Senja dan GeaKu.

7 2 0
                                    

Tak terasa, aku sudah melewati banyak siklus bulan. Aku berpindah ke Bali semenjak ibu mempunyai pekerjaan baru. Dan untuk Gea, ia berhasil membujuk bapaknya agar Gea dan sekeluarga juga pindah ke Bali. Dan aku sudah tak mempedulikan papa, sama sekali. Tanpa perlu berteriak atau apapun... Aku tak perlu melakukan semua itu, karena aku sudah merasakan kepahitan yang cukup. Aku sudah memblokir nomor ponsel papa, karena perpindahan ini juga potensi aku bertemu dengan papa sangatlah kecil. Dan aku tak pernah merasakan damai sedamai ini.

Aku menunggu diatas pasir pantai Kuta, memperhatikan bagaimana gelombang laut menghantam tepi, dan menikmati gelombang langit oranye yang menghias senja kali ini. Namun yang membedakan tungguan ku kali ini adalah... senja tak membuat jiwaku menjadi lebih sedih, dan..

Aku tak menunggumu lagi, pa.

"Rabel!! Ra!! Ayok aku sudah beli kepiting ini!" Teriak Gea yang suaranya sudah dapat aku dengar dari sini. Aku menengok ke kanan dan tersenyum lebar, melihatnya membawa kantong plastik berisi makanan, "Oke! Kesana!" Sebelum aku berdiri, aku memperhatikan Gea, menatapnya seperti ia pemandangan yang indah.

Rambut merahnya yang panjang tertera angin, rambutnya bergelombang membuat pemandangan jadi lebih cantik. Aku tersenyum tipis, apalagi ketika Gea tersenyum lebar, dan lesung pipinya terlihat. Matanya yang berwarna seperti langit senja... cantik. Jiwanya yang murni adalah favoritku. "Ayo Ara!" teriak ibuku yang tiba-tiba muncul dibelakang Gea, aku dengan cepat mengalihkan perhatian dan tatapan ku dan kemudian aku teriak, "Siap bu!"

The end.

Menunggumu lagi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang