•02•

60 22 14
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

The Hidden One

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"ASAL KAN LO TAU DEA! GUE UDAH MUAK DI RUMAH INI, LO TAU ITU!"

"HARMONIS DI LUAR MUNAFIK DI DALAM ITU LAH KALIAN SEMUA!"

"GUE BENCI SEBENCI BENCI NYA SAMA KALIAN SEMUA! GUE UDAH MUAK SAMA KELUARGA INI!"

"Gue mau pergi dari rumah ini..... Dea, jaga adik adik ya? Gue harap kalian gak jadi kayak gue, yang dengan mudahnya tertipu oleh omongan mereka."
_______________________________________________________

Dea menitikkan air mata nya saat mengingat kenangan buruknya dengan kembaran keduanya. Melia.
Buru buru ia mengelap air matanya yang hampir jatuh.

Dea langsung menatap ke arah bingkai besar yang ada di hadapan meja kerjanya. Di sana ada tiga anak kembar perempuan. Ada Dea, Melia dan Raisya yang masing masing memegang sebuah penghargaan di tangan mereka masing masing. Saat itu usia mereka baru menginjak 15 tahun.

Melia berada di tengah-tengah mereka. Ia memegang sebuah piala besar dan sebuah sertifikat di tangannya, tampaknya ia meraih juara satu dari olimpiade matematika tingkat nasional. Tertera di sertifikat nya.

Sedangkan Raisya, ia berada di sebelah kiri Melia. Ia mengalungi sebuah mendali emas dan menunjukkan nya ke kamera, ia juga memegang sebuah sertifikat di tangannya. Raisya berhasil meraih juara satu boxing tingkat kota saat itu.

Dea, ia berada di sebelah kanan Melia. Ia memegang sebuah piala dan mengalungi sebuah mendali emas di lehernya. Ia tidak memegang sertifikat miliknya saat itu, karena tangannya kepenuhan. Dea berhasil meraih juara satu maraton dan olimpiade IPA tingkat nasional.

"Gue kangen sama kita yang suka panen piala dan penghargaan Mel." Gumam Dea sambil mengusap-usap foto Melia yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera

"Lo tau? Akhir akhir ini emosi gue suka gak ke kontrol Mel.... Padahal baru beberapa hari ini gue bercanda sama mereka, main bareng mereka, isengin mereka..... Tapi sekarang? Hal sepele aja bisa bikin gue emosi banget... Gue kalau emosi sekarang bisa sampai mukulin adik adik Mel, gue jahat sama mereka Mel.... Gue bodoh gak bisa kontrol emosi gue sendiri Mel..."

Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya lalu memejamkan mata sebentar lalu membukanya dan kembali menatap ke arah foto Melia.

"Vanda, adik kita yang paling dewasa dan penyabar... Dengan berani nya dia menampar gue sama Raisya sampai kami gak berkutik sama sekali Mel. Gue yakin, lo kalau liat gue sama Raisya yang udah kek orang sekarat di hajar sama Vanda pasti lo ketawa ngakak." Dea terkekeh saat membayangkan wajah Melia yang tertawa terbahak-bahak saat melihat dirinya dan Raisya di hajar habis habisan oleh adik mereka sendiri.

Flashback

Dea dan Raisya yang sudah kelelahan menghajar Vanda pun menatap Vanda dengan tatapan lelah, sendu, kecewa, marah.

The Hidden One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang