Perkataan bisa saja berbohong, tapi tidak dengan pikiran.
Widyawati Yunitaningrum
.
.
.Akhirnya Alfi dan Cakra pulang menjelang azan maghrib berkumandang. Alfi menaiki motor maticnya dan membonceng Cakra yang rumahnya berdekatan dengannya.
"Lo mau ikut gue?" Bima bertanya pada Aurelia, sembari memakai sendal jepit hendak melangkah keluar.
Seakan mengerti pertanyaan Aurelia lewat sorot matanya, Bima langsung tersenyum dan menunjuk rumah tetangganya. "Ke sana, bentar aja kok. Kalo lo gak mau juga gapapa sih. Itu ada Bu BK yang kita omongin dari tadi, mumpung beliau lagi nyiram bunga juga."
Aurelia mengeluh dalam hati. Kenapa dia harus berkenalan juga dengan tetangga barunya sih? Dia kan lagi malas berkenalan dengan orang baru.
"Oh jadi dia karakter fiksi yang kamu maksud waktu itu, Bima?" Seorang wanita berusia di bawah 30 tahun yang memakai jilbab lebar dan kacamata dengan frame kotak yang membuat wajahnya tampak lebih serius itu mulai melayangkan sebuah pertanyaan. Ia mematikan keran air sejenak. Ekspresinya datar dan yah tatapan dinginnya cukup mengintimidasi seperti guru killer di sekolah Aurelia yang ada di novel.
Bima mengangguk. Ia berlalu mendatangi halaman tetangga sebelah rumahnya, membiarkan Aurelia yang masih berdiri bingung di teras.
Aurelia membulatkan tekadnya dan mengikuti Bima. Bagaimanapun juga ia harus bertegur sapa dengan tetangga barunya yang sudah membantu proses pindah sekolahnya -dan Bima belum menceritakan kepadanya kenapa beliau bisa tahu bahwa Aurelia adalah karakter fiksi.
"Aurelia Aurita kan?" Wanita itu memastikan sekali lagi. Ia mengelap tangannya yang basah ke daster hijaunya dan mengulurkan tangan mengajak Aurelia berkenalan.
"Umm iya, Bu." Aurelia membalas uluran tangannya, sedikit kikuk.
"Nama saya Widyawati Yunitaningrum. Jika butuh bantuan untuk kedepannya, jangan sungkan untuk menghubungi saya." Wanita itu menawarkan bantuan dengan ekspresinya yang datar seperti yang sudah-sudah, membuat Aurelia bingung ingin bereaksi seperti apa selain menganggukkan kepalanya dan tersenyum kikuk.
"Oh iya, nanti Aurelia akan tinggal di rumah saya atau di rumah Ibu?"
Ah iya, sampai sekarang Aurelia masih belum tahu ia harus tinggal di mana.
"Tempat tinggal ya..." Buk BK bersandar pada tembok rumahnya, berpikir sejenak.
Langit semakin menggelap, sayup-sayup lantunan shalawat sebelum azan maghrib mulai terdengar membuat wanita yang akrab dipanggil Bu BK itu mengubah posisinya lagi, mengurungkan diri untuk bersandar dan berpikir lebih lama.
"Sebelumnya saya siap menampung Aurelia untuk tinggal di rumah saya. Tapi maaf sekali ya, saudara-saudara saya mendadak pulang dari luar kota malam ini. Kalau Aurelia menginap di tempat saya, saya takut mereka malah curiga dan menghambat rencana kita. Bagaimana kalau tinggal di rumah Bima saja? Apakah keberatan?"
"Hmm ya nggak masalah sih, Bu... Di rumah juga nggak ada siapa-siapa. Papa kan pulang cuma dua kali setahun."
"Justru itu karena tidak ada siapa-siapa saya jadi takut ada fitnah..." Bu BK terlihat berpikir keras.
Aurelia berpikir dalam hati. Semuanya pasti akan berjalan aman kok, toh Aurelia bisa menjaga dirinya sendiri. Yang harus ia lakukan adalah selalu mengunci pintu kamarnya. Kalau Bima macam-macam dengannya, ia siap memukulnya dengan tangan kosongnya bahkan dengan rambu lalu lintas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Stopper Hunter
FantasíaInsiden kecelakaan hari itu adalah awal dari segalanya. Setelah mengalami kematian yang tragis bersama Jun, kini Aurelia bisa hidup kembali di dunia yang berbeda karena kekuatan Bima. Aurelia tak menyangka kehidupan yang selama ini telah ia lalui te...