Chapter 2 Part-Time Part 1

16 11 0
                                    

“Kamu hebat karena sudah bertahan sampai sejauh ini”

Aku bekerja part-time di sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus tempat aku kuliah. Awalnya aku tidak diberi izin untuk bekerja namun aku bersikeras untuk tetap kerja karena aku tidak ingin membebani ibu lebih jauh lagi.


Setidaknya aku bisa membayar uang kuliahku sendiri dan tidak bergantung pada ibu lagi. Sudah cukup berat beban yang dipikulnya selama beberapa tahun yang lalu, kali ini aku akan mengambil sebagian beban itu.

Sebelumnya aku mengambil kerja part-time di pagi hari karena jadwal kuliahku siang namun semenjak mimpi buruk itu selalu muncul, aku memilih untuk kerja di malam hari dengan harapan, itu akan membuatku dapat mengontrol sedikit rasa takutku terhadap mimpi yang sering ku alami.

Meskipun akan sangat melelahkan namun aku akan bertahan agar tidak terlalu memikirkan hal-hal yang dapat mengingatkanku pada kejadian tersebut.

“Hai Zea” Sapa seorang lelaki tampan yang mengenakan seragam yang sama dengannya.

“Hai, loh kamu kok disini? Bukannya shift kamu pagi ya? Mau ngapain? Atau…. Lagi janjian sama seseorang ya?” Tanyaku penuh rasa penasaran.

Lelaki tampan itu bernama Ivan yang juga merupakan karyawan di Cafe Mentari. Dia merupakan orang pertama yang menyambutku hangat saat pertama kali mulai bekerja di kafe ini sampai sekarang, hingga akhirnya kami menjadi teman yang cukup dekat.

“Tanyanya satu-satu dong, hehehe. Aku ambil shift malam juga sama kayak kamu, soalnya andra minta tukar shift sama aku katanya dia ada kerjaan lain kalau malam.”

“Ooh gitu,” jawabku dengan mengangguk pelan sambil menyiapkan coffe latte untuk pelanggan, “ooh iya, katanya Anggi minta salam tuh sama kamu. Menurut kamu Anggi gimana?

“Yah nggak gimana-gimana?” Acuh Ivan dengan pertanyaan yang dilontarkan Zea terhadapnya.

“Anggi itu suka tau sama kamu.” Ucapku sambil menggoda Ivan yang hanya terdiam.

“Ooh, itu pesanannya kamu bawa gih” lagi-lagi hanya menjawab dengan ketus dan dengan cepat mengalihkan percakapan, “tapi aku sukanya sama kamu Zea” tambahnya yang hanya dapat di ungkapkannya dalam hati saja.

Ivan belum berani mengatakan yang sebenarnya pada Zea bahwa dia mecintainya bukan Anggi namun dia takut jika nanti Zea malah menjauh darinya dan tidak ingin bertemu lagi dengannya, cukup dia pendam sendiri perasaannya untuk saat ini.

Ivan paham perasaan Anggi yang selalu berusaha mendekatinya namun untuk saat ini dia hanya melirik satu perempuan saja yaitu Zea.

Selamat membaca
Jangan lupa follow dan share ke teman-teman kamu jika suka dengan ceritanya
Terima kasih😊

Trauma (Terpaut Kisah Lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang