Taekwondo

5.2K 735 39
                                    

"pak, beneran itu pak devran?"

"kayaknya sih iya."

.
.
.

"sayang, ada yang sakit? pengen aku pijet?"

"nggak ada, badan aku enak aja kok."

"kalau kenapa-kenapa kasih tau ya."

Zayan memberikan senyuman sebagai jawaban, Devran benar-benar manis sekali.

Suaminya ini sangat memperhatikan dirinya, bahkan sebelum hamil saja sudah sangat perhatian.

"mas, makasih ya udah selalu rawat aku dengan baik."

"sama-sama sayang, kamu sehat terus ya."

Devran mencium kening Zayan, lama sekali.

Zayan tak tau harus menggambarkan seperti apa lagi perasaannya, Ia dibuat terbang tinggi oleh Devran.

"menurut kamu anak kita cowok apa cewek."

"cowok, tapi kali ini duplikat kamu."

"mas harus siap-siap kalau gitu, pasti bakal rewel banget."

Devran menyerang bibir Zayan dengan tiba-tiba, melumatnya dengan lembut.

Zayan yang kaget pun mendorong bahu Devran.

"mas!"

"boleh ya, sebentar aja mas nggak masukin kok."

Zayan mengerutkan dahinya, kenapa tiba-tiba sekali melenceng ke sana.

Plak!

"apa sih, lagi ngomongin anak juga."

"maaf, mas nggak fokus dari tadi."

Zayan menatap Devran dengan kesal, kan mau cerita-cerita soal adik bayi.

Tapi Ia juga kasian dengan suaminya itu, sudah lama sekali tidak dilayani di ranjang.

"inget aku hamil, jangan kasar kamu."

"iya sayang."

...

Keadaan pagi ini cukup sibuk, Devran dengan persiapan ke kantornya dan Ian dengan persiapan ke sekolahnya.

Zayan yang tidak akan kemana-mana pun ikut sibuk kesana-kemari, bahkan sebenarnya lebih sibuk daripada Devran dan Ian.

"sayang, dasi aku yang merah mana ya."

"ini, ada rapat pagi ini?"

Zayan memberikan dasi tersebut pada Devran, yang masang tetap Devran sendiri karena Zayan tidak bisa memasang dasi di leher orang.

"nggak kok, hari ini santai aja."

"bisa dong nanti temenin check up."

Devran mengecup bibir Zayan.

"bisa dong, jam berapa."

"hmm, sore aja sekitar jam tiga."

"ok, nanti papa jemput jam tiga."

Zayan menatap heran Devran, semakin kesini semakin banyak tingkah.

Zayan kan resah, apalagi semenjak hamil ini Zayan mudah geli dengan tingkah Devran.

"kenapa mukanya kok gitu?"

"apa, mau ngatain jelek?!"

"nggak sayang."

Nasib.. nasib..

Ian menyeret tasnya ke bawah, menuruni anak tangga satu per satu secara perlahan.

Jika orang dewasa melangkah dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya maka Ian berbeda, Ia melangkah dari satu anak tangga ke anak tangga yang sama karena kakinya yang mungil dan pendek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Zayan (Hiatus+Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang