Fierce competition

80 9 0
                                    

"Seharusnya lo nggak perlu ikut campur urusan bahaya. Kalo aja saat itu bukan Lando dan justru pihak musuh, mungkin saat ini lo nggak lagi merasa aman, Alda."

"Abang udah sering kasih kamu peringatan. Silakan dekati Hagam, asal jangan pernah tunjukin diri kamu ke hadapan musuh Aodra."

"Jangan jadi bebal, Alda. Udah terlalu banyak hal yang seharusnya kamu nggak perlu ikut campur."

Pemandangan tukang kebun yang sedang menyirami tanaman di gazebo depan kelasnya menjadi hal menarik di mata Alda. Kendati pikirannya justru melayang pada ucapan Regalan pada larut malam tadi.

Alda ingat meski nyawanya saat itu belum sepenuhnya terkumpul. Sosok lelaki yang samar dalam penglihatannya itu, yang membawanya pulang dan merebahkannya pada kasur empuk. Alda yakin itu Regalan. Tetapi yang membuatnya bingung adalah apa maksud dari ucapan Galan.

Lando? Apa maksudnya Orlando Ariski sang second lead? Sampai saat ini Alda belum tahu yang mana sosoknya. Apa mungkin sosok lelaki yang bersamanya semalam? Tapi kenapa juga nama Hagam ikut terseret? Dan ada hubungan apa antara Lando serta Galan? Galan itu tiga tahun lebih tua.

Kalau benar dugaan Alda, Aodra adalah sebuah nama geng motor. Regalan mungkin termasuk di dalamnya mengingat perkataan lelaki itu saat bersama Bisma serta Rosemary. Atau mungkin juga Lando? Sebab Andara bilang, Orlando merupakan bagian dari geng motor.

Alda memijat pelipisnya, ia mendesis pusing. Memilih menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja. Ini tidak seperti cerita transmigrasi yang sering ia baca, daripada transmigrasi, ia seperti diberi beban berat untuk menjadi seorang detective dan harus memecahkan teka-teki yang ada.

"Kangen ibu ...." Alda mengangkat muka, mengusap air mata yang dengan lancang jatuh.

Alda menilik Alexandre Christie di tangan kiri, baru jam 6 lebih 15. Pantas masih sepi. Di kelas juga baru ada dirinya. Kurang asem, di mana letak kelas unggulnya?

Karena bosan, ia memutuskan untuk keluar. Dia belum begitu detail dalam mengeksplor sekolahnya kini. Sekolah unggulan yang benar-benar mengutamakan fasilitas. Ia berjalan di koridor dan beberapa kali berpapasan dengan para murid yang baru saja berangkat.

Ponselnya diambil dalam saku. Ah, soal ponsel, Alda tahu semalam Regalan mencarinya, menghubungi nomornya yang justru diangkat oleh Jecky------sebab Galan bilang sahutan pertama terdengar begitu lenjeh, hampir membuat spekulasi bahwa Alda dicopet oleh bencong lampu merah. Tapi untungnya Osas langsung mengambil alih, menjelaskan tentang kepergian Alda yang tidak kunjung menampakkan batang hidung. Berakhir membuat Galan mendatangi kediaman Andara untuk mengambil ponsel sang adik.

"Hari ini Lando sama gengnya bakal masuk, lho! Gue udah nggak sabar buat cuci mata." Alda melambatkan langkahnya begitu mendengar sekumpulan siswi yang sedang bergosip di dekat mading. Keningnya berlipat samar.

Lando? Orlando Ariski?

Wajahnya terpasang datar, sementara telinganya diam-diam begitu tajam mendengarkan.

"Eh emang iya? Seriusan?" tanya gadis berambut pendek. Ada jepit pita di kepala kirinya.

"Seriusan, dia kena skors tiga hari. Sekarang hari keempat yang berarti dia udah bisa masuk kaya biasanya," jelas suara lain. Alda mengernyit ketika gadis itu terkikik salah tingkah sendiri. "Hagam, Lando, Darka, Audric, dan Jean. Mereka semua ibarat center SMA kita. Kalo mereka jadi boy grup, kayaknya bakal sukses!"

"Dan gue yang bakal jadi fans pertama mereka garis keras," sambungnya malu-malu.

"Ihh, dasar Aneth! Emang mereka pernah lirik lo? Nggak, kan?"

STILL ALDA (On the WGKG side; Esmeralda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang