21. The Landfills [END S1]

31 2 1
                                    

"Kita akan berpisah di sini. Gerbang ini akan mengembalikan aku dan Asa ke dunia kami. Kau harus mendekat ke cahaya itu untuk mencari jalan yang akan kau pilih," ucap Garula sesaat setelah menurunkanku di atas tempat landai yang ada di puncak bangunan ini.

Kertas tadi mulai berhamburan menuju cahaya di pusat puncak bangunan berbentuk kerucut tersebut. Dengan tubuh yang menjadi kecil. Aku menatap Garula untuk beberapa detik. Memperhatikan tubuh burung berbulu emas tersebut yang terlihat sangat indah. Lalu melihat matanya yang masih menyala. "Apa perjalanan selanjutnya aku akan sendiri?"

Suaraku terdengar aneh saat aku mengucapkan pertanyaan tersebut. Aku bingung. Apa aku salah mengira? Atau memang suaraku juga kembali ke masa di mana aku masih menjadi anak kecil?

"Setelah ini, kau akan menemukan banyak hal baru. Kebenaran dari dunia ini. Tidak, lebih tepatnya kau akan mengetahui bagaimana eksistensi kita terbentuk, dan pilihan apa yang harus dipilih untuk terus mempertahankan takdir," ucap Garula dengan suara sedikit beratnya. Tubuhnya mulai berubah menjadi kecil seperti saat terakhir kali aku memeluknya. Dia pun mendekatkan sayapnya ke paruh lancip miliknya. Lalu burung itu mengambil satu bulu emas di sayapnya. Dia menaruh bulu tersebut di atas batu. "Terima kasih telah membawaku yang terdampar ini ke tempat ini. Aku harap, kau dapat bahagia setelah menemukan kebenaran mengenai dunia ini."

"Bawa bulu milikku untuk menemani perjalanan kau di dalam cahaya itu. Mungkin akan sangat membantu untuk mempertahankan kesadaran. Aku Garula, penjaga Nusantara. Memberi hormat kepada penyelamat dunia kami." Garula menunduk kemudian dia kembali mengepakkan sayap.

Aku mengepalkan tangan untuk tetap mempertahankan emosiku dalam perpisahan kali ini. Lalu diriku menggenggam kalung yang tadi dititipkan oleh Garula, dan melepasnya. Demi mengembalikan benda tersebut kepada sang Pemilik yang sebenarnya.

"Ini kalung milikmu, aku kembalikan," ucapku.

Garula terlihat terbang mengambil kalung tersebut menggunakan kakinya. Tubuhnya sedikit mengeluarkan cahaya saat sedang membawa rantai dari kalung tersebut.

"Sekali lagi, aku dan Asa mengucapkan terima kasih."

Aku mengangguk dan tersenyum untuk memberikan jawaban bahwa aku tak masalah. Setelah burung itu melihat isyarat yang kulakukan. Garuka pun terbang mendekat ke arah mesin waktu. Dan samar-samar aku melihat kalung berbandul aneh itu mengeluarkan cahaya kekuningan.

"Terima kasih."

Suara tadi tiba-tiba terdengar kembali. Aku menoleh ke segala sisi. Walau pada akhirnya diriku tidak menemukan keberadaan dari orang yang berbicara tersebut. Aneh.

"Kalau begitu sampai jumpa!"

Suara Garula bergema. Setelah itu benda yang dimaksud mesin waktu tersebut mulai melayang dan mengeluarkan cahaya putih menyorot ke dalam lubang gerbang yang gelap. Aku tersenyum saat melihat mesin waktu tersebut mulai mengecil, dan makhluk di dalamnya juga ikut mengecil.

"Apa aku dapat bertemu denganmu kembali?" tanyaku sambil berteriak.

Sayangnya, saat aku menanyakan perkataan tersebut. Benda yang dinaiki Garula telah menghilang dari jarak pandang. Bahkan gerbang hitam itu, begitu lapisannya sedikit bergoyang, secara mendadak lingkaran asing tersebut juga ikut menghilang entah ke mana. Membuat pertanyaanku pada akhirnya tidak memiliki jawaban pasti.

Tiran Sadboy Terjebak Dalam Novel Mainstream [Season 1 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang