengar teredam seketika. Aku menoleh. Namun, hanya mendapati tempat aneh yang bereda dari terakhir kali aku lihat. Tempat didominasi abu-abu dan memiliki pilar di beberapa sisi, terdapat dua tangga di seberang bangku yang ada di belakang tubuhku, lalu ada beberapa lukisan aneh yang bercahaya tertempel di dinding ruangan itu. Apa ini?

Aku terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya sadar begitu pintu yang tadi sempat terbuka mulai tertutup dan mengenai satu kakiku yang lain.

"Perjalanan selanjutnya, Komatsu Najimi Station. Dimohon untuk semua penumpang duduk di kursi yang telah tersedia. Perjalanan selanjutnya, Komatsu Najimi Station. Dimohon untuk semua penumpang duduk di kursi yang telah tersedia."

Suara perempuan tadi terdengar, tetapi kini dengan volume yang lebih besar. Aku merasakan goncangan di tubuhku saat lokomotif ini bergerak. Lalu pandanganku melihat ke jendela dan mendapati beberapa cahaya yang berlalu sebelum akhirnya bertemu dengan kegelapan.

Kepalaku beralih melihat tempat duduk yang tadi dimaksud oleh suara wanita yang kudengar. Aku melihat kursi empuk dengan warna biru gelap. Tidak ada penumpang lain yang duduk di barisan kursi gerbong lokomotif yang kutempati. Selain seorang laki-laki berambut hitam yang duduk di kursi kedua sebelah kanan, sedang menatap kosong ke luar jendela dengan banyak pikiran yang tidak kuketahui isinya.

Setelah lama kuperhatikan. Laki-laki itu kemudian menoleh, lalu tersenyum, sambil mengangguk. Orang itu lalu kembali menghadap ke arah jendela. Tanpa memberikan sepatah kata pun. Siapa sebenarnya orang ini?

***

1008 kata

Tiran Sadboy Terjebak Dalam Novel Mainstream [Season 1 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang