Bab 6

153 22 20
                                    

Author's POV


Lagi-lagi, pagi ini Juna berpapasan dengan Pak Ujang—sopir pribadi sang papa, di sekolah. Dan ini entah ke berapa kalinya Juna melihat Pak Ujang datang dengan membawa banyak paper bag bertulsikam brand-brand mewah yang entah isinya apa saja.

"Pagi, Den ..." sapa beliau.

"Ini semua pemberian Papa buat cewe itu lagi, Pak?" tanya Juna jengkel. 'Cewe itu' yang dimaksudnya tentu saja adalah Naya.

"Iya, Den."

"Segitu perhatiannya ya Papa sama tu cewe," ucap Juna merasa jengkel.

Pak Ujang malah tersenyum. "Tapi Non Naya gitu, Den. Nolak terus. Bapak harus selalu mati-matian berusaha bujuk dia supaya mau nerima semua pemberian Tuan. Kadang Tuan harus telepon dia dulu, baru dia mau nerima semua pemberiannya setelah dibujuk dengan susah payah," ujar beliau.

"Papa ... sedeket itu ya, Pak, sama tu cewe?" tanya Juna lagi.

"Iya, Den. Tuan bilang bahwa dirinya merasa kelewat senang tiap kali bicara dengan Non Naya atau tiap kali membelikan berbagai macam barang untuknya. Karena Non Naya mengingatkannya ke-"

"Lucu ya. Bisa-bisanya sesayang itu sama anak orang lain, sedangkan anak kandungnya sendiri diperlakuin kaya sampah." Juna tersenyum getir di akhir ucapannya sebelum melangkah pergi. Membuat Pak Ujang menatap kepergiannya dengan tatapan iba.

***

Juna punya kegiatan penting sore ini. Yaitu duel di ring tinju melawan Noel. Sejak pagi ia tak sabar menunggu saat itu tiba, saking sudah tak sabarnya ingin menghajar Noel habis-habisan. Ia keluar dari kelas bersama Farhan dan Beni. Mereka membicarakan taktik yang sebaiknya Juna pakai untuk melawan Noel sore ini.

Sebelum ke markas, mereka hendak menuju kelas 12-A dulu karena Juna ingin menemui Ryena. Namun waktu melewati kelas 12-B, keributan di dalam membuat langkahnya beserta Farhan dan Beni terhenti.

"Babu gak tau diri!"

Seorang siswi memukuli kepala beserta tubuh Naya dengan tas sekolah miliknya. Entah apa yang terjadi, yang jelas siswi itu kelihatan marah besar. Ia bahkan membentak-bentak Naya.

"Bangun! Gue bakal laporin lo ke pihak sekolah!" titahnya, seraya menarik kerah kemeja sekolah Naya dengan kasar, memaksanya untuk berdiri.

Naya menangis terisak-isak. Rambutnya sudah berantakan dan beberapa area di wajahnya terluka.

"Bukan aku pelakunya. Demi Tuhan ..." ucap Naya seraya terisak.

"Woy!"

Belum sempat Juna mengatakan apapun, Ryena mendorongnya agar bergeser dan segera berlari masuk.

"Apa-apaan sih lo?!" bentaknya, seraya menepis tangan siswi itu agar melepaskan kerah seragam sekolah Naya yang dicengkeramnya kuat-kuat.

"Dia nyuri pouch make up gue!" ujar siswi itu, seraya menunjukkan pouch berisi berbagai macam make up dari brand ternama dunia.

Juna melangkah masuk. Membuat ruangan menjadi hening seketika. Cuma isak tangis Naya yang masih terdengar.

"Ada apaan ribut-ribut?" tanya Juna santai.

"Babu lo nyuri pouch pouch make up gue!" ujar siswi itu kesal. Ia bahkan menarik Naya lagi dan mendorongnya agar kembali duduk bersimpuh di lantai.

Naya menatap Juna dengan berderai air mata. Ia menggeleng penuh kesungguhan. "Bukan aku pelakunya, Jun. Aku berani sumpah," ucapnya.

Babu || Kim Junkyu (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang