Bab 7

145 26 5
                                    

Author's POV

Bagas cuma memperhatikan dengan wajah datar waktu Juna mondar mandir dalam kamarnya dengan wajah panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas cuma memperhatikan dengan wajah datar waktu Juna mondar mandir dalam kamarnya dengan wajah panik. Laki-laki itu sudah menceritakan pada Bagas, soal Naya Harisha yang ternyata bukan saudara tirinya.

Kini, Juna terus terbayang semua perlakuan buruknya pada gadis itu selama ini. Sebetulnya sudah sejak kemarin malam ia terbayang semua itu sampai rasanya kepalanya seperti akan meledak.

Ia meremas rambut kuat-kuat dengan kedua tangannya begitu mengingat saat dirinya menepis bekal yang diberikan Naya sampai isinya berceceran di lantai markas dan mengatakan:

"Denger, ya! Gue gak sudi makan makanan yang dibuat ibu lo!"

Bagas terperanjat karena Juna tiba-tiba merebahkan diri di atas tempat tidurnya, kemudian menutupi wajahnya dengan bantal milik Bagas.

"Bego bego, dasar bego!!!" ucapnya, memaki diri sendiri.

"Duduk dulu kenapa si! Bikin gue pusing aja!" omel Bagas, seraya menarik lengan hoodie yang dipakai Juna agar laki-laki itu duduk dan bicara dengan tenang.

"Gue harus gimana sekarang?" tanyanya, merasa panik, cemas, gelisah, dan entah apalagi. Intinya campur aduk. Tapi yang paling utama tentu merasa bersalah.

"Ya langsung aja minta maaf. Jelasin semuanya sejujur-jujurnya. Bahwa lo perlakuin dia kaya gitu selama ini karena salah paham."

"Terus abis itu?"

"Ya stop jadiin dia sebagai babu lo!" ucap Bagas gemas.

Juna terdiam. Berhenti menjadikan Naya sebagai pesuruhnya? Artinya, tak akan ada gadis itu lagi di sisinya? Tiba-tiba hal itu terlintas dalam benaknya.

"Kenapa? Lo ngerasa berat ngelepas dia dari sisi lo?" Bagas cuma bercanda waktu melontarkan pertanyaan itu, namun reaksi Juna justru membuatnya curiga bahwa candaannya barusan benar.

"Ke-kenapa gue harus ngerasa berat?" tanyanya, tiba-tiba gelagapan.

"Lo suka ya sama Naya?"

Juna hendak langsung mengelak, namun anehnya lidahnya mendadak kelu. Ia tiba-tiba teringat saat Naya duduk di lantai markas menjahitkan buri-buri zaemon kesayangannya, bahkan membelikan obat luka dan sarapan untuknya tanpa diminta.

"Gas, menurut lo dia bakal mau maafin gue andai gue kasih tau dia yang sebenernya?" tanya Juna, tanpa menjawab pertanyaan Bagas sebelumnya.

"Kalau diliat dari tipikal orang kaya gimana dia selama ini, gue yakin dia bakal maafin lo."

Juna termenung mencerna ucapan Bagas barusan. Kawannya itu benar. Naya memang kelewat baik. Gadis itu bahkan masih sudi memperhatikan Juna, setelah semua perlakuan kejamnya selama ini.

"Cepetan temuin dia sekarang!" suruh Bagas.

Juna menggeleng. "Nanti. Gue bakal cari waktu yang tepat untuk kasih tau dia semuanya."

Babu || Kim Junkyu (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang