7. Kuliah

50 9 1
                                    

Masa perkuliahan mereka di mulai. Di hari pertama itu, Melvan, Harsa, Hans dan Zavian berangkat bersama menuju kampus mereka. Mereka tak perlu menempuh perjalanan yang jauh untuk sampai ke kampus mereka. Cukup berjalan sekitar 20 hingga 30 menit pun mereka akan sudah sampai ke kampus mereka dari apartment.

Waseda University, merupakan salah satu dari dua universitas swasta paling bergengsi di Jepang, selain Universitas Keio, yang bersaing ketat dengan dua universitas negeri terbaik seperti Universitas Tokyo dan Universitas Kyoto. Waseda terkenal dengan kalimat liberalnya yang disimbolkan dengan mottonya "Independence of Learning" atau "Kebebasan Belajar". Didirikan oleh seorang samurai terpelajar bernama Okuma Shigenobu pada 1882, Waseda menjadi universitas penuh pada 1902. Hampir sebagian besar dari kampusnya hancur oleh serangan bom pada masa Perang Dunia II namun dibangun dan dibuka kembali pada 1949.

"Ga kerasa ya, udah kuliah aja kita nih," ujar Melvan pada Harsa. Mereka berjalan beriringan menuju kampus.

"Iya, nih kesampean juga kan kuliah di sini," ujar Harsa.

"Nanti, kita foto bareng-bareng ya buat kenangan di hari pertama kuliah nih," ucap Zavian kepada Melvan, Harsa, dan Hans. Mereka mengangguk dan mengiyakan.

Tak lama setelah mereka berjalan bersama, sampai juga mereka di kampus yang mereka tuju. Mereka sedikit mengabadikan momen bersama dengan berfoto-foto sebagai kenangan untuk hari pertama mereka berkuliah.

Mereka saling memfoto satu sama lain, hingga berfoto berempat bersama-sama dengan meminta bantuan dari orang lokal yang juga terlihat seperti mahasiswa baru di sana. Tentu, dengan kemampuan bahasa Jepang Zavian dan Hans yang terhitung lebih mahir karena mereka sudah belajar bahasa Jepang lebih awal dari Harsa ataupun Melvan.

"すみません、写真を撮るのを手伝ってくれませんか?(Permisi, bisakah Anda membantu saya untuk mengambil foto?)" tanya Zavian pada mahasiswa lokal itu.

"はい、あなたの活動を妨げる場合は、あらかじめお詫び申し上げます。(Ya, kami mohon maaf sebelumnya jika mengganggu aktivitas Anda)," ucap Hans menambahkan perkataan Zavian.

"ああ、大丈夫、写真を撮ります (oh, tidak apa-apa, saya akan mengambil foto kalian)," jawab mahasiswa tersebut dengan ramah.

Mereka berempat pun berpose bersama dengan senyuman lebar mereka. Mereka saling merangkul pundak satu sama lain. Beberapa foto pun diambil, dengan berbagai pose, ekspresi, dan juga gaya dari mereka. Cukup untuk mengabadikan momen hari pertama mereka berkuliah bersama. Tak lupa, mereka mengucapkan terima kasih pada mahasiswa lokal itu.

"どうもありがとうございます!(terima kasih banyak!)" ucap mereka berempat bersamaan kepada mahasiswa lokal tersebut dengan ramah.

"どういたしまして!(sama-sama!)" balas mahasiswa itu. Mahasiswa itu pun melanjutkan aktivitasnya, begitu pula dengan mereka berempat yang lanjut berjalan memasuki kampus ini lebih dalam.

 Mahasiswa itu pun melanjutkan aktivitasnya, begitu pula dengan mereka berempat yang lanjut berjalan memasuki kampus ini lebih dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berempat berjalan beriringan menuju auditorium kampus. Mereka akan melakukan kegiatan pengenalan terlebih dahulu, atau yang biasa disebut juga sebagai masa orientasi. Kampus itu cukup besar, mereka menemui banyak orang yang juga merupakan mahasiswa baru di sana. Mereka bahkan melihat beberapa mahasiswa yang juga dari luar negeri dengan wajah-wajah orang barat.

"Gede juga ya ni kampus," ujar Hans. Yang lain hanya menanggapinya dengan tawa kecil dan mengangguk.

"Yo'i, takut nyasar deh, belum hapal gini," balas Harsa. Mereka telah melewati banyak daerah di gedung kampus itu dan akhirnya menemukan letak dari auditorium yang mereka cari. Salah mereka pula enggan bertanya kepada orang-orang di sana, sehingga butuh waktu 15 menit hanya untuk mencari letak auditorium itu.

Mereka memasuki auditorium itu bersama, mereka belum mengetahui dimana kelas yang akan mereka gunakan dan juga teman-teman yang akan bersama dengan mereka. Sebagai penjelas, tak ada dari mereka yang berada di jurusan yang sama. Bahkan Harsa dan Melvan, yang dulunya satu SMA. Mereka semua memilih jurusan yang berbeda, sehingga cukup jelas bahwa mereka akan berpisah untuk menjalani orientasi dari jurusan mereka masing-masing nanti.

"Ini kita langsung duduk aja nih?" tanya Melvan, melihat sekitar yang sudah menduduki tempat yang disediakan dan menunggu kegiatan dimulai.

"Harusnya sih iya, duduk aja," sahut Zavian. Yang lain pun lantas turut mendudukkan diri mereka pada tempat yang telah disediakan. Mereka masih duduk bersampingan, karena orientasi hari ini masih bersifat umum untuk semua mahasiswa baru disana.

Acara pun dimulai, tak ada yang begitu menarik dari pembukaan ini. Hanya sambutan-sambutan yang membosankan dari orang-orang yang dianggap penting disana. Semua terasa begitu lambat bagi mereka karena dianggap cukup menjenuhkan.

Tak lama dari situ, acara pembukaan pun dilanjutkan dengan penjelasan dari kakak tingkat mereka disana mengenai segala halnya yang ada di universitas mereka. Mulai dari jurusan, jumlah kelas dan laboratorium, dosen-dosen, bahkan organisasi dan kegiatan diluar pembelajaran. Yang tentu semua itu dijelaskan menggunakan bahasa Jepang, untung saja pada layar proyektor ditunjukkan terjemahan menggunakan bahasa Inggris bagi mereka mahasiswa yang berasal dari luar Jepang.

Singkat waktu, jam istirahat sudah tiba. Para mahasiswa baru dipersilakan untuk mengelilingi kampus lebih jauh dan juga mendatangi kantin untuk menikmati makan siang mereka. Di kantin itu, mereka bisa mengambil jatah makan mereka sesuai yang diberikan oleh kampus untuk masing-masing dari setiap mahasiswa. Porsinya begitu pas, mulai dari karbohidrat, serat, vitamin hingga protein, semua diperhatikan.

"Lengkap banget ya, emang worth it deh swasta gini," timpal Melvan disaat mereka sedang mengambil makan siang mereka. Harsa tertawa menanggapinya.

"Iya dong, ga sia-sia kita ke sini," jawab Hans. Zavian hanya terkekeh mendengar perkataan mereka.

"Fasilitas swasta udah ga perlu diraguin, apalagi di negara maju kayak gini, yang negeri aja lengkap banget," jelas Zavian sambil mengambil minum yang disediakan, ia memberikan satu untuk Harsa yang berada disebelahnya. Yang diberi hanya membalasnya dengan senyuman lebar dan ucapan terima kasih dalam bahasa Jepang.

"Duduk diujung sana aja yuk kita" ajak Hans. Mereka semua mengikutinya dan duduk menikmati makan siang mereka bersama.

Setelah makan siang, mereka melanjutkan kegiatan orientasi mereka hingga akhir. Mereka tak begitu banyak berkenalan dengan mahasiswa baru yang lain karena di sana mereka tidak dituntut untuk saling mengenal satu sama lain atau bahkan menghapal nama dari para senior seperti di Indonesia.

Begitu pula dengan keesokan harinya, hari terakhir kegiatan orientasi. Yang juga berarti mereka akan segera memulai kegiatan belajar mereka sebentar lagi sebagai anak kuliahan. Mereka hanya bisa menyemangati satu sama lain mengingat keadaan mereka yang tak akan selalu bisa bersama selama mereka belajar nanti.

"Semangat ya semua! がんばって! (semangat!)" seru Harsa kepada yang lain.

"大学生活頑張ってください~ (semoga kehidupan perkuliahan kamu berjalan baik~)" timpal Zavian. Hans mengacungkan jempol padanya, menandai kekagumannya atas bahasa Jepangnya yang juga terus meningkat. Melvan dan Harsa hanya saling menatap satu sama lain berusaha untuk mengerti apa yang baru saja diucapkan Zavian.

Mereka berpisah di lobby apartment menuju gedung apart mereka masing-masing. Tak lupa saling memberi fist bump pada satu sama lain. Jangan lupakan bagaimana Harsa yang selalu aja kesenengan tiap kali dia melakukan fist bump dengan Zavian, yang hanya dibalas dengan tawa kecil darinya.

~💜~

Jangan lupa VotMen cintaaa

PertigaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang