Bab 5

170 18 6
                                    

Author's POV

Pagi ini,
Naya sengaja datang ke sekolah jauh lebih pagi dari biasanya. Berhubung ada ulangan harian di mata pelajaran pertama hari ini, ia ingin memanfaatkan waktu untuk belajar.

Sebelum menuju kelasnya yaitu kelas 12-B, ia mampir dulu ke toilet. Waktu keluar dari sana, dilihatnya Juna berjalan sendirian menuju markas. Meski hanya melihat tampak belakangnya, Naya langsung mengenali bahwa laki-laki itu adalah Juna.

Ada satu hal yang menarik atensi Naya sampai membuat kedua matanya membulat sempurna. Yaitu bercak darah yang menetes di sepanjang jalan yang dilewati Juna. Darah itu menetes dari tangan kanan laki-laki itu.

Cemas, Naya segera mengeluarkan berlembar-lembar tissur dari dalam tas sekolahnya dan menyeka tetes darah yang berceceran di lantai di sepanjang jalan menuju markas semampunya. Entah apa yang terjadi pada Juna. Naya yakin sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Padahal terakhir kali, laki-laki itu kelihatan senang karena menang balap motor melawan Noel. Hari berikutnya ia tak masuk sekolah karena pergi ke pantai dengan Ryena sejak malam sebelumnya. Dan hari ini tiba-tiba Juna datang ke sekolah pagi-pagi sekali dengan kondisi telapak tangan kanan terluka.

Sampai di depan pintu markas, Naya sempat berpikir untuk masuk, namun ia terpikir sesuatu. Seingatnya, tak ada kotak P3K di markas. Karena itu, ia berlari cepat-cepat keluar dari area sekolah dan mencari apotek yang sudah buka pagi ini.

Berlarian tergesa-gesa membuat keringatnya bercucuran waktu kembali lagi ke sekolah. Naya mengetuk pintu markas beberapa kali, namun sama sekali tak ada sahutan dari dalam. Dengan sedikit ragu, ia membuka pintu kemudian melangkah masuk perlahan.

Sepasang matanya masih tak menemukan keberadaan Juna. Namun ia yakin laki-laki itu sedang mandi waktu mendengar suara tetesan air dari dalam kamar kamar mandi.

Markas ini memang merupakan ruangan pribadi milik Juna yang biasa dipakainya untuk menyendiri atau menghabiskan waktu bersama teman-teman satu gengnya. Ruangan ini cukup luas. Ada televisi, sofa, kulkas, kamar mandi, dan bahkan arena tinju yang biasa dipakai Juna untuk duel dengan Shafiq si pemilik sabuk hitam Taekwondo.

Naya meletakkan kantung plastik berukuran sedang berlogo apotek di atas meja. Bahkan ia menyempatkan untuk membelikan Juna sarapan berupa nasi uduk.

Awalnya, Naya berniat membersihkan tetesan darah di beberapa bagian lantai markas, namun niatnya itu terurungkan waktu melihat keychain plush yang ada di sofa.

Naya tahu gantungan kunci berupa boneka babi mini berwarna pink itu adalah milik Juna. Boneka babi yang merupakan salah satu karakter dalam animasi Shinchan bernama Buri-buri Zaemon. Ia pernah beberapa kali melihat Juna menatap keychain plush itu penuh arti. Yang menarik atensi Naya adalah ... Ada bagian dari boneka babi itu yang sobek sampai kepalanya nyaris terlepas.

Kalau melihat dari bagaimana Juna memandangi keychain plush itu, Naya yakin boneka tersebut punya arti mendalam untuk laki-laki itu. Mungkin pemberian dari seseorang yang spesial.

Karena itu, tanpa pikir panjang Naya membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan jarum beserta benang dari sana. Ia duduk di lantai markas sesaat setelahnya. Diambilnya boneka babi kecil milik Juna itu dan dijahitnya bagian leher yang sobek agar menyatu lagi dengan bagian badannya, dengan sangat hati-hati.

Pintu kamar mandi terbuka waktu Naya telah selesai menjahit leher boneka babi milik Juna. Laki-laki itu berdiri terpaku di depan pintu kamar mandi, berbalutkan kaus putih polos berlengan pendek dan celana training abu. Terlihat jelas bahwa ia terkejut melihat kehadiran Naya di sini.

Naya jauh lebih terkejut darinya, waktu melihat pipi kiri Juna terlihat merah seperti habis kena tampar.

"Ngapain lo di sini?" tanya Juna tak ramah, seperti biasanya.

Babu || Kim Junkyu (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang