The first oddity, the storyline doesn't match

129 11 9
                                    

"Osas mana?" Andara melongok kiri-kanan ketika hanya mendapati Alda yang lagi-lagi menampilkan wajah bingung. Mana sendirian di parkiran. Andara jadi kasihan kalo otak Alda benar konslet.

"Eh, nggak tau. Tadi gue ke toilet sebentar tapi pas balik Osas udah nggak ada. Kayaknya dia pulang duluan."

Setelah bel pelajaran terakhir berbunyi, ia memang lebih dulu bertemu Osas, lebih tepatnya Osas yang datang menghampiri kelas IPA. Sementara Andara harus lebih dulu bersih-bersih kelas karena bagian piket.

Sekian menit berdua, Alda memutuskan untuk ke toilet.

Toilet, iya ke toilet untuk kembali merenungi nasibnya yang di luar nalar. Meski Alda sudah mulai memahami bahwa dirinya benar-benar menempati raga Esmeralda dalam novel WGKG.

Alda hanya pusing, raganya di dunia nyata sudah mati? Lantas ke mana Alda di dunia novel? Apa mati pada bab 23 karena keselek tutut? Aneh, Alda tidak mampu menemukan jawaban ketika nyatanya dia masuk ke dalam novel dalam keadaan sehabis pingsan saat upacara. Atau Alda novel sebenarnya mati saat upacara, bukan sekadar pingsan? Tapi ... dia tidak pernah menuliskan scene Alda pingsan saat upacara di novel garapannya.

Anjing, pusing banget.

"Dia nggak ngabarin sih mau pulang duluan?"

"Eum, belum pasti juga, sih, Dar. Siapa tau Osas lagi ada urusan?"

Andara hanya balas mencibir, lantas ia menatap Alda yang juga menatapnya. Gila, Andara jadi gemas ingin nyaplok. "Lo udah ngabarin Mang Joko?"

"Mang Joko?" Alda mengernyit, mencoba menggali ingatannya terhadap novel WGKG. Ah, supir pribadi Alda dalam dunia fiksi. "Oh, Mang Joko. Iya ini baru mau ngabarin, hehe."

Walaupun sedikit aneh, Andara tetap mengangguk. "Yaudah kuy ke depan, gue temenin lo. Takut lo ilang ketelen tayo."

"Ilang pun bukan ketelen tayo, paling diculik pangeran berkuda lumping."

"Berkuda putih, Goblok! Emang lo kira jaran kepang, segala pake lumping?" Andara mendesis, gemas. Jadi tangannya mendarat di kening Alda lantas memberi sentilan sayang di sana. Membuat si empu mengaduh sakit. Sementara pelakunya hanya tertawa puas.

Alda mengusap keningnya pelan, mendelik pada Andara yang masih tertawa nista. Tapi meski begitu, Alda sadar satu hal. Meski raganya masuk ke dalam dunia yang bukan semestinya ia tempati, Alda bersyukur di sini ia mendapatkan apa yang ia mau. Sahabat.

"Dar," panggilnya pelan.

"Apa?"

"Gue bersyukur ketemu lo dan juga Osas, makasih, ya."

Sebab kalian sebelumnya hanya sebatas harapan semu di dunia nyata.

Bukannya tersentuh, Andara justru menatap horor, ia meletakan punggung tangannya menyentuh dahi Alda. "Nggak panas, lo sejak bangun pingsan jadi mendadak waras deh, Al. Sumpah, ini lebih horor dari segala film horor yang pernah gue tonton!"

Alda memutar bola matanya malas, "Iya, ini emang bukan Alda yang asli! Mau apa lo? Mau gue makan atau gue jadiin makan babi?!"

"Anjir aaaaa! Alda mengerikan! Jauh-jauh kamu, Alda!" Andara justru berlari menjauh. Membuat Alda melotot kesal

"ANDARA!"

Rainey Osasille. Thalia Andara.

Mereka, salah satu hal yang tidak akan menjadi penyesalannya.

■ Happy reading!■

"Itu Osas," kata Andara begitu menghentikan acting-nya dalam mengusili Alda.

STILL ALDA (On the WGKG side; Esmeralda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang