•00•

133 23 15
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

The Hidden One

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang gadis mengendarai motor Kawasaki zx25r berwarna hitam. Ia mengendarai motor itu dengan kecepatan sekitar 90 km/jam di sebuah jalan yang sangat sepi dan minim cahaya.

Dengan nafas memburu ia memacu kecepatan motornya dengan kecepatan tinggi. Setelah 15 menit berkendara ia berhenti di sebuah tempat. Tempat itu berupa rumah besar yang memiliki empat lantai dan rumah itu bernuansa eropa. Rumah itu terlihat gelap dan sunyi. Rumah itu sepertinya sudah tidak berpenghuni lagi, rumah itu sudah agak lama di tinggalkan. Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu

"Hah.... Gue kira tempat ini udah terbengkalai dan gak keurus lagi." Dia memasuki rumah itu dan menyalakan lampunya. Tak lupa pula saat masuk tadi ia mengucapkan salam untuk penghuni yang mungkin menghuni rumah itu saat ini.

"Masih pada bagus bagus ya, terawat semua. Peralatan nya masih ada, mana lengkap semua lagi." Ia terus berjalan mengelilingi rumah itu, di mulai dari ruang tamu hingga ke dapurnya.

Ia masuk ke dapur dari rumah itu. Dapurnya bisa di bilang cukup luas, karena di sana sudah sekaligus menjadi ruang makan. Sepertinya ruang makan itu hanya untuk keluarga, kalau untuk tamu ada ruangan tersendiri.

Saat menelusuri dapur itu ia melihat ada bekas peralatan masak yang sepertinya baru di pakai untuk memasak. Ia melihat ke arah meja makan yang ada di sana, dan benar ternyata di sana terhidang banyak sekali makanan. Ada opor ayam, ikan bakar, steak, spaghetti, dan banyak lagi masakan lainnya.

"... Siapa yang masak sebanyak ini? Memang ada yang ninggalin ini rumah?" Gumam nya pelan ia melihat masakan di sana dengan lebih teliti lagi. Ia agak terkejut saat melihat masakan itu sudah berjamur, yang artinya masakan itu sudah sangat lama di masak sekitar beberapa Minggu atau bulan yang lalu.


"Udah berjamur bjir. Kayak nya ini udah beberapa Minggu yang lalu ini di buat, atau mungkin ini udah tembus sebulanan. Tapi kalau udah sebulanan... Kok peralatan masak nya kayak baru di pakai terus di cuci? Masih pada basah loh...." Ucapnya dengan penuh keheranan

Setelah puas menelusuri semua ruangan yang ada di lantai bawah. Saat nya ia pergi ke lantai dua dari rumah ini. Ia melihat tangga yang menghubungkan antara lantai satu dengan yang lainnya.

Ia naik dengan perlahan lalu melihat ke arah kamar kamar yang ada di sana. Memang sengaja di lantai rumah itu di buat full kamar. Ada sekitar 12 kamar yang ada di rumah itu, dan masing masing kamar memiliki kamar mandi di dalamnya.

"Gue kangen sama rumah ini, begitu pula dengan segala kenangan yang ada di dalam rumah ini." Ucap nya parau, ia berjalan memasuki satu persatu kamar yang ada di sana.

Kamar pertama yang ia masuki adalah kamar yang di duga milik anak sulung dari keluarga yang tinggal di rumah itu. Di pintu masuk kamar tertera sebuah nama yang terukir indah di sana. Mungkin itu adalah nama dari anak sulung mereka.

Ia berjalan masuk kedalam kamar itu dan mulai menjelajahi nya, ia melihat lihat sekeliling lalu menghampiri tempat tidur yang terlihat sangat rapi dan bersih tentunya.

"Gue cukup kaget. Peralatan di kamar ini gak kurang satupun. Bahkan tata letak barang barang nya juga masih sama kayak dulu."

Setelah puas berkeliling di kamar anak sulung keluarga itu, gadis itu beranjak dari kamar itu. Ia menutup pintu nya dengan perlahan.

Ia berjalan memasuki kamar anak kedua dari keluarga itu, tidak ada bedanya. Sama seperti kamar si sulung, kamar itu terlihat begitu rapi dan bersih.

Lalu ia keluar dari kamar itu dan berjalan lagi untuk memasuki kamar lainnya. Hingga ia sampai pada kamar anak ke empat dari keluarga itu. Ia memasuki kamar itu, diantara 12 kamar tadi hanya kamar ke empat ini saja yang sengaja ia lewati. Ia ingin memeriksa kamar ini di akhiran.

Saat ia memasuki kamar itu, kamar itu terlihat begitu gelap dan sunyi. Tidak seperti kamar yang lainnya, kamar lainnya itu lampu nya hidup dan terang sekali. Sedang kan kamar si anak ke empat ini lampunya tidak di hidupkan.

Ia menghidupkan senter handphone nya lalu mencari saklar lampu dari kamar itu lalu menekankan nya dan lampunya pun hidup. Ia melihat kesekiling kamar itu dan di sana terdapat banyak sekali peralatan laboratorium. Seperti tabung reaksi, labu takar, pipet tetes, dan lain sebagainya. Sepertinya anak ke empat dari keluarga ini begitu menyukai sains.

Saat asik menelusuri kamar itu, ia sejak tadi tertarik dengan pintu yang ada di bagian pojok kamar itu. Dengan perlahan ia mendekati pintu itu dan membukanya.

Ia terkejut saat melihat ada seorang gadis yang tengah tertidur di depan sebuah komputer yang terlihat sudah usang dan pastinya komputer itu sudah tidak bisa menyala lagi. Di sebelah komputer itu ia melihat ada sebuah mangkuk yang harus nya tadi berisikan mie namun sudah habis, ia mengetahui kalau isi mangkuk itu sebelum nya mie karena adanya bekas bekas kuah dan potongan potongan kecil dari mie itu.

"Anak siapa ini? Ngapa tidur di depan komputer usang gini? Jangan bilang kalau dia ini...."

Dengan kuat ia mengguncang tubuh gadis yang sedang tertidur pulas itu. Tentunya hal itu membuat gais yang semulanya tetidur nyenyak menjadi terbangun dengan nafas memburu sangking terkejut nya saat ia merasakan guncangan kuat pada tubuhnya.

"Benar dugaan gue..." Ucap nya pelan ada sedikit kesedihan dari suaranya.

"Hah? Apa? Loh! Kakak?! Astaga kak! Gue udah capek capek hubungin lo kak! Kemana aja sih?! Gue udah nungguin kalian dari sebulan yang lalu kak!" Protes gadis tadi begitu melihat sosok yang mengguncangkan mimpi indah nya tadi.

"Kenapa lo nungguin kita, Zeya" Tanya nya pelan dan tentunya dapat di dengar oleh gadis di depannya itu

"Ya... Kalian pergi ga ada kasih gue info apapun, gue udah masak banyak banyak buat kalian. Biar kalian juga bisa ngerasain masakan gue, gue baru pertama kali masak... Gue udah buatin Spaghetti, opor, steak, ikan bakar... Tapi kalian gak pulang pulang. Gue udah chat kalian satu satu kak! Tapi kalian gak ada yang jawab.... Centang satu semua." Jelas gadis yang di panggil 'Zeya' oleh nya.

"Oh ya, gue juga sebulan yang lalu lupa izin sama lo kalau gue pergi sama Vanda ke gramendia. Soalnya lo waktu itu pergi." Lanjut Zeya dengan raut muka yang agak takut, takut kalau orang yang di panggil nya kakak tadi akan marah padanya.

Gadis tadi hanya tersenyum kecil menanggapi cerita dari Zeya. Ia melihat Zeya dengan tatapan sendu dan ia mengelus kepala Zeya dengan lembut.

Zeya yang merasakan elusan lembut di kepalanya pun menatap ke arah sosok di hadapannya itu. Dengan semangat Zeya bercerita berbagai hal padanya, tentang yang ia alami selama tiga tahun belakangan ini.

Gadis itu fokus mendengarkan cerita Zeya dengan cermat, saat ia melihat Zeya yang sudah puas bercerita padanya. Ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga Zeya.

"Zeya... Wake up... This isn't all real, Zeya... Apa yang lo alami di sini selama tiga tahun. Itu semua gak nyata Zeya..."

Bersambung...

Hai hai hai! Gimana nih awal ceritanya? Seru gak? Ya aku tau lah ya kalau ini rada aneh atau gimana nya gitu yekan.

Maaf kalau misalnya tanda bacanya kurang tepat atau banyak nya typo yang muncul di chapter ini! Mungkin kalian bisa berikan aku saran dan masukan agar aku bisa lebih baik lagi ya!

See you next chapter! Jangan lupa votment ye, yang gak votment rumah nya aku gentayangin. Canda

The Hidden One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang