Pagi ini Loka pergi dengan di antar Raja.
Saat Loka keluar rumah anak maung ini sudah ada sambil menyodorkan helm dengan motor matic andalan, yang dia pinjam dari mang asep alias tukang kebun dirumahnya.
Loka mana mau kalau di jemput pakai motor sportnya. Susah naik katanya. Pake mobil apa lagi, dia lebih milih kepanasan dari pada naik mobil yang kata dia, anak SMA banyak gaya bawa-bawa mobil ke sekolah. Memang banyak mau pacar Raja ini, untung Raja bucin. Jadi dia mah nurut aja.
"Pulang nanti aku jemput." Baru saja kakinya menapak tanah tapi mulut Raja sudah keluar kata perintah.
"Emangnya aku bisa nolak?" Loka memberikan helmnya dan disambut senyuman oleh Raja.
"Engga."
Loka berjalan di lorong sekolahnya dengan langka santai, tapi saat melihat Naira di pintu kelas Loka berlari menghampirinya.
"WOI!"
"Anjing! Babi! Loka babi! Bisa ga, kaga usah ngagetin!"
Loka tertawa sambil merangkul Naira masuk ke kelas. "Lagian lo ngapain bengong depan pintu kelas."
"Ga lucu ya anjir, gue lagi ngerenungin nasib gue di tangan Tata."
"Apa? Tugas lo belom kelar?"
"Apa lagi woi! Mati gue" Naira memegang kepalanya frustasi.
Loka tersenyum sambil menepuk bahu Naira, dia membuka resleting tasnya sambil mencari sesuatu.
Naira yang melihat itu mengangkat alisnya sambil menutup mulutnya haru."Jangan bilang lo ngerjain tugas gue?! Aaaa Loka, kok lo sweet banget sih?!"
Loka mengeluarkan dua bungkus roti dari dalam tasnya. membuka bungkus roti dengan satu tangan dan giginya, satu tangan lagi memberikan roti lain ke Naira.
"Semangat, Nai. Di omelin Tata juga butuh sarapan."
Naira menelungkupkan wajahnya di meja sambil menangis frustasi. "Berharap apa gue dari lo, bajingan!"
Loka mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Masalah tugas seperti ini sudah kesekian kalinya Naira alami. Loka tidak akan peduli karna yang membuatnya jadi masalah itu Naira sendiri. Dia harus tanggung jawab sama apa yang sudah dia lakuin. Loka ga akan bantu dia dengan alasan teman baik atau apa lah itu, karna ini murni kesalahan Naira sendiri. Kecuali ada alasan tersendiri yang Loka tau Naira ga bisa hindarin.
Tidak lama kelas mulai ramai dengan murid-murid yang baru datang. Loka hanya melihat Naira yang sedang berkutat dengan tugasnya yang entah percaya keajaiban atau apalah itu, Loka yakin takan selesai sampai Tata datang di jam istirahat nanti.
Naira terlihat baik-baik saja seakan semalam tidak terjadi kejadian apa-apa, padahal Loka tau kalau dia pasti sedang banyak pikiran sekarang. Sekuat dan sesering apapun Naira dengan kejadian-kejadian menyakitkan di keluarganya, Loka tau pasti itu ga akan buat Naira terbiasa.
"Gimana sama Nenek?" Loka membuka obrolan.
Naira berhenti menulis lalu menatap Loka dengan wajah tengilnya. "kok gue ngerasa lo yang sebenarnya cucu Nenek gue ya? Anjir kalian mirip banget woi dari cara nanyanya."
"Nanya apanya?"
"Ya itu, basa-basinya. Entar pasti ujungnya kalian nanya soal perasaan gue ke nyokap."
Loka terdiam sambil menatap Naira.
Naira melanjutkan tulisannya sambil berbicara tanpa menoleh, "Gue gapapa Loka, ada rasa sakit tapi itu udah gapapa. Gue kan udah bilang ke lo kemarin."
"Ya, itu udah lebih dari cukup."
Naira tertawa kecil mendengarnya.
Suara bell berbunyi pertanda jam pertama di pagi ini akan dimulai.
.
.
.Loka sedang mengunyah onigiri yang dia beli dari kantin sambil melihat Naira dan Tata yang sedang mengerjakan tugas, lebih tepatnya tugas Naira yang di bantu Tata.
"Ini kok bagian hasil kesimpulan bab 3 nya, hutannya kesebut dua kali? Lo bacanya bener kan Nai?."
Naira yang sedang menulis mendongak melihat baris yang Tata tunjuk. "Eh iya salah, harusnya satu kali doang."
"Itu dia, kalo lo kerjain dari kamis kemarin harusnya gada typo-typo kek gini ni." Tata berkata sinis.
Naira hanya menghela nafas berat. Masih berlanjut ternyata omelan yang Tata berikan setengah jam saat istirahat tadi, tapi dia bisa balas apa? Toh memang dia yang salah.
"Iya Ta, maaf."
Loka hanya mendengus menahan tawa, kapan lagi Naira pasrah tak membalas saat lagi di marahi begitu?.
Sekarang sudah lewat 15 menit dari waktu bell istirahat kedua yang mereka gunakan malah untuk mengerjakan tugas. Terpujilah Tata yang dengan rela membantu Naira.
"Akhh. Kelarrrr!" Naira mengangkat tanganya ke udara sambil berteriak kegirangan.
Tata yang melihat hanya mendengus sinis. "Awas kalo nanti kita sekelompok lagi, lo kaya gini lagi. Gue coret nama lo di tugas kelompok tanpa embel-embel."
Naira langsung memasang muka memelas menatap Tata, "iya, sorry deh Ta, ga akan gue ulang. Kali ini gue beneran kelupaan."
"Gue mau ke toilet dulu, masi ada sisa waktu 10 menit. Entar kalo kelamaan ijinin ya." Tata berlalu sambil merapikan roknya.
Naira dan Loka hanya memberikan jempolnya tanpa berkata apa-apa.
Naira meminum susu kota yang ada di depan Loka, "Bagi susu, Ka."
Loka melirik sinis, "harusnya ijin dulu baru minum." Yang di balas hanya cengengesan oleh Naira.
"Abis balik gue mau ke toko buku, mau ikut ga?" Loka berbicara sambil membuka susu kotak baru dari dalam tasnya.
"Ogah ah, sama Raja aja sana. Buku novel yang mau gue beli belom ada keluar." Naira menidurkan kepalanya di atas meja, kenapa di detik-detik ingin bell masuk ini dia selalu mengantuk ya?.
"Jangan tidur!" Loka menyentil dahi Naira yang langsung membuat Naira bangun dan mengelus dahinya.
"Jahat banget lo anjir!" Yang di balas angkatan bahu acuh dari Loka.
"Lo kan tau, Raja paling males kalo di suruh ke toko buku."
"Halah, semales-malesnya Raja, gue yakin. Lebih rela dia nemenin lo, dari pada biarin lo ke toko buku sendiri." Naira mencibir.
"Rela nemenin, iya. Tapi sambil ngedumel sepanjang jalan gue nyari buku." Loka mendengus cape.
Naira menggaruk kepalanya bingung. "Tapi gue masih aneh deh, kok bisa ya Raja tu beneran bukan tipe lo anjir, Ka. Ga suka baca buku, grasak-grusuk, sama emosian. Kaya plusnya tuh di muka yang cuma lo doang ngerasa dia lucu, sama manja. Udah. Lo terima dia juga karna dia maksa kan?. Gue kira cuma bakal bertahan dua bulan, taunya satu setengah tahun." Naira menggeleng takjub.
Loka mengedipkan matanya beberapa kali seolah berfikir. Benar juga kata Naira, dia juga tak menyangka akan selama ini. Niatnya hanya menerima Raja sekedar untuk menghentikan sifat anak itu yang selalu mengganggunya dulu untuk diterima Loka menjadi pacaranya.
Loka pikir Raja hanya tertarik di awal dan akan bosan nantinya, mangkanya Loka terima dengan cuma-cuma. Taunya ada perasaan cocok dan nyaman untuk keduanya selama menjalin hubungan dan tidak menyangka sudah hampir dua tahun mereka berpacaran.
"Ga tau, emang cocok aja kayanya." Ucap Loka akhirnya.
Naira memutar bola matanya malas. "Lo mah ga asik."
Obrolan berhenti disitu, sampai akhirnya bell masuk untuk pelajaran terakhir berbunyi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Peran
RandomRaja menangkup wajah Loka dengan kedua tangannya. "Stop Loka! Kamu terlalu terobsesi sama apa yang dilakuin Naira!." "Aku, aku udah jelasin berkali-kali Raja. Itu bukan Naira. Aku ga tau itu siapa atau benda jenis apapun yang lagi ada di tubuh Naira...