Prolog

61 5 2
                                    

Gemerlap lampu jalan dan gedung-gedung menjadi pendamping betapa bahagianya mereka berdua malam ini setelah menyelesaikan seluruh masalah yang mereka hadapi. Jun memacu motor gedenya melintasi jalan raya yang tak terlalu ramai itu.

Saat lampu merah menyala, ia menghentikan motornya. Masih ada waktu sembilan puluh detik untuk lampu hijau menyala kembali. Jun mengubah letak kaca spionnya, melihat betapa manis pacarnya yang duduk memeluknya dari belakang.

Jun menurunkan tangannya, Aurelia tersenyum bahagia dan menggenggam tangan Jun dengan erat seakan tak ingin kehilangan sosoknya lagi. Tanpa kata-kata, mereka sudah tahu perasaan bahagia masing-masing.

Tetapi...

Brakkk!

Sebuah truk yang bergerak sangat cepat menabrak mereka dari belakang, membuat mereka berdua terhempas dan jatuh terseret dengan aspal sejauh beberapa meter.

Helm yang Aurelia kenakan sudah terlepas, kepalanya yang bergesekan langsung dengan aspal mengeluarkan banyak darah. Seluruh badannya terasa sangat sakit dan remuk karena truk yang menghantam tepat di belakangnya.

"Astaghfirullahaladzim!"

"Truknya kabur."

"Ada kecelakaan, cepat hubungi ambulans!"

Di saat indra pendengaran dan penglihatannya yang kian mengabur, perempuan itu melirik berbagai arah dan mendapati Jun yang telah diangkut oleh beberapa orang ke trotoar.

"Jun, semoga kau selamat..." Perempuan itu bergumam.

Aurelia sudah tidak tahan lagi dengan sakit yang ia rasakan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurelia sudah tidak tahan lagi dengan sakit yang ia rasakan saat ini. Kenapa kejadian ini harus terjadi di saat seluruh permasalahan mereka sudah terselesaikan?

"Kondisi mbak ini paling parah! Kalau menunggu ambulans pasti enggak bakal sempat. Ada yang bersedia mengantar mbak ini pakai mobilnya?" Terdengar suara ibu-ibu yang lantang, sembari mengecek keadaan Aurelia yang berlumuran darah.

"Saya! Pakai mobil saya saja."

"Percuma, sepertinya aku tidak bisa bertahan lagi." Aurelia berkata dalam hati. Nyatanya saat ini bibirnya tak mampu bergerak untuk mengatakan semua itu.

Perempuan itu menitikkan air mata, pandangannya semakin menggelap dan kini suara-suara riuh itu tidak lagi terdengar.

Ah, jadi ini yang namanya mati?

Sakit sekali rasanya dan terasa begitu hampa. Ia bisa membuka matanya tapi yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan tiada ujung. Tempat di mana ia berada saat ini sangatlah asing dan membuat perasaannya tidak nyaman. Tak ada siapapun di sini. Apakah Jun selamat? Ataukah bernasib sama sepertinya?

"Apakah aku bisa bertemu dengan Ayah? Bagaimana dengan Ibu yang sendirian di sana?"

Entah sudah berapa lama hal ini terjadi. Ia mengulang hari di ruang gelap nan hampa, menanggung seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Berbulan-bulan lamanya tapi Aurelia tak tahu pasti insiden itu sudah berlalu berapa lama.

Perih...

Namun, hal yang tidak pernah ia bayangkan terjadi saat itu juga.

Aurelia merasakan embusan angin dan cahaya kini menyambutnya dari kegelapan. Ia menutup kedua matanya karena silau.

"Wah percobaan Bima berhasil."

"Dia cantik."

"Hush diam dulu. Kalian bikin karakter novel gue jadi bingung tau gak?"

Aurelia yang masih menutup matanya merasa bingung dengan apa yang terjadi.

Ia membuka matanya perlahan, mendapati tiga laki-laki berseragam putih abu-abu duduk mengelilinginya.

Salah satu laki-laki kini tersenyum lebar pada Aurelia.

"Oh, hai. Selamat datang Aurelia Aurita!"

.
.

Diketik: 13 Desember 2023
Dipublikasikan: 1 Mei 2024

Time Stopper HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang