Alana berjalan menyusuri pantai dengan kaki telanjang. Kakinya yang putih menginjak pasir putih lembut dengan hati-hati.
Suasana pantai yang indah dengan suara deburan ombak membuat pemikiran Alana seketika tenang.
Alam memang obat terbaik untu menenangkan pikiran. Alana mengalihkan pandangannya kearah dua orang manusia berbeda jenis kelamin yang sedang berkejaran.
Yeah, Arini dan Bagas. Manusia yang sulit untuk akur. Bagaikan air dan minyak. Tidak ada satupun hari tenang kalau mereka disandingkan. Lihat saja sekarang. Pakaian mereka berdua basah kuyup karena saling mendorong agar jatuh kedalam laut.
Alana berjalan menuju akar pohon yang lumayan besar untuk duduk. Tubuhnya menyender di batang pohon yang tumbuh dipinggir pantai.
Matanya menerawang jauh ke ujung lautan luas. Alana berpikir bahwa hidupnya hanya berjalan ditempat. Tidak ada yang istimewa.
"Alana, jangan di disitu saja. Ayo main air!" Teriak Arini mengajak Alana untuk bermain air.
Alana menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia tidak mau bergabung.
"Aku duduk disini saja. Mau menikmati keindahan pantai."
Mendengar jawaban Alana membuat Arini berjalan menghampirinya. Arini duduk di akar disamping Alana.
"Jangan dekat-dekat, kamu basah. Aku gamau basah-basahan."
Dengan iseng Arini menempelkan tubuhnya yang basah kepada Alana.
"Iseng banget sih. Sana main sama Bagas lagi." Usir Alana saat melihat Bagas berjalan kearah mereka berdua.
"Kok kalian duduk disini. Ayo main air. Cuacanya lumayan sejuk." Ajak Bagas. Alana menggelengkan kepalanya.
Bagas menghembuskan napasnya. Kemudian dengan cepat menarik tangan Arini untuk dia dorong kedalam air. Dan kemudian hanya terdengar suara teriakan Arini yang sebal karena keisengan Bagas.
Alana tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Alana merasa Arini dan Bagas cocok. Memang di awal Bagas berniat mendekatinya. Tetapi Alana segera menegaskan bahwa dia belum tertarik terhadap suatu hubungan. Namun Alana tidak menutup kemungkinan untuk berteman.
Bagas menghargai keputusan Alana. Dan sekarang Alana merasa bahwa Arini dan Bagas cukup dekat. Mungkin saja mereka berdua yang akan bersama nantinya.
Menjelang siang mereka sepakat untuk pulang keasrama masing-masing.
Alana segera memakai helm yang diberikan Arini. Tadi pagi saat pergi menuju pantai Alana dan Arini berboncengan. Alana tidak bisa naik motor sehingga Arini lah yang menyetir motor. Sedangkan Bagas mengendarai motornya sendiri.
Tadinya Bagas meledek Alana yang sudah sebesar ini tidak bisa naik motor. Tapi mendengar alasan Alana, Bagas tidak melanjutkan lagi.
Alana memang tidak bisa naik motor. Alasannya ketika masa SD Alana pernah melihat kecelakaan tragis yang terjadi didepan matanya. Alana melihat teman dan ibunya tertabrak mobil truk dan tidak selamat. Alana takut naik motor.
Namun sekarang Alana lebih berani, walaupun hanya dibonceng dibelakang.
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah dan rambut Alana. Rambutnya yang hitam dan lebat melambai-lambai tertiup angin. Arini menyetir motor lumayan kencang. Alana memegang pinggang Arini karena takut jatuh. Memang pembalap sejati.
"Arini pelan-pelan aja." Protes Alana yang hanya ditanggapi dengan anggukan. Entah Arini dengar atau tidak karena kadang-kadang kalau memakai helm pendengaran yang biasanya bagus menjadi tuli seketika.
Alana melihat sekeliling jalan. Jalanan cukup ramai kendaraan mobil dan motor. Sepertinya banyak yang memanfaatkan waktu libur untuk sekedar quality time dengan keluarga maupun pasangan.
Tak lama kemudian mereka sampai dihalaman asrama. Alana turun dengan hati-hati dari jok motor sambil melepaskan helm yang ada di kepalanya.
Mereka pun berjalan menuju kamar asrama masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana (THE MYSTERIOUS)
ChickLitAlana menemukan dirinya terbangun dengan kondisi tubuhnya yang terasa remuk. Apalagi ketika dia berjalan. Inti tubuhnya terasa sangat nyeri. Ditambah lagi ketika dia bercermin, semakin menambah keheranannya. Rambutnya acak-acakan. Bahkan dia menemuk...