"Baiklah, sampai dimana kita tadi?"
"Kekasih Hyuuga-sama. Anda bertanya apakah aku sudah memiliki kekasih atau belum?"
Hinata menepuk keningnya keras-keras. Gegara Neji menghubunginya, ia sampai lupa sesi interview bersama, eerrr...pria tampan di depannya.
"Dan jawaban mu?"
"Aku tidak tertarik," jawab Sasuke singkat, padat, dan jelas yang dibalas anggukan paham oleh Hinata.
"Baiklah, sekarang hobimu?"
Alis Sasuke semakin menyatu mendengar pertanyaan dari CEO Hy Media Property and Lifestyle tersebut. Gadis sukses yang mewarisi setengah kekayaan keluarganya.
"Maaf, Hyuuga-sama, hobiku tidak ada kaitannya dengan bidang pekerjaan yang sedang saya lamar," balas Sasuke logis.
"Kalau CEO perusahaan yang kau lamar, ada kaitannya?"
Baiklah ini mulai ngawur!
"Apakah ini tes mental, Hyuuga-sama?"
Masih tenang, Sasuke menjawab pertanyaan tidak nyambung calon atasannya yang disertai kedipan genit dan wajah menggoda.
Cantik, seksi, pintar, dan sukses adalah empat kata yang tidak bisa dipisahkan dari Hyuuga Hinata. Memutuskan langsung terjun meneruskan pekerjaan ayahnya diusia yang terbilang dini, gadis 23 tahun tersebut telah menghiasi beberapa cover majalah bisnis dengan wajah cantiknya. Tentu dengan tambahan segudang prestasi yang patut diberi applaus.
"Tentu saja, kau harus tahan menghadapi CEO cantik seperti aku," balas Hinata yang diakhiri dengan kedipan genit yang membuat Sasuke spontan bergidik ngeri. Apa-apaan gadis di depannya ini!
"Hyuuga-sama, kurasa perusahaan ini tidak cocok dengan kemampuan ku di bidang statistik keuangan. Kalau begitu, saya permisi."
Hinata tersentak kaget. Sudah susah-susah dirinya meluangkan waktu untuk interview pribadi dengan calon karyawannya. Sekarang, incarannya pergi begitu saja. Hinata langsung berteriak keras-keras kalau Sasuke diterima bekerja. Bersorak dalam hati, pria itu akhirnya berhenti tepat di depan pintu.
"Tapi sebagai sekretaris ku," sambung Hinata begitu Sasuke membalikkan badannya.
Sasuke membuka mulut ingin melayangkan protes namun ucapan calon bosnya benar-benar diluar dugaan.
"Kalau menolak berarti menjadi suamiku!"
Mengepalkan tangannya kuat-kuat, Sasuke memberikan senyum terpaksa, membungkuk, lalu berucap terima kasih dan berlalu keluar sebelum akal sehatnya hilang.
"Ne, Sasuke-kun, aku merindukan mu tahu. Tapi kau malah lupa dengan kouhai populermu ini," ucap Hinata mendesah lelah dan berlanjut menuju orang selanjutnya yang akan ia interview.
.
.
."Bagaimana rasanya bekerja seminggu? Kau kelelahan? Ini weekend pertamamu?"
Sasuke bergumam tidak jelas menanggapi pertanyaan Itachi. Dirinya langsung pulang setelah seharian terjebak di kantor bersama bos genitnya.
Wajah rupawan itu terkadang menyusahkan dan menguntungkan.
Sasuke hanya hidup berdua dengan kakaknya. Kalau kakaknya bekerja sebagai guru di Senior High School sembari membiayai kuliah Sasuke di Hokkaido. Jadi, bisa dibilang ini adalah hutang secara tidak langsung. Kedua orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Dan sebagai bentuk tanggung jawab, keluarga si penabrak akan menyekolahkan Itachi sampai lulus kuliah. Sedangkan Sasuke hanya sampai Senior High School saja.
"Kenapa dengan wajahmu? Kau tidak membuat kesalahan kan, Baka Otou-tou?" Tanya Itachi sembari meletakkan sup miso di depan Sasuke.
"CEO itu gila, Aniki! Dia tidak mempertimbangkan ucapannya pada ku sama sekali. Dia malah mengajakku mengobrol ini itu yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan kantor. Dia juga bertanya apa aku bersedia menjadi suaminya," jelas Sasuke frustasi. Dan Itachi cengo mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa?
Короткий рассказJust once read finish! Ficlet Sasuhina Canon dan Fanon. Hope you enjoy