2. Who's he?

169 23 3
                                    




Haidan berjalan menuju kantin saat ia telah mengantar Reza ke ruang guru, karena si ketua kelas itu disuruh membawa buku oleh Bu Sandra. Badannya kecil disuruh bawa buku paket yang jumlahnya 22 buah, mana kuat Reza, makanya Haidan bantuin.

"Thanks ya, Dan."

"Yoi, kalau gak gue bantuin kepelitek ntar tangan lo, Ja!"

Reza mendengus kesal. "Ayok gue traktir," ucap si cowok Cina itu.

Haidan antusias mendengar kata 'traktir'. "Mie ayam? Bakso? Ayam katsu?"

"Traktir sukro," ucap Reza enteng sambil lebih dulu melangkahkan kakinya.

Haidan mencibir pelan, lagian apa yang diharapkan dengan Reza si otak perhitungan. Reza bukannya pelit, hanya saja apa yang menjadi pengeluaran harus dipertimbangkan. Apalagi kalau pengeluarannya cuman traktir Haidan. Tapi, sekalinya Reza traktir temen, gak nanggung-nanggung.

"Eh ada si monyet," sapa Haidan ketika melihat kedua teman sekelasnya disini. Mira dan Raya. Namun jelas Haidan menyapa Raya, mau digorok Marvin kalau Haidan sapa Mira dengan panggilan monyet.

"Si goblog!" gerutu Raya sambil menelan bakso yang sudah ia kunyah.

"Eja! Udah di anterin bukunya?" tanya Mira.

Reza mengangguk. "Aman, abis istirahat olah raga kan? Pak Chandra masuk, Mir?"

"Tadi malem dia chat gue—"

"Anjir bisa-bisanya di chat Pak Chandra lo!" potong Raya cepat perkataan Mira.

"Makanya lo jadi sekretaris," sahut Reza sembari duduk di samping Mira. "Dia chat apa?"

"Mau jemput tunangannya di bandara katanya, free class mungkin gak olah raga."

"Bangsat! Udah mau kawin aja ayang gue," gerutu Raya.

Haidan menyumpal mulut Raya dengan tissue, lagian cewek itu mengumpat mulu dari tadi. "Omongan lo sampah semua, Ray. Padahal udah bener gaul sama Mira, eh lo nya gak berubah-berubah!"

"Apaan sih? Pwehh!" ucap Raya sambil melepehkan tisu dari dalam mulutnya. "Jangan salah! Mira udah bisa ngomong... ngomong apa, Mir? Yang kemarin gue ajarin."

"Tolol." Ucap Mir dengan enteng tanpa dosa.

"Anjir bener-bener lo, Mir. Gue aduin Marvin ya!"

"HAHAHAHAHA!" tawa Raya sambil mengacak puncak kepala Mira. "Good girl. Gue suka gaya lo!"

Mira hanya balas dengan senyuman dan mengangkat jempol.

"Perasaan lo pinter deh, Mir. Kok mau aja digoblokin sama Raya?"  Ujar Haidan frustasi.

Brak!!

"BAJINGAN!!!!"

Keempatnya menoleh bersamaan pada sumber suara. Suara pukulan dan benda hancur membuat seisi kantin yang ramai jadi makin panas melihat apa yang terjadi.

Dua orang yang sama-sama punya nama besar di sekolahan ini.

"Aya naon?" Haidan bertanya pada salah satu siswa.

"Itu si Karin direbutin sama Kak Tegar dan Wondi."

Tegar mantan kapten basket periode lalu, dan Wondi adik kelas ganteng yang pas MPLS jadi pusat perhatian banyak orang.

"Hah? Wondi mana?"

"Kelas X-5."

"Beraninya dah si Wondi nganterin Karin pulang kemarin, padahal posisinya Kak Tegar lagi deket sama Karin." Bincang seorang siswi.

That Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang