cicip

564 45 2
                                    


"dor!"

"anjing! ryu monyet banget lu." yujin memaki seluruh napasnya pada ryujin. bagaimana tak kesal, ia tengah damai tertidur dengan kepala di atas meja, tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara titan yang menggema ke seluruh kelas.

"masih pagi udah molor aja lu." ryujin mendudukkan dirinya tepat di sebelah yujin.

"daripada lu udah bikin dosa." malas yujin sembari menangkup kembali wajahnya di atas meja.

ryujin hanya tersenyum dengan watados lalu mengeluarkan ponselnya.

"mabar ga? mumpung masih jam segini." ajaknya sambil menepuk kecil bahu yujin.

"ga ah, cupu lu. males." suara yujin yang teredam diantara tangannya itu membalas perkataan ryujin sedikit jutek.

"yeu si anjing, kemaren gua mati juga gara-gara lu pelit. si wanto juga sama tainya."

"jadi mati dua-duanya." lanjut ryujin.

"udah ah sana maen sendiri, gua ngantuk." balas yujin dengan suaranya yang kecil.

ryujin nampak menyipitkan kedua matanya; menatap rambut yujin yang terurai kemana-mana itu cukup lama.

"kemaren lu lagi di rumah sama cewek?"

yujin tak menjawab, ia sungguhan mengantuk setelah belajar matematika semalaman. ini karena remedialnya yang akan diadakan hari ini, yujin dengan ambis mempelajari materi terakhir hingga tak menyadari sudah pukul 3 pagi. ia memutuskan untuk tertidur sejenak lalu bersiap sekolah.

"jin,"

"jin!"

"yujin! elah pelor banget anji—"

"tolong jangan dibiasakan berkata kasar. saya tidak suka. kamu, ryujin. bangunin temen kamu." minju yang baru masuk kelas tiba-tiba menegur ryujin yang berada di kursi paling kanan baris kedua itu membuat seisi kelas tiba-tiba hening.

ini mau dibangunin, ck. ryujin membatin sebal sambil memukul pundak yujin.

"apasih ryu, gua bilang maen sendiri goblok." yujin sedikit teriak sambil menepis tangan temannya yang masih berada di bahunya.

"ada guru." bisik ryujin.

yujin otomatis menatap ke depan, ia melihat istrinya tengah menatap dirinya tajam.

***

"aku ga suka kalo kamu ngomong kasar terus. kebiasaan buruk yang buat moral kamu lama-lama rusak." minju memotong wortel terlalu bersemangat hingga menimbulkan suara benturan pisau ketara.

yujin yang tengah berada di depan tv meringis menatap istri sekaligus gurunya itu memotong sayuran.

"biasain ngomong yang baik. jangan apa-apa maki, apa-apa anjinglah goblok lah. mulutnya kayak ga di kasih pendidikan."

"murid sekarang attitude-nya kurang, manner jarang diperhatiin, nyapa duluan sama guru aja udah jarang. pura-pura ga liat lah, pura-pura ngobrol sama temen, alibi mata minus padahal yang minus cuma akhlaknya."

yujin menggigit bibir bawahnya takut, minju dengan segala perkataannya itu bukan menjadi hal yang ia takuti. melainkan pisau yang tengah dipegangnya, yujin takut tiba-tiba minju berbalik ke arahnya lalu menodongnya dengan benda tajam tersebut. walaupun ia tahu itu tak akan terjadi, namun siapa sangka. pikiran dan niat kan tak bisa ditebak.

tak!

tak!

"punya suami juga susah banget buat denger, aku yang masak, aku yang cuci baju, aku juga yang ngurus sekolahnya. apa susahnya cuma denger dan iya-in perkataan istri?" minju makin menekan sayuran yang tengah dipotongnya. suaranya beriringan dengan suara pisau ditangannya.

yujin memutuskan untuk beranjak dari sana secara perlahan, namun langkahnya terhenti ketika mendengar wanita yang berada di dapur memekik kemudian terdengar pisau yang tengah dipegangnya terjatuh.

"bu? kenapa?" yujin bertanya sambil berjalan cepat menuju dapur.

minju nampak mencuci tangannya yang terluka  dengan air yang mengalir, yujin berdiri tepat disebelahnya.

"ngomelnya nanti dulu, shhut." ucap yujin sambil mengusap luka goresan di telunjuk minju.

setelah tercuci, yujin teringat dulu sewaktu dirinya terluka seperti ini, sang ibu menyesap lukanya; mencoba mengeluarkan sisa darah kotor. yujin menerapkan hal tersebut pada minju.

"kotor, yujin!" minju berusaha menarik kembali tangannya, namun yujin menahan dan tetap menyesap telunjuk minju, lalu meludah setelahnya.

minju meringis lirih, maniknya sedari tadi menatap yujin yang telaten merawat luka di telunjuknya; hanya goresan kecil tapi yujin sigap.

"shh udah yujin. itu kotor."

yujin menarik tangan minju; menatap telunjuknya, "diem."

minju hanya menurut ketika yujin membawanya menuju kamar mereka. setelah tiba, yujin mendudukkannya di atas kasur.

"tunggu, aku ambil plester dulu."

minju mengangguk patuh.

"kok bisa gini? kamu harusnya hati-hati, untung ga sobek dalem." perkataan yujin membuat minju mencebikkan bibirnya.

"ya kamu ngeselin."

yujin menghela napasnya pelan, "iya terus kamu maunya apa sekarang?"

"jangan ngomong kasar terus."

"aku ga lagi ngomong kasar lho." kata yujin kesal.

"ya nanti kamu gitu lagi, dikira aku ga pernah denger kamu maki-maki." balas minju tak kalah kesal.

lagi, yujin menghela napasnya kali ini terdengar frustasi.

"terserah. aku mau keluar." tanpa menunggu jawaban dari minju, yujin keluar dari kamar. ia mengambil kunci motor sebelumnya di atas nakas.

"yujin!" minju menyusulnya hingga di ruang tamu; minju menahan lengan yujin.

yujin menatap heran minju sambil mengangkat kedua alisnya.

"k-kita belum makan."

sial, dirinya menjadi gugup lagi, padahal menatap yujin sering ia lakukan.

alisnya menaik satu, "yaudah, makan duluan aja."

"a-aku.."

minju hanya ingin ditemani makan malam, karena tak biasanya yujin keluar malam.

"sebentar doang, mau ke rumah minjeong ambil buku." ungkapnya.

minju mengangguk, "jangan lama."

"engga ibu."

minju mempoutkan mulutnya membuat yujin terhenti sejenak. kegiatannya memakai jaket terhenti; mendekati minju, dengan gerakan cepat mengecup bibir istri mungilnya. minju melotot terkejut menatap yujin yang tiba-tiba.

"bibirnya ga usah gitu, sengaja banget."

setelahnya yujin lanjut memakai jaketnya, berpamitan pada minju lalu melangkah keluar. suara motornya terdengar menjauh dari perumahan area rumah minju.


to be continued..

We | JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang