4

129 22 0
                                    

Kringg!

Kringg!

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Bunyi jam yang berdering kencang tak membangunkan seorang gadis yang sedang terlelap disampingnya. Berbalut selimut tebal yang melindungi tubuhnya dari udara dingin pagi hari.

"Leona, bangunlah dan cepat bersiap" Alyssa membangunkan dengan menepuk pelan pipi Leona.

"Eungh" hanya terdengar suara lenguhan dari mulutnya dengan mata yang masih terpejam.

"Apakah sudah bangun?" tanya Catherine yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambut dengan handuk.

"Lihatlah, anak ini sangat malas" keluh Alyssa yang sedari tadi membangunkan namun tidak membuahkan hasil.

"Leo! bangun! bangunan ini akan roboh!" teriak Sofia dengan menggoyangkan tubuh Leona dengan kencang.

"HAH"

"Roboh?!" teriak Leona panik dengan mata yang terbuka lebar. Sedangkan Sofia, Alyssa dan Catherine hanya tertawa melihat kepanikan Leona. Sudah pasti yang tertawa lebih kencang adalah Sofia.

"Kenapa kalian tertawa?!" kesal Leona karena sadar bahwa ia telah dibohongi.

"Khk khk" Sofia berjongkok dengan satu tangan yang memenang perut dan tangan yang satunya menepuk lantai dengan keras. Wajahnya menjadi merah karena terlalu banyak tertawa.

"Haha, maafkan kami Leo. Hanya ini satu cara supaya kau bangun" jelas Catherine. Mendengar itu Leona hanya berdecak kesal, dia lalu pergi ke kamar mandi dengan wajah sungut dan kaki yang dihentakkan dengan kasar.

Mereka telah bersiap dengan jubah hijau yang melapisi tubuh mereka. Rambut Leona dan Catherine dibiarkan terurai ke bawah sementara Alyssa dan Sofia lebih memilih rambut yang dikuncir kuda.

•••


Jarak asrama mereka ke ruang kelas memang tidak terlalu jauh namun itu cukup melelahkan bagi mereka terutama Sofia yang terlahir setengah pemalas.

"Untunglah belum ada Professor yang datang!" ucap Alyssa dengan nafas terengah-engah. Sementara Catherine sibuk merapikan riasannya.

"Jika kau bisa bangun lebih pagi kita bisa berjalan santai ke sini!" kesal Sofia. Sementara sang empu yang dibicarakan hanya mengendikkan bahu acuh tak acuh.

Beberapa menit kemudian, kelas mereka yang sangat ramai menjadi hening ketika seorang pria paruh baya dengan jubah hitam masuk. Pria itu menatap tajam para murid satu persatu dibalik kacamata nya.

"Selamat bergabung di Griffinoriá Olympus, senang melihat wajah bahagia kalian. Yah, kalian bisa memanggilku Professor Remon, not lemon!"

"Dan aku ingin mengetahui nama kalian secara langsung, aku tidak butuh kartu pengenal kalian. Dimulai darimu" tunjuk Professor Remon kepada seorang laki-laki dengan sebelah matanya tertutup eyepatch.

Laki-laki itu berdiri, dan mulai memperkenalkan namanya, "Sean Paul Ellaric, panggil aku Sean"

"Arabelle North Katelyn, panggil saja Kate" gadis pendek berambut biru tua dengan kacamata merah yang bertengger di hidungnya.

"Rambutmu bagus, apakah itu diwarnai?" puji Professor Remon. "Tidak, itu karena aku mewarisi gen ibuku" jelas Kate.

Ketika tiba saatnya Leona memperkenalkan diri, semua orang memandang dia dengan berbagai arti, Leona mengembuskan napas pelan, dipandang dengan tatapan yang berbeda-beda membuat dia sangat gugup.

"Aku, Leona Charleston, panggil aku Leona" Professor Remon menatap dalam mata Leona, sorot mata teduh namun menusuk, dan mengisyaratkan banyak arti.

"Kau mirip anak ku yang telah pergi, nak" ucap Professor Remon sendu. Raline, anak semata wayang Professor Remon, yang mati saat tragedi 30 tahun silam.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengingatkan mu dengan anak mu" Leona merasa tidak enak hati, teringat dengan orang yang telah pergi selamanya memang sangat menyakitkan.

"Tidak masalah, nak. Baiklah semua pembelajaran kali ini akan diambil alih oleh Miss Ale"

"Baik Professor, terimakasih" ucap mereka serempak.

Pelajaran yang pertama adalah seni melukis, tema yang diambil Miss Ale adalah menggambarkan perasaan seseorang. Leona memilih kanvas yang berukuran 40x60 cm, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

"Apa yang sedang kau gambar?" tanya Carlos berbasa-basi.

"Yang kau lihat disini apa?" jawab Leona acuh, mood dia sedang buruk hari ini.

"Seseorang yang sedang.. merenung?" tanya Carlos hati-hati.

"Jika kau tahu kenapa bertanya?"

"Pergilah Carlos, mood dia sedang memburuk hari ini" Catherine menepuk pundaknya pelan. Mendengar itu Leona hanya melotot tajam dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Uh, maaf aku tidak bermaksud. Aku akan pergi"

"Kami meminta maaf Leona, tentang kejadian tadi pagi" sesal Catherine, dia tidak menyukai Leona yang pendiam.

"Tidak perlu dibahas, aku sudah memaafkan kalian"

"Huh, jika kau tidak marah lagi, kami akan mentraktir mu coklat Paman Rock 1 kotak penuh" ucap Sofia.

Leona tersenyum senang dalam hati, ini yang dia harapkan, dia hanya kesal karena kejadian tadi pagi, namun itu juga salahnya karena tidak bagun lebih awal.

"Benarkah?" tanya Leona berbinar.

"Tentu"

"Baiklah aku tidak akan marah lagi" Leona tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. Catherine, Alyssa dan Sofia bernapas lega, untunglah tidak sulit membujuk Leona.

•••

Leona duduk diatas ranjangnya dengan kotak besar penuh coklat dipangkuan nya, Leona sebenarnya sangat senang berbagi makanan, tapi tidak dengan coklat.

"Sebelum tidur, bersihkan ranjang mu dulu, Leo" peringat Alyssa.

"Aku tahu"

Dari 50 bungkus coklat, sudah 15 bungkus yang Leona habiskan, dan tanpa membaginya dengan yang lain. Satu persatu temannya mulai tertidur meninggalkan Leona yang sedang mengunyah coklat.

Pranggg!

Leona terlonjak kaget mendengar suara seperti pecahan kaca, dia bergegas menuju balkon untuk memeriksa, tepat ketika pintu terbuka, sebuah bunga mawar merah tergeletak dengan serpihan kaca dan noda merah pekat di sekitarnya.

Dia mengedarkan pandangannya, mencari-cari apakah ada seseorang yang dengan sengaja menaruh bunga disini, karena tidak mungkin mawar ini tergeletak begitu saja.

Melirik teman-temannya yang terlelap dengan nyaman, seolah hanya Leona yang mendengar kebisingan tadi. Leona tidak ambil pusing, dia segera mengambil serok dan sapu kecil untuk memberikan pecahan kaca.

Setelah semuanya beres, dia segera tidur menyusul teman-temannya ke alam bawah sadar. Dia tidak akan menceritakan kepada siapapun, biarlah dirinya seorang yang mengetahuinya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

_______________________________________

📢: Haii, jangan lupa votenya ya! 😚
Baru pertama kali bikin, kalau ada typo/ kesalahan dalam letak titik, koma. mohon dikoreksi puh🙏🏻 terimakasih, Have a nice day!🌟

Silver Eyes in the Dark [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang