Bukan Zayan Aditya

32.6K 2.9K 42
                                    

Kriet.

"eh!"

.
.
.

Ian memainkan jarinya, jika mendapat pukulan tak apa, yang penting Ia bisa berinteraksi dengan mamanya.

"ian mau yat mama~"

Kepalanya Ia tundukkan, takut untuk menatap langsung dari mata ke mata, ian bersiap mendapat teriakkan dan pukulan dari sang mama.

Sementara Zayan masih berkutat dengan pikirannya, bagaimana cara menghadapi orang-orang disekitarnya, dia tidak tau apapun tentang raga yang sedang Ia tempati.

Zayan Aditya, adalah nama dari pria yang memasuki raga orang lain ini, entah bagaimana tapi begitulah keadaannya.

"eum, kamu mau liat mama?"

Zayan membelai kepala balita yang ada dihadapannya, lucu sekali, kata-kata yang diucapkan terdengar lucu, belum lagi dengan pipi yang terlihat akan tumpah itu.

Ian sedikit tersentak, sudah dua kali mamanya memberikan belaian pada dirinya hari ini, sungguh tak pernah Ia sangka, rasanya amat bahagia.

"kenapa diam?"

Zayan heran, kenapa bayi ini tiba-tiba terdiam, lagian dari tadi ke kamar dia mulu bilang mau liat mama, langsung aja pergi liat mamanya sana.

"mama nda mayah? nda putul ian?" Suaranya sedikit bergetar.

Zayan mengangkat kedua alisnya, bahkan belaiannya di kepala bayi itu berhenti.

'loh, mamanya aku?'

Sedang asik dengan pikiran sendiri, Zayan tak mendengar langkah cepat seseorang yang menaiki tangga menuju kamarnya.

"tuan muda!"

Art itu mendekat dan merengkuh tubuh Ian, hal itu membuat Zayan kebingungan.

"maafkan tuan muda, saya akan membawanya ke bawah."

Art itu mengangkat tubuh Ian dan berbalik untuk turun dari sana, namun Zayan menahannya, kenapa dari tadi orang-orang menjauhkannya dari balita itu.

"kenapa kau membawanya? kami sedang berbicara."

"tapi tuan-"

"dia siapa?"

"ya tuan?"

'semoga dugaanku benar.'

Art itu menundukkan kepalanya, "dia putra anda tuan."

'ternyata benar.'

"lalu? kenapa kau menjauhkannya dariku?"

"maaf tuan."

"turunkan dia."

Walaupun ragu tapi art itu tetap menurunkan ian dari gendongannya, Ia khawatir tuannya ini akan menyakiti anak kecil itu lagi.

"huu...mama~" air mata mulai mengalir dari mata anak itu.

"tidak apa-apa, jangan menangis."

Zayan menangkup wajah mungil anak tersebut, lucu sekali bibirnya mencebik yang membuat pipinya semakin tumpah.

Art yang masih di sana terdiam heran melihat tuannya, apakah dia tidak salah liat, tuannya memperlakukan tuan muda dengan lembut.

"mama peluk ya biar ian nggak nangis lagi."

"huwaaaaaa." Tangisan Ian semakin keras.

Ini adalah pelukan pertama yang Ia dapatkan dari sang mama, bahkan semua perlakuan mamanya hari ini adalah yang pertama bagi Ian.

Another Zayan (Hiatus+Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang