2 - Prey

52 14 77
                                    


Sebelum membaca, pencel tombol bintang dulu, yuk (灬º‿º灬)♡

Jangan lupa tinggalkan komentar.

Happy reading!

**

"Jihye-ya, Kau ikut seleksi model juga?" Wanita dengan rambut blonde-nya itu tampak menatap sinis ke arah Jihye.

Jihye tak mau kalah, ia membalas tatapan itu dengan tatapan tak kalah tajam. "Wae? Kau takut aku menjadi sainganmu, ya?"

Wanita bernama Seyeon itu tampak berdecih remeh, lalu ia mendorong bahu Jihye sedikit mengejek. "Sainganku?" Ia tertawa. "Jihye-ya, apa aku tidak salah dengar? Wajah dan tubuhmu sama sekali tidak masuk kriteria sainganku. Kau sangat percaya diri sekali."

Soyeon melangkahkan kakinya yang berbalut heels hitam itu mendekat ke arah Jihye. Ia berbisik di telinga kiri Jihye.
"Kau tidak pernah berkaca, ya? Lihat, tubuhmu sudah seperti babi. Tidak cocok berada di sini. Kau hanya cocok berada di kubangan lumpur, Jihye."

Jihye terdiam. Kepalan tangannya semakin kuat menahan dirinya untuk memukul Soyeon. Kalau saja Jihye memiliki keberanian lebih untuk melawan. Jihye pasti sudah memukulnya tanpa ampun saat ini juga.

Soyeon tampak tersenyum melihat ekspresi Jihye yang terdiam dan kesal.
"Wae? Kau marah?" Ia kemudian menepuk-nepuk pipi kanan Jihye pelan. "Kembalilah ke rumah dan berkaca. Kau tidak pantas di sini-" Ia menjeda ucapannya, "—Ba-bi."

Setelah mengucapkan kalimat sialan itu, Soyeon tampak santai meninggalkan Jihye yang masih terdiam.
Jihye meremat ujung rok pendeknya dengan perasaan yang begitu acak.

"Soyeon, sialan!" rutuknya dengan suara isakan tangis. Dadanya terasa sesak. Ia mengusap pipinya yang mulai basah.

Dug!

Dug!

Jihye menghentakkan keras kepalanya ke atas meja makan. Kepalanya terasa berdenyut, perutnya juga terasa melilit tak keruan. Rasanya setengah ingatannya pun sudah hilang dan yang tersisa hanya ingatannya tentang Soyeon dua minggu lalu. Ingatan yang buruk. Itulah yang membuat Jihye harus melakukan diet begitu keras. Perkataan Soyeon-lah yang membuatnya mau tak mau harus mengonsumsi kapsul cacing pita yang satu jam lalu ia ributkan dengan Hyerin, kakaknya.

"Kalau saja berat badanku ideal. Aku pasti tidak akan mengonsumsi cacing pita sialan, ini," gumamnya dengan kepala yang ia sandarkan miring di atas meja. Ia menatap kapsul-kapsul yang tengah berserakan itu dengan tatapan sayu.

Jihye melirik ke arah jam dinding, dan jam itu menunjukkan pukul 8 malam. Ia juga tidak tahu pasti Hyerin pergi ke mana sejak sore tadi. Saat mereka berdebat, Hyerin sama sekali tidak mengatakan apa pun.

"Aku sangat lapar," eluhnya sembari mengelus perutnya yang terasa semakin melilit.

"Apa yang terjadi denganku? Aku sudah memakan semua makanan yang ada di lemari es. Tapi perutku masih terus merasa lapar. Tubuhku juga rasanya lemas sekali," katanya dengan perasaan bingung.

Jihye beranjak dari kursinya, ia berniat keluar dari kamarnya untuk membeli makanan lagi.

Bruk!

Tubuh Jihye tiba-tiba tersungkur di lantai. Ia semakin melemah, wajahnya tampak pucat dan kepalanya semakin berdenyut tak karuan.

"Aghh, sialan! Tubuhku kenapa sakit sekali." Jihye berusaha bangkit dari posisinya dan kembali berjalan tertatih ke arah pintu.

THE HALF - BTS Fanfiction [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang