Jangan lari, menderitalah sampai kau sembuh.
Sopan memeluk dirinya sendiri dan menatap sekitarnya dengan perasaan takut. Semuanya berputar di kepalanya, bagaimana ia disekap dan diperlakukan layaknya bukan manusia.
Sopan merasa dirinya ini murahan dan juga sampah. Sopan berpikiran bahwa dirinya ini orang yang kotor. Ternyata perasaan seperti ini lah yang dirasakan oleh wanita; korban dari pelecehan seksual.
Gentar melihat itu dari ambang pintu hanya bisa terdiam. Demi Tuhan, dia benar-benar khawatir pada temannya. Keadaannya begitu parah ketika melihat postingan dari akun base sekolahnya. Entah siapa yang berani mempublikasikan hal itu tanpa atas izin keluarganya Sopan.
"Aku sekotor itu ya?"
Gentar menghampiri Sopan dan mengambil ponsel temannya. Dia memegang ponsel itu dengan erat dan sedikit gemetar tangannya. Bajingan, berani sekali orang yang membuat berita ini. Gentar janji, akan menghajarnya hingga babak belur.
Gentar memasukkan ponselnya dalam kantung jaketnya. Dia mengembuskan napas panjang berusaha untuk tak tersulut emosi. Bagaimanapun temannya dalam keadaan mental tak stabil.
Ia duduk di pinggir ranjang Sopan. Gentar menatapnya dengan lembut.
"Pan..."
"Gen... Aku kotor..." perlahan Sopan terisak dengan ia memeluk diri sendiri. Tubuhnya gemetaran, membiarkan air mata membasahi pipinya.
"Enggak... Lo gak kotor," Gentar meraih tangan Sopan dan menggenggamnya dengan erat. Dia berkata dengan lembutnya. "Sopan, dengar apa yang gue bilang ya." Gentar mengusap-usap pelan tangan Sopan, dia berusaha untuk tak mengeluarkan suaranya yang keras dan dijadikan suaranya yang lembut.
"Sopan, lihat gue," Sopan melirik pada Gentar. "Gue minta maaf karena gagal jaga lo, tolong kasih gue kesempatan lagi ya," Gentar mengangkat tangan Sopan dan menaruhnya di kepalanya sendiri. "Gue bersumpah atas nyawa gue sendiri. Gue bakal lindungi lo apapun yang terjadi." Sopan melotot mendengarnya, dengan cepat dia menarik lengannya kembali.
Tetapi Gentar kembali menarik lengannya dan menatapnya dengan penuh hangat, sudut bibirnya sedikit terangkat. Dia seperti meyakinkan bahwa dirinya tak akan mengulangi kesalahannya yang sama.
Dan dia meyakinkan bahwa Sopan akan selalu aman dalam dekatnya.
MELELEH BAYANGINNYA EDANN
Sopan yang terhenti sejenak, semakin kejer tangisannya. Kepalanya semakin lama semakin tertunduk. Dengan tubuhnya yang semakin gemetar.
Ia menyalurkan semuanya melalui tangisan. Tangisan itu terdengar seperti sangat tersiksa, depresi, putus asa, semuanya tercampur aduk.
Jika dunia begitu jahat padanya, Sopan memiliki Gentar yang siap pasang badan apapun yang terjadi. Tak perlu sosok Ayah lagi. Ya, Sopan hanya perlu bersinggah di rumah yang membuatnya nyaman.
"Jangan... Tinggalin aku..." Sopan memegang erat tangan Gentar.
"No, I won't leave you. I swear."
Sopan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan mulutnya yang gemetar ia berbicara.
"Jangan sumpah, aku cuma mau bukti..."
"Bakal gue buktiin." Gentar menarik Sopan dalam dekapannya. Seperti ketika mereka kecil, Gentar yang selalu melindungi Sopan dari mara bahaya dan Sopan yang selalu nyaman dengan rumahnya.
Mereka tidak sadar ada dua orang yang memerhatikan interaksi mereka dari pintu.
Halilintar bernapas lega. Pikiran negatifnya hilang satu persatu ketika ia mendapatkan Gentar bisa diandalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]
Horror¡! BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU!¡ Berhati-hatilah kalian. Jika belum pulang ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Maka kalian akan hilang. Menceritakan Halilintar Aryatama sebagai ketua OSIS yang baru menjabat. Dia mendapati wejangan dari ketua...