4. Masakan Ibu

144 19 1
                                    


Vote komen dong!!! Biar aku semangat nulis, sedih deh banyak yg sider :((

Selamat baca!

☂️☂️☂️

Aroma tanah selepas hujan masih jadi favorit bagi Karin. Dingin dan sejuk seakan memberikan kesegaran pikirannya kali ini. Suasana seperti ini selalu Karin harapkan ada setiap hari. Entah kenapa, mungkin tubuhnya terasa dingin namun hatinya terasa hangat.

Tapi tidak untuk hari ini. Kesialan apa lagi yang harus dirinya alami. Sudah cukup kejadian yang membuat namanya memuncak kembali di berita terhangat sekolah, karena perihal si kakak kelas sialan. 

Dan kini, ia harus terjebak di pinggir jalan dengan motor yang mogok serta ponsel yang mati. Karin berdecak sekali lagi, rasa kesal menyelimutinya.

Gadis itu masih menggunakan jas hujan yang ia beli di minimarket sebelum hujan turun.

"Motor gue kenapa sih anjir!" tanyanya pada diri sendiri sembari mengecek jam tangan yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.

Karin menghela napas dalam, ia merutuki dirinya entah kenapa ia harus membawa motor kesekolah alih-alih mobil seperti biasanya. Ya, jawabannya hanya satu, tadi pagi Karin telat bangun, dan berakhir memilih motor untuk ia tunggangi menuju sekolah.

"Mogok, Neng?"

Karin mendongkak. Hidupnya seperti terselamatkan ketika melihat Haidan yang sudah berdiri dihadapannya kali ini. Cowok itu sudah berpakaian santai rumahan, hanya dengan celana selutut dan kaos hitam. "Idan huhu..." rengek Karin.

Haidan yang datang sembari menenteng seplastik yang entah isinya apa. Cowok hitam manis itu terkekeh melihat nasib Karin.

"Anjirlah kaya anak ayam aja lo pake jas hujan begini."

Karin memajukan bibirnya, melihat tubuhnya dibalut oleh jas hujan warna hijau yang transparan.

"Tadi tuh hujan pas di lampu merah, makanya gue mampir indomaret dulu buat beli. Eh pas disini motor gue malah mogok. Untung hujannya udah agak reda!"

Haidan mengangguk-angguk, sambil mengecek mesin motor. "Jarang ganti oli ya?"

"Mana gue tau, motor ini suka dipake abah."

"Abah?"

"Suaminya yang kerja di rumah gue,"

"Oalahh!!" ucap Haidan. "Rumah lo masih jauh kan?"

Karin mengangguk pasrah.

Brrrkkk

Kedua remaja ini saling beradu tatap, ketika mendengar bunyi perut keroncongan. Haidan menahan tawanya ketika melihat Karin membuang muka memasang tampang malu.

"Laper ya lo?"

"Menurut lo!" ujar Karin galak.

"Ke rumah gue mau?"

"Ha?"

Haidan berdeham sesaat. "Maksud gue gini... ibu gue pasti udah masak, lo makan di rumah bareng gue. Sementara motor lo gue simpen di bengkel punya temen!"

"Gue? Makan, di rumah lo?" tanya Karin memastikan.

Haidan mengangguk ragu. "Kalau gak setuju gapapa, gue temenin lo nunggu motor di bengkel."

Brrrkkk

Perut sialan. Karin harus menahan malu yang kedua kalinya.

"Udah mending makan di rumah gue. Deket kok dari sini."

"Malu!"

Haidan berdecih. "Mending nahan malu atau nahan lapar?"

Karin hanya terdiam tak menggubris.

That Boy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang