Hagam's doubts and one night with Lando

67 7 6
                                    

Osas bergeming, fokus matanya jatuh pada tiap manuver Hagam. Lelaki itu juga sudah selesai mengobati luka di pelipis kanannya. Sempurna tertutup kasa steril dan handsaplast. Tangannya yang diletakan di atas pangkuan saling bertaut gelisah.

"Mongols keparat yang harus segera dihentikan," desis Hagam. "Mereka udah terlalu anarkis."

Hagam terlihat menahan amarah di sana. Lelaki itu mondar-mandir dan menghubungi anggota Aodra bergantian. Mereka berdua saat ini berada di basecamp Aodra. Dan tidak ada satu pun anggota selain mereka di sana.

"Shit, nggak ada yang bisa dihubungi satu pun!" Hagam berdecak, wajahnya mengetat memperhatikan ponselnya. Lelaki itu bersandar dinding, kepalanya didongakan. Kemudian diraup dengan erangan terdengar frustrasi. "Gue nggak tau di sana ada Alda, Sas. Gue sama sekali nggak tau."

"Itu bukan salah lo, Gam. Gue seharusnya tadi bilang," ujar Osas dengan pelan. Ketakutan total menguasai dirinya. Mengambil kendali hingga ia benar-benar tidak ingat Alda. "Gue minta maaf. Gue bener-bener takut tadi."

"Bukan salah lo juga." Hagam melirik. Ia menatap Osas dengan intens. "Lo udah aman sama gue, nggak akan ada yang nyakitin lo selama ada gue."

"Gue khawatir sama Alda," ujar Osas dengan mata berkaca-kaca. Membuat Hagam memejamkan mata sejenak sebelum dihembuskan panjang. "Apa lebih baik kita balik ke sirkuit?"

"Jangan gila."

"Maaf."

"Gue perlu dengar penjelasan kenapa lo dan Alda bisa ada di sirkuit. Tapi nggak sekarang." Ucapan Hagam terdengar dingin kali ini. Membuat Osas tidak berani membalas. Kemudian ia bisa melihat Hagam yang meraih kunci motor di meja kecil.

"Inget, Sas. Kemana pun lo pergi, gue tau dimana keberadaan lo."

"Maksudnya?"

"Lo nggak perlu tahu, yang perlu lo ingat setelah ini adalah jaga batasan. Jangan sesekali masuk ke dalam zona asing. Lo nggak tahu bahaya apa yang mengintai."

"Gue nggak tahu, Gam. Ada Kenzo, Galang, Audric. Gue pikir itu akan ngebuat gue dan Alda aman."

"Jangan naif. Gue antar lo pulang, abis itu gue cari anak lain. Gue pastiin Alda aman sama mereka," katanya menjeda. "Maaf, gue yang seharusnya lebih peka sama sekitar."

"Lo bakal ke sirkuit? Itu bahaya, Gam."

"Gue akan ke sana, Sas. Gue harus pastikan Alda aman."

"Tapi bahaya, Hagam. Bukannya sama aja lo masuk dalam jebakan kalo lo balik lagi ke sana?"

"Gue nggak akan seceroboh itu."

"Tapi gue khawatir sama lo, Hagam!"

"Rainey!"

Hagam menatap tajam. Membuat Osas menciut. "Selagi itu bisa bikin rasa khawatir gue hilang, akan gue lakukan. Lo juga khawatir kan sama Alda? Di sana udah ada anak motor lain, situasi udah jauh lebih terkendali."

Osas menunduk, ia memperhatikan lututnya yang sedikit tergores saat terjatuh di arena sirkuit.

"Gue antar, Sas."

"Gam," panggil Osas. Gadis itu tampak terdiam sebentar. Pikirannya benar-benar kacau malam ini. Tapi melihat Hagam dan mendengar perkataan lelaki itu tidak kalah membuat hatinya ikut kacau.

"Kenapa?"

Osas menatap sepasang manik tajam di sana. "Apa kalo yang lo temuin lebih dulu adalah Alda, gue yang akan lo tinggal?"

Hagam diam, cowok itu bahkan masih tetap bungkam ketika Osas mengajukan pertanyaan berikutnya.

"Dan saat lo tau gue tertinggal, apa lo juga akan sekhawatir ini sama gue, Gam?"

STILL ALDA (On the WGKG side; Esmeralda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang