Langit hari ini sedang cengeng, derasnya hujan mengguyur kotaku untuk hari ini. Dari teras rumah kulihat air mulai sedikit menggenangi halaman rumah. Di teras rumah aku duduk termenung, menyaksikan hujan yang sangat deras, hujan yang jatuh seperti selendang yang dikebas-kebaskan karena basah.Terasa sepi, duduk sendiri melihat guyuran hujan yang begitu deras. Duduk di kursi roda, halaman rumah yang hanya dihiasi bunga-bunga mawar yang selalu aku rawat dengan cinta. Bunga mawar, entah sejak kapan aku mulai suka menanam dan merawat bunga mawar itu. Mungkin, sejak aku jatuh cinta pada seseorang yang bernama Mawar.
***
"Wah, bunga mawar ini sedang mekar. Cantik sekali," ucap Mawar ketika dia sedang berkunjung ke rumahku, dan melihat beberapa tanaman mawarku yang sedang mekar.
"Bunga itu cantik?" Tanyaku padanya.
"Ia bunga ini cantik sekali," jawabnya sembari tetap menatap bunga mawar yang sedang mekar itu.
"Iya bunga itu cantik." Ucapku sembari ikut menatap bunga yang sedang mekar itu. "Sama seperti perempuan yang ada di sampingku saat ini..., ia juga cantik." Lanjutku.
Dia menatapku, aku menatapnya balik.
"Apaan sih," ucapnya sembari memalingkan wajahnya.
"Cieee, salting."
"Enggak," ucapnya sembari kembali menatap bunga mawar yang sedang mekar itu.
"Aku jatuh cinta pada Mawar."
"Mawar yang mana?" Tanya dia sembari kembali menatapku.
"Mawar?" Ucapku terhenti, seolah-olah seperti berpikir. "Mawar, yang suka jajan baksonya kang Herman." Lanjutku.
"Hahahaa!" Tawa yang dibuat-buat olehnya. "Gombalan yang enggak menarik!" Lanjutnya.
Aku pun hanya diam, lalu aku masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa berbicara lagi padanya.
"Dih ninggalin," kudengar dia berbicara, lalu aku berbalik badan dan melihat dia mengikuti aku masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah, rumah aku sedang sangat berantakan karena mainan. Ya ini semua pasti ulah adik aku yang masih berusia tiga tahunan. Wajarlah namanya anak kecil, pasti begini ulahnya ngeberantakin mainannya. Kalau ibu merapihkan mainannya, pasti adikku kembali memberantakin mainannya.
"Ibu kamu ke mana?" Tanya Mawar padaku.
"Ibu!" Aku teriak.
"Ibu lagi masak di dapur!" Aku dengar suara ibu berteriak dari dapur.
"Ibu lagi masak," ucapku pada mawar.
"Iya aku juga ke dengaran suara ibumu, gak usah bilang padaku." Ucapnya. "Ayahmu ke mana?" Lanjutnya bertanya.
"Ayah!!!" Teriakku lagi.
"Ayah lagi jagain adek tidur, jangan teriak-teriak, nanti adekmu ke bangun!" Teriak ayah dari dalam kamarnya.
"Jangan teriak-teriak, nanti adekku bangun." Ucapku nyalahin Mawar.
"Dih, kamu yang teriak-teriak." Ucapnya.
"Silahkan duduk," ucapku mempersilahkan dia duduk. "Tapi maaf ya, agak berantakan." Lanjutku.
"Gak papa, rumahmu yang berantakan cuman mainan." Ucapnya. "Sedangkan rumahku ada yang akan jauh lebih berantakan." Lanjutnya sembari jalan untuk duduk ke sofa.
Aku mengikuti dia, kemudian kita duduk berdampingan di sofa. Dan, aku mulai akan menjadi pendengar terbaik untuk dia yang mungkin akan mulai bercerita.
"Aku terlalu bosan untuk berada di rumahku sendiri, mendengar sepasang suami-istri yang berbicara mengunakan nada tinggi!" Ucapnya tersenyum. Namun dibalik senyum itu, aku tahu dia menyimpan luka. "Aku ingin pergi jauh deh, aku tidak mau berada di rumah yang mungkin bentar lagi akan berantakan." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN LUKA
Short StoryManusia terkadang kan lupa introspeksi diri. Beberapa manusia suka menilai buruk seseorang sebelum dirinya introspeksi diri sendiri, bisa jadikan manusia itu lebih buruk dari seseorang yang ia anggap buruk. Ya memang beberapa manusia lupa untuk intr...