9. Beda Level

27 7 0
                                    




"IDAAAAAANNNNN!!"


Haidan berlari kencang menyusuri koridor yang ramai, karena memang waktu ini adalah jam istirahat kedua. Cowok berkulit sawo matang itu berlari sekuat tenaga, sampai baju seragamnya keluar berantakan.

"Kampret, Idan bego!"

Brak!!!

"Aduh," Haidan mengaduh kesakita ketika dibelokan ia harus bertabrakan dengan Hesa. Cowok perawakan lebih tinggi dari Haidan. Bukan hanya Hesa, ada Karin dan Fero juga di belakangnya.

"Ck!!" Decak Hesa sambil menepuk-nepuk baju seragamnya.

"Hampuraaaa!" Ujar Haidan, lalu matanya refleks melirik ke arah Karin yang sedang menyedot teh apel yang sudah setengah habis.

Kedua mata mereka bertemu sesaat, sampai pada akhirnya Haidan memutus tatapan itu karena Raya berlari mengejarnya.

"MONYETTT!!! SINI LO!!!!"

"Aaaakkkkkkk!!" Teriak Haidan sambil kembali berlari turun ke bawah tangga.

Karin menggelengkan kepalanya dengan kelakuan Haidan.

"Itu cowok yang lo suka, Rin?" Tanya Fero. "Jauh banget levelnya sama kita.".

Celetukan Fero berbarengan dengan Raya yang berlari melewati mereka bertiga. Raya sontak mengerem larinya lalu menatap sinis pada sumber suara.

"Maksud lo apa?" Tanya Raya tiba-tiba sambil menarik kasar kerah seragam Fero. "Kalau Idan gak selevel sama Karin gak boleh emang Karin suka? Hah?"

"Apasih?" Ketus Fero sambil menepis tangan Raya di kerahnya.

"LO YANG APA?!" Raya melotot.

Karin menyudahi. "Ray! Udah... Fer minta maaf!"

"Bukan gue yang butuh maaf lo, tapi si Idan!" Teriak Raya.

"Dih, siapa juga yang mau minta maaf? Gue cuman bilang fakta sih," ujar Fero.

Raya hendak melayangkan pukulannya pada Fero, namun naas, Hesa menahan tangannya. "Lepas anjir!"

"Fero lo keterlaluan, lain kali jangan ngomong gini." Ucap Karin.

Fero memutar matanya malas, lalu melenggang pergi. "Iye iye sorry!" Ucapnya sambil memunggungi Raya.

"Sok ganteng banget lu," ujar Raya sambil berdecih.

"Maaf ya, Ray...." Ujar Karin.

Raya memicing sinis. "Gasuka ya kalau ada yang ngomong yang enggak-enggak tentang temen gue, apalagi ngerendahin tentang level. Iya! Gue akuin kalian tuh dari kalangan atas, tapi gak gini juga kali. Siapa tau Idan nanti jadi presiden? Di kick tuh si Fero dari Indonesia Raya ini!" Oceh Raya membela Haidan.

Karin dan Hesa sebagai perwakilan teman Fero yang mengiyakan apa yang Raya katakan.

Sementara itu, di dimensi lain...

"Widihh Elsa projen sendiri aja nih?" Disaat Raya membela habis-habisan Haidan di sana, Haidan sendiri malah menggoda adek kelas. Elsa X-2.

Gadis berambut lurus dengan kulit putih itu tersenyum manis sambil membawa lima buah buku paket.

"Hehe iya, Kak." Suara halus Elsa terdengar.

"Mau ke perpus? Perpanjang buku?" Tanya Haidan dan mendapat anggukkan dari Elsa. "Sini gue bawain,"

"Makasih—"

"HAIDAN MONYET!!!! GUE BELUM SELESAI YA SAMA LO!!!!"

Haidan melirik ke arah koridor, melihat Raya yang ternyata masih mengejarnya.

"Kampret!" Umpat Haidan sambil memejamkan matanya.

Lalu beralih tatap pada Elsa yang juga terkejut dengan suara menggelegar dari Raya.

"Sa, sorry gue harus menyelamatkan diri. Lain kali aja ya bantuinnya. See you! I love you!" Ujar Haidan sambil melarikan diri lagi.





***


"Ya emang beda level, gimana sih lu?" Ujar Haidan yang sedang duduk di sebuah tembok beton menghadap ke rel comuter line.

Raya menoleh sekilas, "anjirlah, kalau mau pepet cewek jangan rendah diri juga kali. Sesekali lakuin pembelaan."

"Kan udah diwakilin sama lo,"

Raya hanya mendengus sebal, menatap lurus ke depan membiarkan rambut sebahunya terbang bersama angin dari comuter line yang melintas.

"Fero juga udah minta maaf," ujar Haidan. "Lagian... gue paham maksud Fero gimana. Sebagai sahabat, gue yang gak mau lo dapet cowok gak baik, gue pengen liat lo bahagia sama cowok yang sayang sama lo dan bikin lo bahagia. Fero juga sama, dia gak mau temennya—Si Karin dapet cowok abal-abal."

"Tapi lo gak abal-abal, Dan."

Haidan terkekeh.

"Lo pantes dapetin Karin spek Dewi Yunani itu. Lo juga sebanding sama mantan-mantannya Karin kok,"

Haidan terbahak. "Ngomong apasih?"

"Bener!" Ujar Raya. "Menurut gue, lo istimewa. Lebih seperti, martabak bebek telor dua."

"Makasih hiburannya, Nyet!"

Raya menarik senyumnya.

Sampai pada akhirnya, ponsel Haidan bergetar menandakan sebuah pesan masuk, yang ternyata itu dari Karin.

Karin Mipa 5 : gue mau ngomong

Bersambung....



A/n
Long time no see!!!
Sorry cerita ini aku Hold beberapa bulan, karena aku sibuk di RL, makasiiii banyakkkk buat kalian yang masih nungguin cerita ini update :(( BIG LOVEEEE

Mendekati ending yeayyy!!

That Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang