Capter 5 Dunia Mulai Berpihak Padaku

8 7 0
                                    

“Kuingin hanya kebahagiaan yang datang menghampiriku”

“Zea, kamu lihat Anggi tidak?” Tanya Ivan.

“Ivan? Anggi... Anggi tadi katanya mau ke kantin, kamu ngapain nyari Anggi?”

“Kamu benar, aku terlalu menutup-nutupi hatiku untuknya sampai aku sendiri tidak menyadari perasaanku yang sebenarnya seperti apa, semoga saja hatinya belum sepenuhnya melupakanku.” Ivan lalu berlari ke kantin untuk mencari Anggi.

“Anggi!”

“Ivan? Ngapain kamu kesini?”

“Aku mau ngomong sama kamu,” Dengan suara terengah-engah lalu memegang tangan Anggi, “aku mau kamu untuk tidak berhenti menyukaiku, aku mau kamu untuk tidak melupakanku.”

“Kok kesannya kayak egois banget ya kamu, padahal sebelumnya kamu sendiri yang bilang untuk berhenti berharap ataupun mengganggu kamu lagi, sekarang kamu malah bilang untuk tidak mencoba melupakanmu. Kamu sebenarnya maunya apa sih?” Sahut Anggi lalu pergi meninggalkan Ivan.

Dengan cepat Ivan lalu menarik Anggi dan mendekapnya erat, Anggi mencoba untuk melepas dekapan itu namun ditahan oleh Ivan. “Maaf, maafkan aku sudah pernah membuatmu menangis dengan ucapan bodohku itu, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, aku baru sadar bahwa kamu yang selama ini selalu ada disampingku, kehadiranmu terkadang menggangguku namun saat kamu pergi, aku malah merindukanmu.”

“Terus Zea?”

“Lupakan itu, aku yang bodoh karena berpikir Zea yang kusuka selama ini ternyata, itu hanyalah perasaan kagum dengan sikapnya yang selalu tegar dan kuat dalam segala sesuatu sehingga menginspirasiku untuk tidak menyerah dalam kondisi apapun.”

“Berarti rencanaku berhasil dong?”

“Rencana?”

“Iya, rencana agar kamu bisa cinta sama aku.”

“Iya, kamu sudah berhasil membuatku jatuh kedalam pelukanmu.” Jawab Ivan yang masih mendekapnya erat, Anggi pun membalas dekapan itu.

*****

Suara handphone terdengar di dalam tas Zea, ternyata Bima yang menelponnya. “Halo Bim, ada apa?”

“Maaf Zea, ini Aku Yogi.”
“Yogi? Kok kamu pakai Hp Bima?” Tanyaku heran, “terus Bimanya mana?”

“Itu dia Zea, Bima… itu… Bima…”
“Bima kenapa?”

“Bima kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit.”

“APA? Bima kecelakaan? Aku akan kesana sekarang, nanti kamu share lokasinya yah.”

Dengan cepat aku lalu menuju ke rumah sakit tempat Bima di rawat dan sesampainya di rumah sakit, aku melihat Bima dengan perban terlilit di kepalanya.

“Bima? Bima,” Aku mencoba membangunkannya yang merasa khawatir dengan keaadaanya, “Bima kenapa? kok bisa kayak gini sih?”

“Itu… tadi dia tabrakan di jalan, katanya sih mau ketemu sama kamu tapi malah begini jadinya, terus kata dokternya umurnya nggak lama lagi.” Ucap Yogi.

“Nggak, nggak mungkin, Bima bangun Bim, kamu nggak boleh ninggalin aku sendirian disini, aku sayang sama kamu, tolong bangun Bim.”

“Kamu beneran sayang sama aku?”

“Iya, aku sayang dan cinta sama kamu jadi tolong bangun Bima”

“Aku juga sayang sama kamu.”
Zea terdiam, terkejut melihat Bima yang terlihat baik-baik saja.

Terlihat dia melepas lilitan perban yang ada di kepalanya tanpa ada luka sedikitpun lalu menatapku dengan senyum di wajahnya. Yogi dan Alen hanya terkekeh melihat kejadian itu.

“Jadi semua ini hanya pura-pura?” Tanyaku yang sedikit emosi dengan kelakuan mereka lalu menyeka air mataku kasar.

“Maaf Zea, kami disuruh Bima untuk acting begini. Kami juga awalnya nggak setuju tapi dipaksa Bima.” Ungkap Alen.

“Iya Zea maaf.” Jawab Yogi.

“Kalian pikir aku suka dengan  candaan kalian? Aku itu benar-benar khawatir sama kamu Bim, takut kamu kenapa-napa sampai aku terburu-buru datang kesini tanpa memperdulikan keselamatanku sendiri namun semua ini hanya acting? hebat, kalian hebat.” Aku lalu pergi meninggalkan mereka dengan kesalnya.

“Lu sih, kan udah dibilang nggak usah acting kayak gini, tuh Zea nya sekarang marah, kejar gih”
Bima lalu berlari keluar, mencari kesana kemari namun tidak menemukan Zea sama sekali.

Bima sangat menyesal sudah membuat Zea sampai semarah itu. Telpon Bima berdering dan ternyata Zea yang menelpon.

“Halo Zea, aku minta maaf sama kamu a….”

“Bima tolong, ada orang ngejar-ngejar aku, aku nggak tau mereka siapa, tolong Bim, aku ada di dekat taman kafe, AAAAH.”

“ZEA, ZEA, Halo, ZEAAA.” Paniknya Bima mendapatkan telpon dari Zea yang terdengar ketakutan, dengan cepat dia lalu mencari Zea.

“ZEAA, ZEAA, kamu diman Zea?”

“Bima!”

“Zea? Kamu nggak apa-apa? katanya kamu dikejar-kejar? Sekarang orang itu mana?”

“Aku bohong tentang semua itu.”

“Hah?”

“Gimana rasanya dibohongin? enak nggak?”

“Hmm jahat ya kamu,” Sahut Bima mencolek hidung Zea,” nggak enak banget, maaf sudah membuatmu khawatir. Aku nggak akan ngelakuin hal konyol seperti itu lagi.”

“Aku juga minta maaf sudah bohong sama kamu dan juga terima kasih untuk bantuannya ditoko saat itu, Anggi sudah menceritakan semuanya.”

“Iya sama-sama, hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu. Terus… kalau ucapan kamu waktu di rumah sakit tadi, gimana? itu bohong juga nggak?”

“Yang mana ya? memangnya tadi aku ngomong apa sama kamu?”

“Yah pura-pura lupa, yang tadi waktu kamu bilang sayang dan cinta sama aku.”

“Memangnya aku ngomong kayak gitu sama kamu?”

“Kamu ya.” Gemes Bima lalu menggelitikku.

“Hahaha stop, stop,” Aku memegang tangan Bima lalu menatapnya penuh cinta, “Iya, aku sayang dan cinta sama kamu.”

Bima tersenyum lalu memelukku erat “Aku juga sayang dan cinta sama kamu.” Mereka saling berpelukan erat satu sama lain.

Akhirnya ada akhir bahagia untukku yang selama ini menjadi impian terbesarku.

The End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trauma (Terpaut Kisah Lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang